'Belenggu Nalar', Memoar Laksamana Sukardi tentang Penjualan Tanker Pertamina yang Dikasuskan

- 29 November 2023, 16:11 WIB
Laksamana Sukardi
Laksamana Sukardi /

4. Menurut Bapak, apa motivasi atau “keuntungan” para konspirator tersebut menargetkan Bapak masuk penjara? Dendam politik, pemerasan, atau sebab lain?

Kemungkinan besar adalah perbedaan pendapat dan sikap. Kita masih harus belajar berdemokrasi bahwa beda pilihan bukan lah sebuah pengkhianatan. Kita bukan di Korea Utara dimana tidak ada toleransi atas perbedaan pendapat dan pilihan.
Selain itu saya melaksanakan tugas negara dengan memegang erat elan perjuangan reformasi dan memberantas KKN ternyata mengalami benturan benturan keras yang sangat tidak berkenan.
Memenjarakan saya mungkin juga merupakan sebuah kesombongan untuk membuktikan siapa yang benar. Sekaligus mematikan karier politik saya yang saya bangun dengan turut berjuang dalam proses reformasi melawan rejim Orde Baru (Baca buku “Dibalik Reformasi 1998” sebuah catatan pribadi Laksamana Sukardi)***


5. Bagaimana keluarga ketika Bapak sedang mengalami situasi tersebut? Apa hal-hal yang masih Bapak ingat sampai sekarang?

Ayah saya mengalami serangan jantung karena kaget dan ibu mertua saya sakit karena terus berpuasa untuk keselamatan saya sampai ususnya rusak dan harus dipotong.
Istri saya dan keluarga tidak berhenti berdoa. Mereka tidak percaya bahwa saya sebagai koruptor.
Ratusan anak Yatim Piatu yang saya hidupi telah sangat membantu saya, dengan tulus berdoa selama saya di dzalimi.


6. Bisa Bapak ceritakan secara ringkas, apakah apak masih bertemu dengan orang-orang yang dulu mengkriminalisasi?
Bapak sudah kenal lama? Apakah ada komunikasi? bagaimana sikap mereka saat ini?

Saya tidak pernah bertemu kembali, walaupun saya pribadi yang mengambil inisiatif untuk ketemu. Sikap mereka saat ini tidak pernah berubah dan tidak merasa bersalah.

7. Mohon masukan atas hal-hal yang belum saya tanyakan diatas.

Buku Belenggu Nalar jangan dianggap enteng, karena merupakan sebuah pengalaman nyata terhadap sebuah “kejahatan negara” yang terjadi di Republik Indonesia paska reformasi dan harus dibasmi jika kita ingin Indonesia menjadi negara maju. Para pemimpin dan calon pemimpin, profesional penyelenggara negara wajib membacanya. Jangan melihat saya pribadi sebagai penulisnya, tetapi lihat isi dan makna dari tulisannya.***

Halaman:

Editor: Yedi Supriadi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah