Bisnis Perkebunan Teh di Indonesia Genjot Kualitas Produksi di Pabrik untuk Merespon Pasar Domestik

7 Juli 2023, 07:14 WIB
Pelatihan tea tester diselengarakan Asosiasi Teh Indonesia (ATI) di Bandung, 4-6 Juli 2023. /dok Asosiasi Teh Indonesia

DESKJABAR – Sejumlah usaha perkebunan teh di Indonesia menggenjot kualitas produksi di pabrik, sebagai upaya menangkap meningginya kembali minat minum teh. Pasar teh domestik yang meninggi, berupaya ditangkap dengan menyediakan produk berkualitas bagus bagi konsumen.

Terkait kepentingan tersebut, di Bandung pada 4-6 Juli 2023, dilakukan Pelatihan Tea Tester dari sejumlah pabrik teh unit perkebunan teh di Indonesia. Pihak penyelenggara, yaitu Asosiasi Teh Indonesia (ATI) melihat pentingnya agar para konsumen Indonesia diberi produk bagus.

Para tea tester dari sejumlah pabrik teh di Indonesia, baik perkebunan milik negara, perkebunan swasta, sampai pabrik teh skala rakyat mengikuti pelatihan. Mereka diberikan gambaran standarisasi produk yang memenuhi kualitas dan syarat jaminan mutu pangan.

 Baca Juga: Komoditas Teh Masih Bisnis Potensial Perkebunan di Indonesia, Termasuk PTPN

Apresiasi kepada konsumen

Ketua Asosiasi Teh Indonesia (ATI), Dede Kusdiman, di Bandung, Kamis, 6 Juli 2023, mengatakan, meningginya kembali masyarakat Indonesia minum teh, harus direspon dengan memberikan produk berkualitas bagus.

“Masyarakat konsumen teh Indonesia yang merupakan bangsa sendiri, harus dihargai dengan diberikan produk-produk yang bagus. Kualitas dan konsistensi quality control di pabrik sangat penting bagi keberlangsungan bisnis teh di pasar domestik,” ujar Dede Kusdiman.

Salah satu dampak berantai, adalah pemasaran produk teh lokal akan menjadi lebih dominan dan menguat di Indonesia. Kepercayaan konsumen domestik terhadap kualitas dan jaminan mutu produk teh lokal, diharapkan dapat menekan serangan produk impor.

Baca Juga: Di Purwakarta, Nasib Perkebunan Teh Rakyat Tergeser Usaha Peternakan Ayam

Salah seorang konsultan bisnis teh di Sumatera Utara, yaitu Mahyuzar M, mengatakan, bahwa fenomena yang terlihat bangkit adalah bisnis teh kemasan di pasar domestik. Berbagai tea packer kini terdorong memerlukan kualitas teh yang bagus, dengan konsistensi mutu, baik rasa dan kualitas olahan.

“Kepercayaan konsumen teh di pasar domestik harus dijaga, bahkan harus ditingkatkan daya tarik. Apalagi, perilaku konsumen teh di pasar domestik kini sudah semakin banyak yang mengincar produk kualitas bagus,” ujarnya.

Yang juga digenjot, menurut dia, pabrik-pabrik teh di perkebunan juga berorientasi kebutuhan pasar. Misalnya, menciptakan inovasi produk yang disesuaikan diminati konsumen, tetapi diberikan produk kualitas bagus.

 Baca Juga: Nasib Perkebunan Teh Negara Dikhawatirkan , Jika Sub Holding PTPN Aset Terbentuk

Fenomena konsumen minuman teh

Sementara itu, dilansir worldteanews.com, pada 17 Mei 2023,   di pasar Asia Tenggara, sebanyak 86 persen responden mengkhawatirkan konsumsi gula berlebihan yang menyebabkan diabetes. Fenomena ini bisa dikaitkan bisnis minuman teh, produk dengan pemanis sedikit, menjadi banyak diminati konsumen.

Latar belakangnya, lebih dari 70 persen ingin mengurangi asupan gula untuk menikmati kualitas hidup, sementara 62 persen melakukannya untuk menghindari potensi masalah kesehatan. Sebanyak 82 persen konsumen global setuju bahwa produk gula rendah lebih sehat.

Temuan ini terungkap dalam survei "Sensably Sweet" Kerry di seluruh dunia, yang dilakukan di antara lebih dari 12.000 konsumen di 24 negara, termasuk Eropa, Amerika Utara, Australia, Arab Saudi, India, India, Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Afrika Selatan. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler