TATA CARA, Niat Mandi Wajib dan Bacaan Doa Mandi Junub Pada Puasa Ramadhan, Bersuci Dari Hadas Sesuai Sunnah

- 7 April 2022, 06:48 WIB
Tata Cara, Bacaan Niat Mandi Wajib dan Doa Mandi Junub sesuai sunnah rasulullah pada bulan puasa Ramadhan 1443
Tata Cara, Bacaan Niat Mandi Wajib dan Doa Mandi Junub sesuai sunnah rasulullah pada bulan puasa Ramadhan 1443 /Pixnio/

DESKJABAR - Mandi wajib,  mandi junub atau bersuci dari hadas besar adalah hal utama dan perlu bagi setiap muslim.

Bersuci atau biasa disebut thaharah adalah kegiatan bersuci dari hadas serta najis sebelum seorang muslim dapat melaksanakan ibadah seperti pada Ramadhan ini.

Mandi wajib atau biasa disebut juga dengan mandi junub ini dapat menghilangkan hadas besar.

Dengan mandi wajib maka muslim yang melakukannya akan menjadi suci dari hadas besar sehingga bisa melaksanakan ibadah.

Baca Juga: BACAAN NIAT dan TATA CARA MANDI JUNUB atau Mandi Besar Sesuai Sunnah, Menurut Ustadz Khalid Basalamah

Baca Juga: Inilah Hukum Wanita Sholat Tarawih Berjamaah di Masjid, Ustadz Adi Hidayat Menjelaskan

Baca Juga: Bulan Puasa Suami Istri Berhubungan, Usai Subuh Baru Mandi Junub: Puasanya Sah Tidak? - Ustadz Abdul Somad 

Thaharah dengan mandi besar wajib dilakukan setiap muslim untuk menghilangkan hadas besar setelah bersetubuh atau keluar mani.

Dalam melaksanakan rukun mandi wajib harus disertai tata cara, niat dan doa mandi junub yang sesuai sunnah.

Seperti halnya bulan lain, pada Ramadhan akan lebih utama bila melaksanakan ibadah dibulan suci ini dalam keadaan suci dari hadas.

Berikut bacaan niat mandi wajib atau mandi junub sesuai sunnah yang juga bisa dilakukan pada bulan puasa ini: "Bismillahirahmanirahim; Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari minal janabati fardlon lillahi ta'ala".

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta'ala."

Beberapa hal yang mewajibkan seorang muslim harus melakukan mandi wajib atau mandi junub.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Mandi Junub Setelah Subuh Saat Puasa Ramadhan? Begini Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Berikut ini  hal yang menjadi penyebab seseorang disebut memiliki janabat dan diwajibkan untuk mandi besar, antara lain

  1. Keluarnya Air Mani.

Keluarnya air mani baik disengaja (masturbasi) atau karena mimpi, maupun setelah berhubungan suami istri, diharuskan melakukan mandi wajib.

  1. Berhubungan Suami Istri.

Melakukan hubungan suami istri dengan disertai keluarnya mani atau tidak, walau hanya sebatas bertemunya dua kemaluan, maka kondisi itu sudah membuat seseorang diharuskan melakukan mandi wajib.

Lalu bagaimanakah tata cara mandi wajib sesuai sunnah seperti yang yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW? 

Baca Juga: Tutorial Mandi Junub atau Mandi Besar, Berikut Penjelasan Lengkap Ustadz Adi Hidayat  

Ustadz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramah di kanal Youtube Atsar Muslim yang berjudul: 'Panduan: Tata Cara Mandi Junub Sesuai Sunnah - Ustadz Khalid Basalamah, MA; yang diunggah 16 November 2018, memberi penjelasan sebagai berikut:

Pertama mencuci telapak tangan 3 kali. Kedua, mencuci kemaluan dari depan dan belakang secara baik dengan menggunakan tangan kiri.

Kenapa tangan kiri, karena Nabi SAW tidak menggunakan tangan kanan dalam membersihkan diri.

"Dijelaskan dalam hadis Bukhori Aisyah berkata; Nabi SAW tidak menggunakan tangan kanan kecuali pada hajat-hajat yang baik dan tangan kiri beliau ddigunakan untuk membersihkan kemaluannya", kata Ustadz Khalid Basalamah.

Ketiga, berwudhu sebagaimana wudhu untuk sholat dengan catatan tetap menjaga wudhu dari perkara yang membatalkannya dan tidak menyentuh kemaluannnya dengan tangan manapun.

"Artinya mencuci telapak tangan membersihkan kemaluan sampai bersih, mau pakai sabun lebih bagus, sampai benar-benar bersih lalu kita wudhu", kata Ustadz Khalid Basalamah.

Baca Juga: Ustadz M Abduh Tuasikal: Ketahui Mandi Besar Masuk Ramadhan Pemahaman Keliru, Benarkah?

Setelah wudhu seperti wudhu sholat, dilanjutkan (keempat) menyela-nyela rambut dengan jari-jari sebanyak 2 kali. Jelasnya, ambil air di jari-jari kemudian disentuhkan di bagian kulit kepala sebanyak 3 kali.

Selanjutnya langkah yang kelima, kata Ustadz Khalid Basalamah, mengguyurkan 3 cidukan air sepenuh dua telapak tangan atau satu timba bisa juga shower, ke atas kepala hingga kulit kepala basah dengan sempurna.

"Dalam sebuah riwayat dikatakan, Nabi SAW mengguyur setelah memegang bagian sisi kanan kepala sehingga terasa di kulit kepala airnya mengguyur sebelah kanan bagian tubuh 3 kali. Baru kemudian mengguyur sisi kiri dan seluruh tubuh", tambah Ustadz Khalid Basalamah.

Langkah keenam membasuh tubuh sebelah kanan dimulai dengan bagian tubuh paling atas kepala lalu paling bawah. 

Atau dibiarkan air mengucur sampai ke bawah, disertai catatan untuk tidak menyentuh kemaluan untuk menjaga wudhu agar tidak batal.

"Karena wudhu yang dipakai itu mau dipakai sholat setelahnya asal tidak batal", kata Ustadz Khalid Basalamah.

Namun setelah mengambil wudhu lalu mandi pakai sabun dan tangan menyentuh kemaluan, jelas Ustadz Khalid Basalamah maka batal wudhu yang awal. Jadi nanti kalau mau sholat harus wudhu lagi.

Yang ketujuh membasuh tubuh sebelah kiri dimulai dengan bagian tubuh paling atas kemudian paling bawah. Lalu membasuh tubuh dengan air secara baik. Artinya semua kena air, sela-sela tubuh terguyur basah.

"Kesembilan atau terakhir adalah agar memperhatikan untuk mencuci ketiak, pusar dan belakang lutut. Ini tempat-tempat yang kadang tidak terkena air sehingga jika tidak diperhatikan tidak tersentuh air sehingga mandi junubnya tidak sempurna", ungkap Ustadz Khalid Basalamah.

Menurut Ustadz Khalid Basalamah, perlu dipahami bahwa mandi wajib itu ringan sekali bukan mandi yang berat seperti yang sering dibayangkan. Ada kasus orang pada saat pasangannya ingin mengulangi biologis ia gak mau dengan alasan malas mandi.

"Jadi jangan selalu dibayangkan kalau biologis lagi harus keramas lagi dengan shampo segala macam. Tadi sudah pake shampo pake sabun sekarang mandi yang kedua itu adalah mandi membasahi syaratnya saja supaya junub itu bersih bisa sholat", ungkap Ustadz Khalid Basalamah.

Adapun tentang mandi wanita dari haid, kata Ustadz Khalid Basalamah, para ulama berselisih mengenai kewajiban melepas jalinan rambut kepalanya atau ikatan.

"Namun yang shohih mengatakan ia (wanita) tidak wajib mengurai rambut di kepalanya", ujar Ustadz Khalid Basalamah.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: YouTube Atsar Muslim sumber lain


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah