Penas XVI/2023, Bioteknologi Budidaya Jagung untuk Pertanian Jawa Barat, Solusi Dampak Perubahan Iklim

13 Juni 2023, 08:36 WIB
Gelaran Penas XVI/2023 di Padang, Sumatera Barat, muncul inovasi budidaya jagung untuk pertanian Jawa Barat solusi dampak perubahan iklim. /foto kiriman KTNA Jawa Barat

DESKJABAR – Gelaran Penas XVI/2023 di Padang, Sumatera Barat, muncul banyak inspirasi untuk kemajuan usaha pertanian di Indonesia. Salah satunya, adalah budidaya jagung dengan bioteknologi, yang bisa dikembangkan untuk pertanian Jawa Barat sebagai solusi terhadap dampak perubahan iklim.

Inovasi budidaya jagung menggunakan bioteknologi, diharapkan usaha tanah pertanian di Jawa Barat menjadi tetap produktif walau terjadi kekeringan akibat dampak perubahan iklim. Teknik bioteknologi budidaya jagung juga dilakukan ketika terjadi El Nino, alias kekeringan panjang.

Penas adalah ajang pertemuan, diskusi, saling tukar informasi, memacu keterampilan, dll, bagi kalangan petani dan nelayan. Mereka umumnya yang dipayungi oleh Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) sebagai wadah pertanian dan nelayan berorientasi kemajuan usaha.

 Baca Juga: Jawa Barat Juara 1 Lomba Asah Terampil Penas XVI KTNA/2023 Pertanian dan Nelayan

Pengendalian hama dan peningkatan produktivitas

Ketua KTNA Jawa Barat, Otong Wiranta, dari Padang, Senin, 12 Juni 2023 malam, kepada DeskJabar mengatakan, banyak hal yang didapat bagi pertanian Jawa Barat dari Penas XVI/2023 di Padang ini. Ini dapat diaplikasikan bagi usaha pertanian agar tetap bagus, walau terjadi dampak perubahan iklim.

Otong Wiranta mencontohkan, budidaya jagung yang sudah semakin maju dengan hadirnya bioteknologi. Manfaatnya, petani tidak repot lagi dalam menanggulangi gulma dan ulat pada pertanaman jagung.

“Itu bisa dikembangkan dalam rangka menghadapi climate change diantaranya El Nino. Sehingga, petani tidak hanya berpikir tanam padi, tapi jagung juga sebagai solusi dengan hasil yang lebih menguntungkan,” ujar Otong Wiranta.

Baca Juga: UMKM Alat Mesin Pertanian di Jawa Barat Peluang Bisnis Potensial Belum Banyak Digarap 

Disebutkan, bioteknologi itu rekayasa genetika yang membuat jagung itu tahan terhadap serangan hama ulat penggerek, serta tahan terhadap aplikasi herbisida glifosat. Sehingga tanaman lebih sehat dan bisa meningkatkan produksi 10-15 persen.

“Tentu perlu sosialisasi, karena terutama petani pantura itu biasa tanam padi padahal selalu masalah air dan kekeringan menjadi masalah utama,” terang Otong Wiranta.

Karena itu, budidaya jagung menjadi salah satu solusinya, yang biasa pola tanam padi-padi-bera, bisa diganti dengan padi-jagung-agung. Karena jagung tidak perlu banyak air, sehingga pemanfaatan air bisa digunakan untuk areal pertanaman yang lebih luas.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengingatkan, Indonesia akan dihadapkan kondisi kekeringan karena El Nino pada tahun 2023. Bahkan, disiasati agar produksi pangan tetap dapat dilakukan di Indonesia, walau banyak daerah mengalami kondisi kekeringan.

Khusus penggunaan benih dan varietas unggul yang diperkirakan adaptif terhadap kondisi kekeringan, dikatakan, harus mempunyai keunggulan ketahanan terhadap ketersediaan air yang rendah, dan berumur genjah. Panen komoditas pangan akan selamat dari kekeringan.

“Kita harus mengambil aksi nyata untuk menjaga produktivitas pertanian di tengah ancaman krisis pangan global,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat membagikan benih di lokasi Gelar Percontohan Pekan Nasional (Penas) Tani Nelayan XVI, Padang, Sabtu, 10 Juni 2023. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara

Tags

Terkini

Terpopuler