IBU KOTA NEGARA Nusantara, Semoga Tidak Jadi Kota Hantu Seperti Naypyitaw, Myanmar

21 Januari 2022, 07:39 WIB
Ibu Kota baru Myanmar Naypyitaw bagaikan kota hantu /axutopia.com/

DESKJABAR – Pemerintah kebut untuk merealisasikan pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Langkah perwujudan rencana itu sudah dimulai di tingkat DPR.

RUU IKN atau Ibu Kota Negara sudah disepakati, salah satunya memberi nama ibu kota negara yang baru itu dengan nama Nusantara.

Semoga saja rencana ini berjalan mulus. Jangan sampai Ibu Kota Negara Nusantara jadi kota hantu seperti Naypyitaw di Myanmar.

Resiko itu cukup terbuka mengingat pemindahan sudah dimulai bertahap mulai tahun ini. Sementara biaya total pembangunan dan pemindahan ibu kota negara ini akan menghabiskan anggaran Rp 490 triliun.

Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG, Titik Koordinat HP Amel Belum Dibuka Tim Penyidik, Ada Apa?

Jumlah anggaran yang sangat banyak di tengah ekonomi dunia termasuk Indonesia, yang belum mencapai kondisi normal akibat pandemi Covid-19.

Kekhawatiran soal besarnya anggaran tersebut menjadi kekhawatiran banyak kalangan dengan menyebut pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur untuk saat ini dinilai tidak ungent.

Makanya kemudian PKS dengan kekhawatiran itu menjadi satu-satunya Fraksi di Pansus RUU IKN, yang menolaknya.

Apalagi anggota Komisi V DPR RI, Suryadi Jaya Purnama, mengingatkan bahwa angka yang diperkirakan dalam rangka membangun Ibu Kota Negara (IKN) yang baru berpotensi untuk melonjak berkali-kali lipat dari prediksi awal.

 Baca Juga: DI SAAT ARTERIA DAHLAN Usik Warga Sunda, Ridwan Kamil Beri Kabar Baik dari Berlin, Bangga Jadi Orang Sunda

Anggaran Rp 490 triliun itu menurutnya, realisasinya bisa saja melonjak menjadi 2 sampai 3 kali lipat.

Hal itu belajar dari pengalaman proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung, yang semula diproyeksikan sebesar Rp 60 triliun, melonjak menjadi  lebih dari Rp 100 triliun.

Belajar dari Naypyitaw

Ada sejumlah negara, dengan berbagai alasan memindahkan ibu kota negara mereka ke tempat yang baru.

Amerika Serikat (AS) memindahkan ibu kota dari New York ke Washington DC pada tahun 1800-an. Australia, ketika memindahkan ibu kota Melbourne ke Canberra pada tahun 1927.

Pemindahan berjalan lancar dan berhasil. Namun juga ada rencana pemindahan ibu kota negera yang ternyata gagal. Salah satunya adalah ketika Myanmar berencana memindahkan ibu kotanya dari Yangon ke Naypyitaw pada 2005.

Baca Juga: SUBANG TERKINI, Danu Subang : Ga Nyangka Dapat Gaji dari Youtube

Pemindahan itu dilakukan ketika junta militer dikendalikan oleh Jenderal Than Shew dengan alasan saat itu ibu kota Yanggon dinilai sudah sangat padat.

Naypyitaw yang berarti “Istana Kerajaan” terletak di Desa Kyatpyae, Kota Pyinmana, Provinsi Mandalay. Jaraknya 372,8 kilometer dari Yangon. Pemindahan pun dimulai sejak tahun 2001

Sayangnya pemindahan ibu kota negara itu sepertinya menemui banyak kegagalan. Kota yang awalnya disebut sebagai Istana Kerajaan, kini berubah menjadi seperti Kota Hantu.

Berbagai media massa di Myanmar menyebut kota yang berukuran empat setengah kota London atau sekitar 7.054 km ini, sering dijuluki sebagai Kota Hantu. Padahal, biaya pemindahan mencapai 4 miliar dolar AS.

Dana tersebut digunakan untuk membangun jalan raya yang megah, pembangkit listrik, lapangan golf, hotel, pusat perbelanjaan, restoran, dan kafe. Namun, mengutip Business Insider dari The Guardian , kota ini berpenduduk minim, hanya dihuni 924 ribu orang.

Baca Juga: DI KODE REDEEM FF 21 Januari 2022,TERSEDIA MAG 7, M1014, SG 2, dan MABAR Pake Custom Room Cards

Selain menjuluki sebagai Kota Hantu, tidak sedikit media massa lokal yang menyindirkan sebagai studio film besar Disneyland yang terbengkalai tanpa atraksi.

Pada tahun 2006 kota metropolitan yang dibangun khusus ini menggantikan Yangon sebagai ibu kota negara. Nama resminya, Nay Pyi Taw, diterjemahkan sebagai 'Tempat Tinggal Raja' dan desainnya menunjukkan semua keunggulan benteng berbenteng diktator.

Sejak konstruksi dimulai pada tahun 2002, sudah ada rumor anggaran sebesar 4 miliar dolar telah dipompa ke dalam proyek tersebut. Namun pemandangan di luar Zona Kementerian, blok demi blok distrik pusat kota masih sedikit dan selebihnya adalah rumput-rumput ilalang.

Saat ini, ada sekitar 60 hotel di zona ini saja, dan dua distrik hotel lagi setelah itu yang sudah berdiri. Namun disansikan apakah ada penghuninya, mengingat jalan-jalan besar yang melintasi kawasan ini hanya dilewati segelintir kendaraan saja.

Meskipun beberapa tahun terakhir pemerintah Myanmar sudah membuka pintu bagi wisataan asing untuk berkunjung ke Myanmar, termasuk kunjungan ke Naypyitaw, namun tetap saja kota ini masih jauh dari harapan awal untuk menjadi kota metropolitan yang lebih maju dan ramai.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler