AstraZeneca Lanjutkan Uji Klinis Vaksin Covid-19 di AS, Ungkap Pula Rencana Menaikkan Harganya

24 Oktober 2020, 07:41 WIB
Ilustrasi Covid-19 /Pixabay/Gerd Altmann/

DESKJABAR - Perusahaan AstraZeneca Plc AZN.L melanjutkan kembali uji eksperimen vaksin Covid-19 di Amerika Serikat setelah mendapat persetujuan dari pihak berwenang setempat, yaitu the Food and Drug Administration (FDA).

Perusahaan kesehatan lainnya, Johnson & Johnson JNJ.N, juga akan memulai uji klinis di AS, Senin atau Selasa depan.

Dikutip dari Reuters, sejumlah pejabat dan pakar kesehatan dan AS mengekspresikan kekhawatiran bahwa persetujuan yang diberikan FDA kepada AstraZeneca karena adanya tekanan politik. Apalagi, survei menunjukkan sekitar seperempat warga AS enggan menerima vaksin Covid-19.

AstraZeneca yang merupakan salah satu pengembang vaksin Covid-19 bekerja sama dengan Oxford University, menghentikan uji klinisnya di AS pada 6 September 2020. Hal itu berawal dari laporan adanya peserta uji klinis di Inggris yang menderita penyakit mielitis transversa, yaitu peradangan pada satu bagian saraf tulang belakang.

Dua hari lalu, berbagai media massa mengabarkan seorang sukarelawan di Brazil meninggal dunia setelah menerima suntikan vaksin AstraZeneca. Akan tetapi, laporan AFP kemarin menyebutkan, orang itu ternyata menerima suntikan plasebo.

Baca Juga: Dua Kecamatan Masuk Zona Biru Covid-19 Kota Bandung, Ada Kecamatan Yang Naik Hampir Dua Kali Lipat

J&J juga sempat menghentikan uji klinisnya setelah seorang sukarelawan menderita sakit. Akan tetapi, tidak dijelaskan penyakit yang diideritanya.

Kedua perusahaan itu memiliki kontrak untuk menyediakan vaksin bagi sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat. AstraZeneca bahkan telah menandatangani kontrak dengan sejumlah negara dan siap menyediakan hingga 3 miliar dosis vaksin

AstraZeneca sebetulnya sempat terlibat pembicaraan dengan pemerintah Indonesia. Beberapa pekan lalu, Indonesia sempat mengajukan permintaan kepada perusahaan itu untuk pengadaan sekitar 100 juta dosis vaksin untuk vaksinasi yang direncanakan November. Perusahaan itu pun menyanggupi.

Namun, dengan adanya rekomendasi dari berbagai pihak, termasuk dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, pemerintah akhirnya menunda program vaksinasi. Rekomendasi itu intinya meminta pemerintah untuk tidak terburu-buru mengadakan vaksinasi Covid-19. PB IDI meminta pemerintah untuk menunggu hingga uji klinis tahap 3 vaksin usai digelar dan hasilnya dinyatakan aman.

Baca Juga: Bagaimana Vaksin Covid-19 Dibuat, Inilah 6 Tahapan yang harus Dilalui

Kabar terakhir yang disampaikan Achmad Yurianto kepada media massa sebelum diberhentikan dari jabatannya sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, pemerintah belum menandatangani kontrak pembelian atau membayar uang muka penyediaan vaksin kepada AstraZeneca.

Naik harga

Pada Jumat, 23 Oktober 2020, AstraZeneca menyatakan bahwa berdasarkan kesepakatan dengan Oxford University terkait vaksin Covid-19, akan ada kenaikan harga sekitar 20% untuk menutupi biaya-biaya tambahan lain.

"Sebagai tambahan terhadap biaya manufaktur, perusahaan akan menggelontorkan dana $1 miliar (Rp 14,65 triliun), termasuk untuk pengembangan klinis, distribusi, dan biaya-biaya tambahan lain," kata juru bicara AstraZeneca dalam pernyataannya.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Dunia Tembus 42 Juta, Tiga Negara Catat Pertambahan di Atas 5.000 Kasus

Saat ini, virus corona telah menginfeksi lebih dari 42,46 juta orang di seluruh dunia. Jumlah itu termasuk 8,75 juta warga Amerika Serikat dan 381 ribu warga Indonesia.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Reuters AFP

Tags

Terkini

Terpopuler