GUNUNG SALAK Pernah Jadi Pusat Gempa 8 SR, Getarannya Selama 45 Menit Hingga Sungai Cisadane Tersumbat

- 22 Januari 2022, 11:52 WIB
ILustrasi catatan gempa. Gunung Salak pernah menyimpan sejarah gempa dahsyat yang mengerikan
ILustrasi catatan gempa. Gunung Salak pernah menyimpan sejarah gempa dahsyat yang mengerikan /BFN News/

DESKJABAR – Gunung Salak yang berada di kawasan Bogor, ternyata menyimpan sejarah gempa mengerikan ketika terjadi gempa berkekuatan 8 SR atau Skala Richter pada 5 Januari 1699.

Getaran gempa berkekuatan 8 SR yang diperkirakan berpusat di kawasan Gunung Salak Bogor tersebut berlangsung selama sekitar 45 menit, yang mengakibatkan kerusakan dan longsor di antara wilayah Jakarta, Bogor dan sebagian Jawa Barat, Banten, hingga Lampung.

Bahkan dampak yang dirasakan Batavia saat itu atau sekarang bernama Jakarta, pasokan air minum dari wilayah Bogor ke Batavia terhenti beberapa hari karena aliran Sungai Cisadane tersumbat beberapa ratus meter.

Baca Juga: X Factor Indonesia : Bukan Cuma Jago Lagu Barat, Lagu 'Pegang Tanganku' ALVIN JONATHAN, Bikin Juri Terpana

Gempa Gunung Salak ini berdasarkan laporan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tim dari Australia yakni Nguyen, N., Griffin, J., dan Cummins, yang dipublikasikan di laman researchgate.net pada 2015.

Dalam laporan Coolhaas, Phoonsen, dan beberapa sumber lain yang dikutip Ngoc Nguyen dan kawan-kawan, pada 5 Januari 1699, menyebutkan bahwa gempa besar melanda Batavia (sekarang Jakarta).

Disebutkan bahwa gempa bumi begitu besar dan kuat yang tidak diketahui apakah sebelumnya pernah terjadi di sini... Goncangan berlangsung selama sekitar tiga perempat jam atau sekitar 45 menit.

Akibat getaran kuat yang berlangsung cukup lama tersebut, Kota Batavia yang saat itu menjadi kota perdagangan, menerima dampak kuat akibat gempa tersebut.

Sebanyaj 21 rumah, 29 lumbung, dan sebanyak 28 warga hilang. Sejumlah bangunan runtuh juga terjadi di Lampung.

Baca Juga: Ini Pengakuan Sopir Truk Kecelakaan Mematikan di Balikpapan, KNKT Pun Terjun Ke Balikpapan

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disajikan dalam makalah bertajuk “Palaeotsunami, Interdisciplinary Study of The South Java Giant Tsunami” (2017), gempa ini terjadi ketika Batavia diguyur hujan deras pada pukul 01.30 dini hari.

Yang tidak kalah mengerikan adalah gempa susulan terjadi dalam beberapa hari, yang mengakibatkan longsor di kawasan Gung Salak Bogor.

Dalam laporannya, Ngoc Nguyen dkk. menyebut daerah di sekitar Gunung Salak, dekat Buitenzorg (Bogor) mengalami longsor yang mengakibatkan sungai tidak bisa digunakan sebagai jalur transportasi.

Ngoc Nguyen dkk. juga melaporkan ada perkiraan salah satu penyebab terjadinya gempa berkekuatan 8 SR pada 5 Januari 1699 adalah akibat meletusnya Gunung Salak yang terjadi pada malam tanggal 4 Januari 1699.

Baca Juga: UPDATE KODE REDEEM FF 22 Januari  2022, Kode Redeem FF 1 Menit yang Lalu, GARENA: BANJIR HADIAH KEREN

Gempa dahsyat tersebut menyebabkan longsor parah di kawasan Bogor, yang membuat transportasi sungai terganggu dan pasokan air minum untuk kawasan Batavia saat itu, terganggu dalam beberapa hari.

Mengutip dari laman dikypranowo99, sebuah catatan dari tahun 1702 menceritakan keadaan yang diakibatkannya letusan Gunung Salak tersebut.

Disebutkan, akibat letusan Gung Salak tersebut, dataran tinggi antara Batavia dengan Cisadane di belakang bekas keraton raja-raja Jakarta yang disebut Pakuan yang asalnya berupa hutan besar, setelah terjadi gempa bumi berubah menjadi lapangan yang luas dan terbuka tanpa pohon-pohonan sama sekali.

Letusan menyebabkan adanya belahan tengah, seperti yang terlihat dari jauh ada lembah besar yang menganga ke arah utara.

Baca Juga: Masterchef Indonesia Season 9 Malam Ini, Mari Flashback Tiga Jawara Sebelumnya, Lord Adi, Jesselyn, dan Nadya

Pada saat letusan besar ini batu batuan, pohon pohonan, lumpur lahar mengalir deras melalui Cisadane, dan sebagian sebaran batu batuan yang terlempar membuat daerah lereng dan kaki gunung bagian utara banyak terisi batu batuan seperti yang banyak dijumpai saat ini.

Permukaan tanah tertutup dengan tanah liat merah yang halus, seperti yang biasa digunakan tukang tembok. Di beberapa tempat telah mengeras sehingga dapat menahan beban langkah yang berjalan di atasnya, tetapi pada tempat- tempat lain orang dapat terbenam sedalam satu kaki.

Aliran Ciliwung dekat muaranya tersumbat sepanjang beberapa ratus meter akibat lumpur yang dibawanya. Van Riebeeck yang membersihkan sumbatan itu mengajukan tuntutan agar tanah Bojong Manggis dan Bojong Gede diberikan kepadanya sebagai upah.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x