Psikolog : Fenomena Boneka Arwah Perlu Dilestarikan, Bila Perlu se-Indonesia Memilikinya

- 6 Januari 2022, 14:49 WIB
 Psikolog, Ribu Badai
Psikolog, Ribu Badai /Rio Kuswandi/DeskJabar.com/
 
 
 
 
DESKJABAR - Boneka arwah atau Spirit Doll yang marak di kalangan artis Indonesia kini ramai diperbincangkan. Betapa tidak, boneka arwah ini menjadi bahasan fenomenal, pro kontra pun mewarnai fenomena ini. Ada yang kontrasiktif ada pula yang support.
 
Menanggapi hal ini, Psikolog Ribu Badai mengatakan, jika dilihat dari kacamata psikologi, fenomena ini bukan sesuatu hal yang omong kosong. Pasalnya, setiap manusia atau individu mempunyai hak atas perilaku dan tindakannya.
 
Menurut dia, hak setiap individu untuk berekspresi menyalurkan tentang apa-apa yang diinginkannya.
 
"Kalau saya menilai dari kacamata psikologi fenomena boneka arwah ini, ya sah-sah saja. Secara psikologi fenomena ini ilustrasi saja, itu hanya permainan suggest, engga ada salahnya. Jadi ya, wajar-wajar saja," kata Ribu Badai saat diwawancarai Desk Jabar.com melalui sambungan telepon, Kamis, 6 Januari 2022.
 
 
 
Fenomena ini, kata dia, merupakan gaya mereka. Ini adalah sebuah kebebasan yang jika dipandang dari satu sudut literasi menyatakan memperbolehkan. Jadi, fenomena ini adalah sebuah kewajaran, artinya bebas orang mau melakukan apa saja. 
 
"Bebas orang mau apa aja karena memang mungkin mereka (yang mengadopsi boneka arwah) role modelnya seperti itu. Bagi saya, wajar aja, sah-sah saja," kata Ribu berpendapat. 
 
Namun berbeda, jika dilihat dari sudut pandang agama. Misalnya, jika meminta pendapat dari sudut pandang islam, misalnya, sebuah lembaga semisal Majelis Ulama Indonesia (MUI), menanggapinya mungkin bisa kontrakdiktif. 
 
"Kalau ditanya ke MUI, ditanya ke Ustaz, itu jawabannya pasti mengarah ke musyrik, bisa dikatakan berteman dengan jin-lah, arwah-lah, dan larinya ke musyrik. Padahal tidak begitu, secara psikologi, itu hanya ilustrasi saja, hanya sugesti saja," jelasnya.
 
Dalam ajaran agama Islam, kemusyrikan adalah bentuk menduakan Tuhan, dan itu jelas tidak dibenarkan. Jika berbicara tentang kemusyrikan, Ribu mengatakan, hal itu tergantung dari individinya masing-masing. 
 
 
 
Bagaimana individu itu memahami akan fenomena ini. Pintar-pintar dan bijak-bijaknya orang itu bagaimana mengatur pemahaman dan pola fikirnya agar tidak salah kaprah. 
 
Adapun terkait pembahasan boneka yang kata kebanyakan orang ber-arwah. Misalnya, boneka itu jadi bisa hidup, bisa bergerak sendiri, bisa bicara dan mungkin hingga boneka itu melayang-layang terbang ke langit. Menurut Ribu, itu jelas dan nyata bisa terjadi. 
 
Sebenarnya, ulas Ribu, bukan ber-arwah. Menurut dia, boneka tetaplah boneka yang merupakan benda mati, artinya sama sekali tidak bisa hidup. Namun, yang menjadikan boneka itu hidup, bisa bicara dan bisa terbang itu dan lain sebagainya, merupakan pengaruh dari pemiliknya itu sendiri yang sebelumnya sudah tersuggest alam bawah sadarnya atas konstraksi-konstaksi yang tidak sengaja di buat sebelumnya. Dan suggest ini sifatnya bisa menular. 
 
"Jadi, artinya si pemilik boneka bisa melihat bonekanya bergerak, bisa seolah-olah hidup. Nah, orang lain pun bisa menyaksikan dengan penglihatan yang sama juga, asalkan berbarengan dengan pemilik boneka," jelas Ribu.
 
Secara psikologi, kata dia mengulang lagi, sah-sah saja, dimana fenomena ini jika disupport oleh masyarakat pada umumnya pun, hukumnya wajar-wajar saja, mengingat ini hanya permainan suggest. Apalagi jika membawa dampak positif untuk kebanyakan orang. 
 
 
 
Misalnya, untuk ibu-ibu yang juga belum dikarunia anak dari pernikahannya yang sudah sekian lama. Atau juga, muda-mudi atau calon ibu yang di kemudian hari pasti mempunyai anak setelah pernikahannya. 
 
"Maka, ini bisa dimanfaatkan sebagai implementasi latihan untuk para calon ibu yang belum mempunyai anak atau muda-mudi  yang masih single. Kan engga ada salahnya," jelas dia. 
 
Selain itu, kebermanfaatannya bisa mendukung aspek peningkatan ekonomi. Misalnya, karena fenomena ini, prodiktifitas pembuatan boneka meningkat, sehingga bisa memperluas lapangan pekerjaan dan meminimalisir pengangguran. Ujungnya kan aspek ekonomi terdampak bagus. 
 
"Kan nanti jadi naek tuh bisnis-bisnis boneka, tingkat produktifitasnya jadi bagus dan ekonomi juga jadi meningkat. Keren kan," ucapnya. 
 
Selain itu, kata dia, terkait dengan lowongan pekerjaan yang kini sedang mencari pembantu khusus untuk mengurus boneka, dengan gaji yang cukup fantastis, yakni Rp 10 Juta. Ribu menilai ini adalah progres yang bagus. 
 
"Ini kan prospek bagus, muda mudi yang nganggur kan bisa jadi dapat pekerjaan sekaligus penghasilan yang mumpuni," ujar Ribu. 
 
Sehingga, dapat disimpulkan, jika memang fenomena ini dapat diterima dan diindahkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, tidak ada salahnya. Apalagi jika membawa dampak positif bagi sebagian besar aspek. 
 
"Kalau bisa, fenomena ini dilestarikan, sampai seluruh Indonesia bila perlu punya boneka arwah masing-masing, kan seru juga ya. Jadi, kalau tidak mempunyai boneka arwah dianggap mimik yang memalukan, ketinggalan zaman atau tidak mengikuti tren," pungkasnya.***

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x