Musim Panen Kopi Jawa Barat Tahun 2021 Diprediksi Terlambat dan Produksi Turun

- 28 Februari 2021, 09:55 WIB
Kopi Java Preanger jensi arabika
Kopi Java Preanger jensi arabika /Kodar Solihat/DeskJabar
 
DESKJABAR - Produksi kopi di Jawa Barat atau dikenal sebagai Java Preanger Coffee, diprediksi akan mengalami keterlambatan musim panen pada tahun 2021 ini.
 
Kondisi demikian, diperkirakan sebagai pengaruh siklus curah hujan tinggi dan panjang pada awal tahun 2021. 
 
Pencahayaan matahari yang kurang membuat proses pematangan buah-buah kopi pun menjadi lebih lambat.
 
 
Ketua Bidang Kopi, Kakao, dan Teh Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI), Iyus Supriatna, kepada DeskJabar, di Bandung, Minggu, 28 Februari 2021 mengatakan,  melihat fenomena cuaca saat ini, diprediksi akan mempengaruhi produksi kopi petani pada musim panen 2021.
"Pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan. Kalau vegetatif dominan, berarti generatif atau pembentukan  buah terhambat dan mundurnya waktu panen sehingga secara tidak langsung akan mengurangi produksi buah," ujarnya.
Karena kondisi demikian, Iyus Supriatna memprediksi produksi kopi Jawa Barat baik arabika maupun robusta akan telat panen dan produksi berkurang sedikit.
 
 
Walau demikian, katanya, penjualannya tetap cukup baik, karena kopi Java Preanger itu mempunyai rasa dan aroma yang khas Java  Typica sebagai induk semangnya.
 
Sementara itu,  Pemkab Bandung menyatakan terus memperbesar peluang para petani dan produsen kopi untuk bisa terus mengekspor kopi yang memiliki potensi besar dalam bisnis mancanegara.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kabupaten Bandung Marlan mengatakan daerah Kabupaten Bandung memang memiliki potensi dengan luasan lahan yang cukup besar. Sehingga, potensi itu perlu diperbesar dengan meningkatkan nilai dari kopi tersebut.

“Melihat persaingan usaha dan kualitasnya, Kabupaten Bandung sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun untuk mengirim barang ekspor diperlukan barang yang sesuai standar yang diminta," kata Marlan dalam keterangannya di Bandung, Jawa Barat, Sabtu.
 
 
Kejelasan grade

Menurut dia, tidak semua jenis kopi yang ada di Kabupaten Bandung dapat diekspor karena setiap negara memiliki standar yang beragam. Untuk itu, petani perlu memahami standar target pasar.

Maka dari itu,  pembinaan standarisasi kopi untuk para petani diperlukan untuk menjamin kualitas dan kesinambungan ketersediaan barang yang akan diekspor. Selain itu, ia juga meminta petani jujur dalam berbisnis guna menjamin kepuasan konsumen.

"Di sini petani dituntut harus jujur, dengan standar kualitas kopi specialty yang jelas. Jangan sampai yang menjadi contoh kualitas A tapi yang dikirim kualitas B," kata dia, dikutip Antara, Sabtu, 27 Februari 2021.

Kabupaten Bandung sendiri pada Februari 2021 ini telah mengekspor sebanyak enam ton kopi speciality berjenis arabika ke Kota Hamburg, Jerman dengan skema ekspor kolaborasi perusahaan dan petani.
 
Baca Juga: SEJARAH HARI INI, Kapal Perang Favorit Presiden AS Tenggelam di Selat Sunda Tanpa Diketahui Keberadaanya

Dengan adanya bisnis mancanegara itu, kualitas kopi dari Kabupaten Bandung itu sudah tidak diragukan lagi. Sehingga ia yakin peluang ekspor bagi petani terbuka cukup lebar.

"Kopi kita yang memang punya kualitas di atas rata-rata, sehingga nilainya cukup fantastis hampir 14 dollar per kilogram. Potensi kopinya semua dari Kabupaten Bandung, di mana sudah teruji baik nasional maupun internasional," kata dia.

Selain Jerman, menurut Marlan, Kabupaten Bandung juga telah mengekspor kopi ke negara lainnya seperti negara di Timur Tengah, Australia, dan Selandia Baru.

"Tahun 2021 ini kopi Kabupaten Bandung juga diminati oleh negara-negara di Eropa,” kata Marlan. ***
 
 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x