Pertanian Indonesia Diapresiasi oleh World Bank, Begini Kenyataan Pendapat dari Jawa Barat

6 Juni 2023, 06:13 WIB
Sektor pertanian Indonesia memperoleh pujian oleh World Bank, dinilai memperoleh banyak kemajuan. Namun ada pendapat lain dari Jawa Barat. /TikTok @lembangbbpp

DESKJABAR – Sektor pertanian Indonesia memperoleh pujian oleh World Bank, dinilai memperoleh banyak kemajuan. Namun ada pendapat lain dari Jawa Barat, sebenarnya ada kenyataan lain yang mendasar secara realita soal usaha pertanian yang disebut maju oleh para petani.

Diunggah Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kementerian Pertanian melalui akun TikTok @lembangbbpp, pada Senin, 5 Juni 2023, ada keterangan perwakilan World Bank untuk Indonesia, Satu Kahkonen yang menilai sektor pertanian Indonesia melakukan langkah luar biasa selama beberapa tahun terakhir.

World Bank menilai sektor pertanian Indonesia berhasil mencapai produksi secara signifikan dan panen yang meningkat. Bahkan, sektor pertanian Indonesia dinilai sedang mengembangkan visi menuju tahun 2045. Bagaimana meningkatkan pendapatan petani, agar tidak jatuh kedalam kemiskinan, mengatasi dampak perubahan iklim, dsb.

 Baca Juga: Bisnis Penggilingan Padi di Jawa Barat Bertumbangan, Akibat Alihfungsi Lahan Pertanian

Tolok ukur kemajuan

Tetapi benarkah keterangan World Bank itu asli atau sekedar basa basi ? atau pernyataan “bersayap ?”. Tolok ukur apa yang dijadikan mengukur kemajuan usaha pertanian di Indonesia ?  Apakah teknologi, hasil usaha, peningkatan produksi, dsb ? Lalu sebenarnya apa yang paling diperlukan petani Indonesia ?

Kemudian ada netizen mengomentari, @cantikamerika, mau dengar Petani lokal komen.

Nah, beginilah komentarnya dari petani lokal :

Adalah Wakil Ketua I Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat, Muchlis Anwar, yang juga sebagai pelaku usaha pertanian di Kabupaten Bandung. “Kenyatannya, 80 persen masih repot, hanya 15 persen yang sukses. Ini masih timpang sekali,” ujar Muchlis Anwar, kepada DeskJabar.

Menurut Muchlis Anwar, penilaian kemajuan oleh World Bank itu lebih kepada sisi keberhasilan dicapai pemerintah cq. Kementerian Pertanian. “Itu secara global sekali, tetapi fakta di lapangan lain. Saya rasakan sendiri, misalnya menanam cabe berharap dapat untung, malah buntung tinggal hutang karena serangan hama patek...itu realita,” katanya.

Dicontohkan lainnya, adalah persoalan hutang, adalah bukti nyata ramainya 100-an orang petani milenial yang diunggulkan oleh Gubernur Jawa Barat. Sebanyak 80 persen ternyata kesulitan membayar hutang ke bank BJB, bahkan hutangnya ada yang sampai Rp 200-an juta sampai nunggak.

 Baca Juga: El Nino 2023 di Sumedang, Para Burung Hantu Siap Berburu Tikus di Lahan Pertanian

Apa yang diinginkan petani ?

Ketika petani ingin usaha tani dianggap tolok ukur memperoleh kemajuan, menurut Muchlis Anwar, “Sebenarnya yang paling pokok adalah kepastian pasar dan kepastian untung. Faktor mendasar inilah yang paling pokok terlewatkan oleh para pihak mengurusi pertanian di Indonesia dan daerah,” ujarnya.

Repotnya, kata Muchlis Anwar, ada pula persoalan mendasar yang sejak lama sampai kini, yaitu pemetaan produksi dan informasi gambaran pasar yang terindikasi minim. Padahal, faktor itu menjadi semacam “radar” bagi para petani, untuk merencanakan usaha, dengan harapan memperoleh kepastian untung.

Sampai kini, menurut Muchlis Anwar, para petani di Indonesia, termasuk di Jawa Barat misalnya, masih sering “gambling” alias “berjudi nasib” setiap kali melakukan budidaya tanaman. Karena “gelap”nya gambaran pemetaan produksi dan gambaran pasar serta kepastian harga, membuat petani secara umum belum berdaya. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara TikTok @lembangbbpp

Tags

Terkini

Terpopuler