Harga Emas Batangan Sedang Meluncur Tajam, Ini Waktunya Membeli

17 Juni 2021, 13:20 WIB
emas batangan /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Harga emas batangan atau 24 karat meluncur tajam pada Kamis, 17 Juni 2021 ini. Dimana bagi masyarakat yang berniat membeli, boleh dikatakan sedang waktunya.

Fenomena tersebut, diduga sebagai pengaruh melonjaknya harga mata uang dollar AS. Jika mata uang dollar AS sedang turun, maka harga emas kembali naik.

Informasi diperoleh dari PT Antam, bahwa pada Kamis ini, harga jual emas, sedang turun Rp 12.000/gram, yaitu menjadi Rp 928.000/gram. Padahal sebelumnya mencapai Rp 940.000/gram.

Begitu juga untuk harga jual kembali (buyback), harga emas batangan 24 karat pun sedang turun tajam. Selisihnya turun Rp 17.000/gram, dimana harga diterima di PT Antam seharga Rp 833.000/gram, dari sehari sebelumnya Rp 850.000/gram.

Baca Juga: Dari Ternak Kerbau, Warga Lebak Banten Mampu Menyekolahkan Anak hingga ke Perguruan Tinggi

Biasanya, pihak PT Antam mengirimkan SMS kepada pemegang handphone yang sebelumnya sudah membeli emas batangan. Yang umum diterima, adalah informasi waktunya untuk membeli emas, karena harganya sedang turun.

Sementara itu di Amerika Serikat pada hari yang sama, dilansir Antara, emas berjangka justru sudah naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Situasi ini berbalik dari penurunan tiga hari beruntun, karena investor bereaksi terhadap data ekonomi AS yang mengecewakan.

Namun harga emas di pasar spot tergelincir setelah pejabat Federal Reserve memproyeksikan kenaikan suku bunga pertama pasca-pandemi pada 2023.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terangkat 5 dolar AS atau 0,27 persen, menjadi ditutup pada 1.861,4 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (15/6) emas berjangka tergelincir 9,5 dolar AS atau 0,51 persen menjadi 1.856,40 dolar AS.

Baca Juga: Inilah Sepeda Listrik Seharga Rp 170 Juta, Mainan Baru Sergio Ramos

Emas berjangka anjlok 13,7 dolar AS atau 0,73 persen menjadi 1,865,90 dolar AS pada Senin (14/6), setelah terpuruk 16,8 dolar AS atau 0,89 persen menjadi 1.879,60 dolar AS pada Jumat (11/6) dan naik tipis 0,9 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.896,40 dolar AS pada Kamis (10/6).

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (16/6) bahwa harga impor AS naik 1,1 persen pada Mei dibandingkan dengan 0,8 persen pada April.

Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa izin perumahan AS turun 3,0 persen ke laju tahunan 1,68 juta pada Mei, sementara perumahan baru naik 3,6 persen ke tingkat tahunan 1,57 juta pada Mei. Kedua angka itu mengecewakan.

Di pasar spot emas merosot 1,1 persen menjadi 1.839,06 dolar AS per ounce pada pukul 14.42 waktu setempat (18.42 GMT), setelah sebelumnya mencapai level terendah sejak 14 Mei di 1.833,65 dolar AS.

Baca Juga: Pemkab Bogor Melindungi Usaha Pertanian Padi di Wilayahnya dengan Asuransi

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari mereka tak lama setelah pasar ditutup pada Rabu (16/6).

Dalam proyeksi barunya, 11 dari 18 pejabat Fed memproyeksikan setidaknya dua seperempat poin kenaikan suku bunga untuk tahun 2023, bahkan ketika para pejabat dalam pernyataan mereka berjanji untuk menjaga kebijakan tetap mendukung untuk saat ini guna mendorong pemulihan lapangan pekerjaan yang sedang berlangsung.

"The Fed memiliki rencana permainan bahwa mereka akan menghapus semua akomodasi ini dan itu hanya reaksi awal (dalam emas)," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, menambahkan,  bahwa Fed lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar dan emas bisa jatuh lebih jauh menuju 1.830 dolar AS.

Baca Juga: Hasil Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Islam Diumumkan Kamis Siang ini

Namun bank sentral mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek mendekati nol dan mengatakan akan terus membeli obligasi 120 miliar dolar AS setiap bulan untuk mendorong pemulihan ekonomi.

Emas semakin terpukul oleh lonjakan dolar dan imbal hasil setelah pengumuman tersebut. Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. ***

 

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA Antam

Tags

Terkini

Terpopuler