Budidaya Ikan Nila, Cara Agar Hasil Banyak dan Gemuk,  Menyiasati Perubahan Iklim pada Perikanan

10 Februari 2023, 10:58 WIB
Usaha budidaya ikan nila di Subang Jawa Barat, ada agar hasil banyak dan gemuk pada perikanan air tawar. /Kodar Solihat/DeskJabar.com

DESKJABAR – Usaha budidaya ikan nila menjadi salah satu usaha potensial perikanan air tawar. Tetapi ada tantangan, yaitu perubahan iklim.

Tetapi, budidaya ikan nila ada cara agar hasil banyak dan gemuk, dengan menyiasati perubahan iklim pada perikanan yaitu menggunakan sistem bioflok.

Ada sistem teknologi ramah lingkungan, agar usaha ikan nila tetap sukses pada kondisi perubahan iklim. Apakah usaha sistem ramah lingkungan merepotkan ?

 Baca Juga: Budidaya Ikan Gurame, Cara Membedakan Induk Jantan dan Induk Betina, Usaha Perikanan Air Tawar

 

Cara budidaya ikan nila sistem bioflok

Sistem budidaya ikan nila secara bioflok, yang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjama Institut Pertanian Bogor (IPB) agar usaha tersebut tetap sukses walau terjadi perubahan iklim.

Informasi dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Jumat, 10 Februari 2023, menyebutkan, budidaya ikan nila dengan sistem bioflok pada intinya adalah manajemen penggunaan air dan lahan secara efisien sehingga usaha menjadi ramah lingkungan.

Disebutkan, budidaya ikan nila dengan sistem bioflok cocok dilakukan pada pesantren, daerah terpencil, perbatasan, dan pemukiman.

 Baca Juga: Wisata Melihat Ikan Pada Sawah di Sukabumi, Kombinasi Pertanian dan Perikanan Jawa Barat

Pola budidaya ikan nila sistem bioflok cocok dimana saja ?

Fenomena perubahan iklim disebabkan bertambahnya banyak jumlah penduduk menyebabkan penurunan kualitas lingkungan global, yang berpengaruh kepada pasokan pangan.

Dalam hal ini, ikan nila merupakan salah satu komoditas penting pangan dari perikanan air tawar. Agar usaha tetap berkelanjutan pada fenomena perubahan iklim, maka pola usaha secara ramah lingkungan menjadi kunci sukses.

Budidaya ikan nila secara bioflok juga menjadi solusi terhadap  penertiban keramba jaring apung di danau, waduk, dsb. Intinya, budidaya ikan secara teknologi bioflok dilakukan pada daratan.

 Baca Juga: Di Waduk Jatiluhur Purwakarta Kini Banyak Ikan Lokal Perikanan Jawa Barat

Gambaran budidaya ikan nila secara sistem bioflok

Ada gambaran dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) KKP di Sukabumi, Jawa Barat, bahwa sistem bioflok untuk budidaya ikan nila tidak terlepas dari filosofi bahwa ikan ini secara alami merupakan ikan herbivora (pemakan tumbuhan alias hijauan).

Yang dimakan ikan nila, adalah mikroorganisme, yaitu bakteri, algae, fitoplankton, zooplankton, dan bahan organik.

Ada keunggulan budidaya ikan nila secara bioflok

Ada beberapa keunggulan budidaya ikan nila secara sistem bioflok :

Pertama, dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila hingga lebih 90 persen tanpa pergantian air.

Air hassil budidaya ikan nila dengan sistem bioflok tidak berbau, sehingga tidak mengganggu atau mencemari lingkungan. Bahkan, air bekas budidaya ikan nila bisa dipakai penyubur tanaman, misalnya budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan.

Ini disebabkan, adanya mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya menjadi pupuk untuk menyuburkan tanaman.

Baca Juga: Ikan Berenang Terbalik, Itu Bukan Akrobat dan Ada Cara Mengatasi Terkait Kesehatan Perikanan

Kedua, rasio pakan yang telah diberikan pada satu siklus priode budidaya dengan berat total yang dihasilkan pada ikan nila, mampu mencapai angka 1,03.

Artinya, penggunaan pakan sangat efisien untuk menghasilkan 1 kg ikan nila hanya membutuhkan 1,03 kg pakan. Jika diperbandingkan dengan pemeliharaan pada kolam, biasa mencapai angka 1,5.

Ketiga, padat tebar ikan nila mampu mencapai 100-150 ekor/m3 atau mencapai 10-15 kali lipat dibandingkan pemeliharaan pada kolam biasa yang hanya 10 ekor/m3.

Keempat, aplikasi sistem bioflok pada pembesaran ikan nila juga mampu meningkatkan produktivitas hingga 25-30 kg/m3 atau 12-15 kali lipat jika dibandingkan kolam biasa yang sebanyak 2 kg/m3.

Baca Juga: Budidaya Ikan Wader, Peluang Usaha Perikanan Kuliner Diburu, dan Kesehatan Menghindari Stunting

Kelima, waktu pemeliharaan lebih singkat, dengan benih awal yang ditebar berukuran 8 – 10 cm, selama 3 bulan pemeliharaan, benih tersebut mampu tumbuh hingga ukuran 250 – 300 gram/ekor sedangkan untuk mencapai ukuran yang sama di kolam biasa membutuhkan waktu 4-6 bulan.

Keenam, ikan nila hasil budidaya sistem bioflol lebih gemuk sebagai hasil pencernaan makanan yang optimal. Komposisi daging atau karkas ikan nilai lebih banyak, tetapi kandungan air dalam daging lebih sedikit.

Tetapi diingatkan, pemeliharaan ikan nila sistem bioflok perlu dijaga kandungan oksigen yang larut dalam air. Sebab diperlukan ikan untuk pertumbuhan serta menguraikan kotoran dalam air.

Pada ikan nila, kadar oksigen terlaut dalam media sebaiknya dipertahankan minimal 3 mg/liter. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Tags

Terkini

Terpopuler