Bacapres Anies Baswedan Bicara Soal Anak Jadi Tanggung Jawab Kolektif, Bukan Hanya Seorang Ibu

- 23 Juli 2023, 19:03 WIB
Bakal Calon Presiden Anies Baswedan saat bersalaman dengan ibu ibu. Anies menyebut anak jadi tanggung jawab kolektif bukan hanya tugas ibu ibu
Bakal Calon Presiden Anies Baswedan saat bersalaman dengan ibu ibu. Anies menyebut anak jadi tanggung jawab kolektif bukan hanya tugas ibu ibu /instagram



DESKJABAR –Anies Rasyid Baswedan, bakal calon Presiden RI berbicara mengenai anak anak Indonesia yang merupakan masa depan bangsa. Dia menyebutkan untuk mewujudkan masa depan yang maju dan berkeadilan, negara harus memuliakan perempuan dan anak tanpa terkecuali.

Menurut Anies, mengurus anak merupakan tanggung jawab kolektif, bukan hanya seorang ibu, tetapi juga ayah, lingkungan, bahkan negara.

“Zalim rasanya jika negeri ini membiarkan perempuan berjuang sendirian. Saat negara tak melindungi perempuan dan anak, masa depan bangsa ini terancam. Negara ini harus memuliakan semua perempuan dan anak, tanpa terkecuali," tutur Anies, Minggu 23 Juli 2023.

Baca Juga: IDCloudHost Rilis Layanan Terbaru WordPress Hosting Berpanel, untuk Memudahkan Penggunanya

Menurut dia, perempuan menjadi tiang tegaknya sebuah bangsa, penopang dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam aktivitasnya keliling ke penjuru negeri untuk mendengar, menyerap, dan merasakan kondisi terkini masyarakat.

Anies  menyatakan telah banyak menemui banyak perempuan dalam kesederhanaan menjadi pribadi penggerak yang tanpa disadari sedang mendidik buah hatinya menjadi pribadi tangguh.

Anies melihat langsung seorang perempuan penjual pecel lele di Jakarta. Ibu ini rela menempuh ratusan kilometer dari Brebes menuju ibu kota untuk berjuang demi masa depan yang lebih baik, khususnya buat buah hatinya.

Sejatinya ibu ini tak hanya sedang berdagang. Akan tetapi, di warung kecilnya, dia sedang merancang generasi baru yang cemerlang. Rosi, sang buah hati, boleh saja lahir dari tempat sederhana, tapi mimpinya menjulang tinggi ingin menjadi pengusaha.

“Dia menyusun kepingan mimpinya dengan jalur pendidikan formal di sekolah. Warung pecel itu semacam laboratorium mini untuk menggapai cita-citanya menjadi pengusaha. Di warung pecel itu, kami menjadi saksi potret perempuan yang melukis generasi masa depan," tutur bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) ini.

Dia menuturkan, di Jakarta misalnya, terdapat program Ibu Ibukota yang menemukan perempuan penggerak. Dampak peran mereka dirasakan di masyarakat walau mereka sering tak terdengar. Para perempuan tersebut yang tak nampak di permukaan, tapi senyatanya membuat perubahan.

Baca Juga: Meriahkan BNI Loud Fest 2023 dalam Rangka HUT ke 77, BNI Menggandeng 117 UMKM Kuliner

Menurut dia, negeri ini tak pernah kekurangan perempuan yang luar biasa seperti si ibu penjual pecel lele yang berjuang mencari rezeki, mahasiswi yang semangat menata mimpi, si Mbok pedagang pasar yang bersiap sejak dini hari, perempuan pekerja kantoran yang berpeluh sedari pagi, buruh pabrik yang telaten bekerja, sampai ibu rumah tangga yang kerap berjuang sendiri.

Oleh sebab itu, menurut dia, negeri ini butuh memahami perempuan dengan sepenuh hati, bukan menghakiminya dengan beragam persepsi. Selama ini, perempuanlah yang menata satu per satu bata untuk bangunan masa depan negeri ini.

 “Masa depan bangsa ini dipertaruhkan jika kita gagal memuliakan perempuan. Sayangnya, hari-hari ini ketidakadilan terpampang nyata dalam tiap langkah kehidupan perempuan."

Anies Baswedan menilai, sejak lahir, perempuan sering tak diberi kesempatan yang sama. Bertumbuh dalam lingkungan yang rawan dengan kekerasan. Mendapat upah yang lebih rendah saat bekerja. Seorang ibu harus menghadapi kenyataan pahit: 1 dari 5 anak Indonesia mengalami stunting.

Baca Juga: Peringati Tahun Baru Islam 1445 H, Warga Komplek Alam Sinarsari RT-05 RW-04 Santuni Anak Yatim

Kemudian, saat buah hatinya menempuh pendidikan, perempuan kembali dihadapkan pada ketidakadilan. Meski telah tujuh dekade lebih negeri ini merdeka, 7 dari 10 anak yang putus sekolah terjadi karena faktor ekonomi. Bahkan, hanya 6 dari 100 anak keluarga miskin yang mampu mengakses pendidikan sampai perguruan tinggi.

"Kita perlu ingat di mana pun lokasi lahirnya, apa pun status ekonominya, setiap anak di Indonesia punya hak untuk tercerdaskan. Perih rasanya ketika doa seorang ibu untuk pendidikan anak-anaknya terbentur dengan kenyataan bahwa negeri ini belum bisa memenuhi janjinya mencerdaskan kehidupan setiap anak bangsa," tambah Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini.***

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x