Dampak Covid-19, Pasokan Cabe Dikhawatirkan Minim

24 Oktober 2020, 17:12 WIB
Panenan cabe merah jenis TW, di Cipanas, Cianjur. /DeskJabar/Kodar Solihat

DESKJABAR - Merangkak naiknya kembali harga komoditas cabe merah dan cabe rawit alias cengek menjelang akhir tahun 2020 ini, diperkirakan karena terjadinya ketimpangan antara pasokan dan permintaan pasar.

Berdasarkan catatan DeskJabar, ada pula faktor yang selalu terjadi menjelang akhir dan awal tahun, terutama saat musim hujan, adalah produksi cabe yang menurun. Apalagi, ada jenis-jenis tertentu, misalnya cabe tanjung yang diketahui mudah busuk, apalagi jenis ini paling dicari oleh konsumen.

Pasaran cabe merah jenis tanjung diketahui lebih banyak dijual pada pasar di kawasan Bandung, karena juga relatif cepat busuk. Lain halnya cabe merah jenis TW dan jenis keriting, lebih banyak dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, karena lebih awet. 

Maka sering terjadi, kenaikan harga cabe merah dan cabe rawit alias cengek, menjadi puluhan ribu rupiah bahkan di atas Rp 100.000/kg, setiap kali musim hujan besar. Khusus komoditas cabe rawit, adalah jenis cengek domba yang harganya sering berfluktuasi secara tajam.

Kepala Seksi Sayuran dan Tanaman Obat Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Adang, yang dikonfirmasi DeskJabar, Sabtu, 24 Oktober 2020, menyebutkan, khusus kondisi yang kini terjadi pada akhir tahun 2020, berawal terjadi fluktuasi produksi dan permintaan, terutama pada saat awal pandemi Covid-19.

Disebutkan, produksi  cabe merah besar dan cabe rawit melimpah karena panen raya. Sedangkan permintaan mengalami penurunan yang sangat drastis, karena banyak hotel, restoran, cattering, industri dan pedagang makanan lainnya tidak beraktivitas sebagai dampak dari Covid-19.

Petani cabe di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Kodar Solihat

Baca Juga: Harga Cabai Merah Tanjung di Bandung Meroket, Menyentuh Rp70 Ribu per Kilogramnya

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Pedasnya Cabai Mulai Dirasakan Masyarakat

Pola pengaturan

Kondisi demikian, membuat terjadi penumpukan produksi/barang di tingkat produsen atau petani, harga menjadi rendah dan petani merugi. Belum optimalnya jalinan kemitraan yang baik, antara produsen dan sistem pemasaran masih konvensional sehingga tidak ada jaminan pasar.

“Dampaknya kini, yaitu terjadi penurunan luas areal tanam cabe dikarenakan  adanya musim kemarau dan alih komoditas ke komoditas lain. Sedangkan pada saat ini permintaan mulai meningkat karena beberapa hotel, restoran, kafe, dan catering yang mulai beraktivitas kembali sehingga terjadi peningkatan harga,” ujar Adang.

Untuk mengatasi kondisi tersebut ke depannya, disebutkan, harus ada pengaturan pola tanam untuk komoditas cabe merah besar dan cabe rawit.  sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Langkah lainnya, mengembangkan sistem penjualan digital memanfaatkan media online. Juga memperkuat kelembagaan usaha pertanian,  dibangunnya kemitraan antara produsen dan pasar, serta dibuat regulasi tataniaga yang ideal. ***

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler