Hadapi La Nina, Cadangan Beras Jawa Barat Cukup

11 Oktober 2020, 19:21 WIB
Beras /DeskJabar/Kodar Solihat//

DESKJABAR – Cadangan beras untuk Jawa Barat menghadapi terjadinya La Nina atau musim hujan berlebih pada akhir 2020 dan aal 2021, diyakini dalam kondisi aman. Besarnya stok beras yang sempat terganggu pemasarannya ke Jakarta karena Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), diperkirakan akan bermanfaat untuk cadangan pangan Jawa Barat sendiri.

Sekretaris Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi) Jawa Barat, Muchlis Anwar, kepada DeskJabar, di Bandung, Minggu 11 Oktober 2020 menyebutkan, untuk antisipasi cuaca spektakuler La Nina tahun ini, kondisi perberasan di Jawa Barat akan aman. Sebab,  menjelang akhir tahun dan memasuki tahun 2021 masih akan terjadi panen padi pada setiap daearah.

Hanya saja, katanya, di Jawa Barat diperkirakan tidak ada panen skala panen raya. Namun stok beras sebagai badangan pangan utama akan aman, dan tidak terjadi kelangkaan.

“Sepangjang terjadi penyimpanan gabah dalam bentuk gabah kering giling (GKG)  akan sangat baik. Sebab, menjadi stok dan cadangan para petani untuk mengantispa ketersedian pangan strategis untuk Jawa Barat dan sekitarnya,” ujar Muchlis Anwar.

Ia memprediksi, tidak akan terjadi melimpahnya beras di Jawa Barat selama La Nina. Sebab, menjelang akhior tahun 2020 dan awal tahun 2021, untuk mencukupi kebutuhan masyarakat tetap ada.  

“Malahan, bisa terjadi kekurang beras kita awal musim tanam sampai menjelang panen raya. Pada bulan-bulan itu, sering terjadi kenaikan kebutuhan dan stok mulai menipis,” ucapnya.

 

Antisipasi

Siang harinya pada hari yang sama, Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengajak setiap pemangku kepentingan, termasuk masyarakat,  mengantisipasi fenomena cuaca La Nina. Caranya, dengan memanfaatkan data meteorologi sehingga dapat melakukan mitigasi bencana secara seksama. ‘

"Bagaimana kita memanfaatkan data," kata Lilik dalam webinar bertema "Fenomena La Nina apa yang harus dilakukan?",  dilansir Antara, Minggu 11 Oktober 2020.

BMKG sendiri menyebut memasuki bulan Oktober 2020, fenomena la nina mulai terjadi. Dampak yang akan terjadi adalah kenaikan curah hujan hingga 40 persen dibanding kondisi normal.

Lilik mengatakan la nina dapat memicu bencana alam sehingga berbagai fasilitas publik yang rentan agar diperhatikan ketahanannya. Tidak kalah penting juga adalah perlu ada antisipasi untuk ketahanan pangan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah. ***

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler