Inilah Sembilan Momen Paling Berkesan dan Dikenang Olimpiade Tokyo 2020

- 9 Agustus 2021, 11:54 WIB
Ilustrasi Olimpiade Tokyo 2021, ada sejumlah momen yang paling berkesan dan dikenang.
Ilustrasi Olimpiade Tokyo 2021, ada sejumlah momen yang paling berkesan dan dikenang. /olympics.com/

DESKJABAR - Olimpiade Tokyo 2020 telah usai, api Olimpiade telah dipadamkan Minggu, 8 Agustus 2021 malam. Olimpiade Tokyo 2020 resmi berakhir, banyak momen layak dikenang.

Di Olimpiade Tokyo 2020 banyak momen berkesan dan layak dikenang mengenai teladan, keberanian, keterampilan luar biasa, sportivitas dan emosi, sesuai dengan moto Olimpiade yang baru: Citius, Altius, Fortius - Together, yang artinya  "Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat - Bersama"

Seperti juga pada perhelatan olahraga besar lainnya, selalu ada momen atau kenangan yang bisa dikenang sepanjang mas. Berikut sembilan momen terbaik Tokyo 2020 pilihan laman Olympics.com.

Baca Juga: Warga Bandung Agar Menghindari Seks Bebas untuk Menekan Kasus Kematian Semasa Pandemi Covid-19

1. Simone Biles mundur tetapi lalu masuk lagi gelanggang untuk memenangkan perunggu

Salah satu 'wajah' besar kompetisi senam Tokyo 2020 adalah Simone Biles, pesenam Amerika Serikat yang paling banyak mendapatkan medali.

Namun, gadis berusia 24 tahun itu mengundurkan diri dari final beregu setelah nomor pertamanya meja lompat, karena tak ingin membahayakan timnya.

Dia kemudian mundur dari tiga final nomor alat perseorangan dalam rangka fokus ke pada kesehatan mentalnya. Keputusan ini mendapat dukungan luas dari para penggemar dan sesama atlet dari seluruh dunia.

Namun lewat penampilan mental yang tabal dan keberanian yang luar biasa, Biles masuk lagi kompetisi untuk ambil bagian dalam final balok keseimbangan guna merebut medali perunggu yang merupakan medali Olimpiade ketujuh selama karirnya.

2. Elaine Thompson-Herah mencetak sejarah Olimpiade

Sebelum Tokyo 2020, tidak ada perempuan yang berhasil mempertahankan gelar juara lari 100 m dan 200 m putri berturut-turut. Namun Elaine Thompson-Herah bukan atlet sembarangan.

Baca Juga: Jaga Kondisi Tubuh Dengan Tape, Ini Resep Minuman Enak Berbahan Peuyeum Bandung ala Zaidul Akbar

Sprinter Jamaika yang memenangkan emas kedua nomor itu dalam Olimpiade Rio 2016 itu menyabet medali emas keduanya dalam nomor 100 m pada 31 Juli dengan catatan 10,61 detik sehingga memecahkan rekor Olimpiade 10,62 detik yang dipegang ikon Amerika Serikat Florence Griffith Joyner yang sudah 33 tahun tak terpecahkan yang tercipta di Seoul 1988. Catatan waktu itu juga melesatkan dia ke tempat kedua dalam daftar pelari tercepat kedua sepanjang masa di belakang Griffith Joyner.

Tiga hari kemudian, Thompson-Herah kembali mengguncang Stadion Olimpiade ketika merebut medali emas 200m putri dengan menorehkan waktu 21,53 detik yang hanya 0,19 detik lebih lama dari rekor dunia yang juga rekor Olimpiade yang juga dipegang Florence Grifith Joyner.

Saat menuju ke sana, Thompson-Herah mengukuhkan statusnya sebagai ratu sprint tak tergoyahkan dengan menjadi wanita pertama yang memenangkan dua emas 100 dan 200m putri Olimpiade dua kali berturut-turut.

3. Mutaz Barshim dan Gianmarco Tamberi berbagi emas lompat tinggi

Pada akhir final lompat tinggi Olimpiade yang dramatis, atlet Qatar Mutaz Barshim dan atlet Italia Gianmarco Tamberi memilih berbagi medali emas ketimbang melanjutkan dengan lompatan guna menentukan siapa pemenang nomor ini.

Kedua atlet, juga atlet Belarus Maksim Nedasekau, sebelumnya sudah membuat lompatan setinggi 2,37 meter, tetapi saat mistar dinaikkan ke 2,39 meter sehingga menjadi rekor Olimpiade baru jika berhasil dilewati, tak seorang pun dari ketiga pelompat tinggi putra itu yang mampu melewati tinggi lompatan tersebut.

Jadi, alih-alih meneruskan lomba, Barshim bertanya kepada seorang ofisial, 'Bisakah kita punya dua pemenang emas?'. Ofisial itu setuju, dan Tamberi melompat memeluk Barshim dalam suasana gembira sejati begitu mengetahui bahwa dia dan teman baiknya itu dinobatkan sebagai juara bersama. Nedasekau sendiri dianugerahi medali perunggu.

4. Emas atlet Italia yang luar biasa

Bisa dibilang Italia menikmati Olimpiade yang luar biasa di Tokyo 2020 setelah mengumpulkan 40 medali atau empat medali lebih banyak dari total rekor sebelumnya yang dicapai dalam Olimpiade Los Angeles 1932 dan Roma 1960, termasuk tiga medali emas yang luar biasa dari atletik di Stadion Olimpiade.

Yang pertama dari tiga emas itu adalah emas lompat tinggi yang diraih Tamberi bersama dengan Barshim itu.

Beberapa saat kemudian, Marcell Jacobs menorehkan sejarah dengan tidak hanya menjadi atlet pertama yang mewakili Italia yang lolos ke final sprint 100 meter putra, tetapi juga menjadi yang pertama meraih emas dalam nomor ini.

Salah satu adegan yang akan kekal dikenang dalam Olimpiade ini adalah pemandangan Jacobs menembus garis finis untuk memecahkan rekor nasional dan Eropa 9,80 detik dan dia langsung dirangkul Tamberi yang sudah menunggunya yang sudah menyelimuti tubuhnya dengan triwarna bendera Italia.

Tapi bukan hanya di situ sejarah diciptakan Italia. Pada Jumat 6 Agustus, tim estafet 4x100m putra kembali menciptakan sejarah dengan memenangkan emas pertama Italia dari nomor ini di mana salah satu pelari mereka Filippo Tortu menyalip sprinter Britania Nethaneel Mitchell-Blake untuk memenangkan emas dalam selisih seperseratus detik.

Baca Juga: La Liga Spanyol 2021 Akan Bergulir, Barcelona Tanpa Lionel Messi, Ronald Koeman Bersemangat

5. Emma McKeon menyamai rekor medali Olimpiade terbanyak

Pada Olimpiade Helsinki 1952, Mariya Gorokhovskaya dari bekas Uni Soviet menorehkan rekor dengan memenangkan tujuh medali dalam kompetisi senam artistik (termasuk emas beregu dan semua alat). Perolehan medali Gorokhovskaya adalah yang terbanyak yang bisa diraih seorang atlet putri sepanjang sejarah Olimpiade, bertahan sampai hari ini, hampir 60 tahun kemudian.

Namun kali ini berbeda karena Gorokhovskaya tidak lagi sendirian di buku rekor itu.

Emma McKeon menggenggam Olimpiade untuk dikenang di Tokyo setelah meraih medali emas gaya bebas 50m seraya mencetak rekor Olimpiade baru, gaya bebas 100m, estafet gaya bebas 4 x100 m, dan estafet gaya ganti 4 x100 m untuk melengkapi tiga medali perunggu yang diraihnya dari nomor 100 m gaya kupu-kupu, estafet 4 x 200 m gaya bebas, dan estafet 4 x100 m gaya campuran.

Dalam perjalanan mencatat sejarah itu, McKeon menjadi atlet Olimpiade paling sukses di Australia dan membuat sejarah baru dengan menjadi perenang putri pertama yang memenangkan tujuh medali dalam satu Olimpiade bersama dengan Michael Phelps, Mark Spitz dan Matt Biondi yang meraih tujuh atau lebih medali.

Tidak itu saja McKeon juga dengan demikian menjadi atlet yang paling banyak mendapat medali dalam Olimpiade Tokyo 2020.

6. Allyson Felix menjadi atlet atletik AS yang paling banyak mendapatkan medali

Stadion Olimpiade Tokyo adalah panggung di mana tak terhitung momen-momen sejarah Olimpiade tercipta selama Tokyo 2020, termasuk Allyson Felix yang menobatkan diri sebagai atlet atletik AS yang paling banyak mendapatkan medali Olimpiade.

Felix memenangkan medali pertamanya saat berusia 18 tahun pada Olimpiade Athena 2004, memenangkan perak 200 meter 17 tahun kemudian, Felix kembali ke lintasan di Jepang untuk menyabet medali kesepuluh (perunggu lari 400m) dan kesebelas (estafet 4x400m) sehingga melewati pencapaian legenda Carl Lewis sebagai atlet Amerika dengan medali atletik Olimpiade paling banyak.

Halaman:

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x