Penurunan Daya Juang dan Stamina, Faktor Kegagalan di Thailand yang Harus Segera Dibenahi

- 1 Februari 2021, 09:12 WIB
Logo PBSI
Logo PBSI /
 
 
 
 
 
 
 
DESKJABAR - Penurunan daya juang dan masalah stamina para atlet bulu tangkis Indonesia, merupakan bagian dari kegagalan memenuhi target saat berlaga di
di  tiga turnamen yang berlangsung di Bangkok, Thailand selama tiga pekan dan telah berakhir Minggu 31 Februari 2021, 
 
Dari tiga turnamen tersebut, Indonesia hanya membawa pulang satu gelar juara dari pasangan ganda putri Greysia Polii-Apriyani Rahayu diajang Yonex Thailand Open 2021.
 
Sedangkan di turnamen Toyota Thailand Open 2021 prestasi terbaik hanya sampai semifinal yang capai Greysia-Apriyani dan Mohammad Ahsan-Hendra Setiawan. 
 
.
Kemudian dan BWF World Rour Final 2020, Indonesia gagal meraih gelar juara, setelah Ahsan-Hendracdikalahkan pemain asal Taiwan Lee Yang-Wang Chi Lin  21-17, 23-21.
 
Kabid Binpres PP PBSI, Rionny Mainaky menuturkan, secara menyeluruh memang ada penurunan, khususnya pada daya juang sang atlet.
 
"Kalau melihat dari permainan pertama di Yonex Thailand Open, ketika mereka harus masuk karantina dulu, kemudian baru latihan, sebetulnya memang tidak terlalu mengganggu. Tapi seperti tidak bebas dari sisi latihan, dan memang waktu untuk latihannya pun sedikit," Rionny menjelaskan kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
 
 
"Tapi secara menyeluruh memang ada penurunan di daya juang, kecuali Greysia-Apriyani, dari sisi konsentrasinya mereka juga bisa konsisten, sampai akhirnya juara. Kalau yang lain masih terlihat goyah. Daya juang ada, tapi terlihat masih naik turun. Mau naik dan bangkit itu susah," jelas Rionny.
 
"Untuk Toyota Thailand Open, dengan target dua medali, justru malah kalah di semifinal dua-duanya (ganda putra dan ganda putri)," Kata Rionny.
 
Sementara untuk hasil World Tour Finals 2020, Rionny  belum berkoordinasi lebih lanjut untuk membahas, baik dengan pemain atau pelatihnya. Dikarenakan, dia sendiri sudah kembali ke Indonesia bersama dengan kepulangan kloter pertama.
 
 
"Untuk World Tour Finals ini karena saya juga tidak hadir di sana, jadi saya belum koordinasi langsung. Memang yang diharapkan untuk masuk ke final ini, mereka gagal tidak ada yang lolos," ucap Rionny.
 
"Nanti setelah semua kembali ke Jakarta, saya akan kumpulkan semuanya. Ini memang harus benar-benar dievaluasi, bukan dari pemainnya saja tapi dari pelatihnya juga. Harus dicek semua, ditonton ulang lagi pertandingannya. Pelatih masing-masing sektor harus benar-benar evaluasi dan membuat catatan-catatan apa saja yang harus kita benahi," kata Rionny.
 
Non teknis
 
Selain dari segi teknis, kekalahan skuad Indonesia juga dinilai kurang dari sisi non-teknis. Terutama dalam hal stamina. Namun menurut Rionny, yang paling utama adalah motivasi para atlet untuk tetap semangat saat berlaga.
 
 
"Saya akui juga pemain-pemain lawan terlihat lebih siap bertanding, terutama Chinese Taipei (Lee Yang-Wang Chi Lin) ini. Bukan hanya soal teknis, tapi non-teknis seperti postur, tenaga, mungkin dari makanan, minuman, dan nutrisinya juga lebih oke. Saya akui mereka lebih stabil di tiga kali turnamen ini bisa juara. Jadi yang harus dievaluasi bukan hanya dari sisi teknis saja," tutur Rionny.
 
"Tapi selain itu, saya rasa intinya adalah bagaimana motivasi para atletnya. Terutama motivasi untuk daya juangnya. Jadi harus kita gali lagi, apa yang bisa membuat mereka lebih semangat lagi," katanya.***
 

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: badmintonindonesia.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah