UPDATE INFO GEMPA: Ilmuan Kegempaan Sebut Gempa Megathrust Selat Sunda Bisa Terhindar dengan Lakukan Ini

- 21 Januari 2022, 19:47 WIB
 ilmuan kegempaan DR Rahma Hanifa dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
ilmuan kegempaan DR Rahma Hanifa dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). /tangkapan layar youtube info bmkg

DESKJABAR- Gempa Megathrust di Selat Sunda dengan kekuatan gempa dahsyat hingga mencapai 8.7 magnitudo hingga 9 magnitudo terus diungkap oleh ilmuan dan juga pakar kegempaan.

Bahkan gempa dahsyat Megathrust itu dibarengi tsunami setinggi 20 meter dan akan menghantam beberapa bagian di wilayah Selat Sunda yakni ke Pulau Jawa Bagian Barat dan juga bagian Selatan Sumatera.

Bahkan para ilmuan menyebut gempa yang terjadi di Banten magnitudo 6.6 menjadi 'alarm' terjadinya gempa bumi yang lebih besar dan dahsyat Megathrust.

Baca Juga: BINDA Jawa Barat Dua Hari Berhasil Vaksinasi Warga Jabar 37.673 Dosis di Berbagai Kota Kabupaten

Baca Juga: SKETSA FOTO Kasus Subang Bukan dari Saksi Makanya DPO, Tapi Gak Tahu Kalau Dalangnya

Untuk itu, perlu ditingkatkan kewaspadaan, kesiapsiagaan dan mitigasi secara terstruktur maupun kultural terhadap bencana gempa bumi dan tsunami perlu terus ditingkatan.

Jadi Selat Sunda berpotensi terjadi gempa bumi dan tsunami dengan sekala besar dahsyat atau gempa besar (Megathrust), hal itu merupakan hasil penelitian dari para ilmuan kegempaan.

Terungkap hal tersebut diacara  "Webinar Gempabumi Banten 14 Januari 2022 M 6.6" pada Jumat 21 Januari 2022 pagi.

Webinar tersebut langsung dibuka oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Dwikorita Karnawati dan Kepala BNPB Suharyanto.

Narasumber beberapa pejabta Kantor BMKG pusat dan pakar kegempaan ITB DR Irwan Meilano S.T. MSc, dan juga ilmuan kegempaan DR Rahma Hanifa dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

Pakar kegempaan ITB Irwan Meilano dalam webinar tersebut menjelaskan bahwa wilayah Selat Sunda mengalami laju regangan yang tinggi sekitar 3 x 10 pangkat 7 per tahun.

Berdasarkan hasil permodelan, sumber gempa besar (Megathrust) di Selat Sunda berada pada bagian yang dangkal, sehingga berpotensi menghasilkan gempa dan tsunami.

Baca Juga: Enam Warga Bandung Terkena Omicron, Plt Wali Kota Bandung Yana Mulyana Segera Lakukan Ini

Jangan lupa juga di selat Sunda menurut Irwan Meilano ada sesar Sumantera yang masuk ke Selat Sunda dan juga wilayah Selat Sunda yang sangat dekat dengan trens.

Sehingga bisa memincu gempa bumi dan juga terjadi tsunami di wilayah tersebut potensi yan cukup besar.

Sementara itu, peneliti dari BRIN Nuraini Rahma Hanifa menyatakan bahwa dalam penelitiannya menyebut dalam jangka 300 tahun setelah dulu terjadi gempa besar, siklusnya akan terjadi gempa besar lagi.

"Tahun 2020 mengupdate, bagaimana tentang gempa pulau Jawa, kenapa akan ada gempa 8.7 karena dihitung dari 300 tahun lalu terjadi gempa kemudian dihitung dari luasan bidang robekan sepanjang 250 km, sedangkan pergeseran gempa dari akumulasi 4 cm pertahun sehingga akan diperkirakan akan terjadi gempa besar setelah 300 tahun itu dengan ekuatan gempa 8.7 magintudo," ujar Nuraini Rahma saat menjadi pembicara dalam webinar tersebut.

Itu memang jejak terakhir gempa yang terjadi pada masa lampau, sehingga kini 300 tahun kemudian akan terjadi kekosongan waktu dan gempa kekuatan magnitudo 8.7 itu merupakan akumulasi setelah 300 tahun.

"Selat Sunda regangan energinya sudah sangat tinggi, sehingga dimungkinkan ada gempa besar dan potensi tsunami juga tinggi.

Jadi gempa Banten kemarin itu mengingatkan kita bahwa kedepan bisa saja akan terjadi gempa lebih besar lagi," ujarnya.

Baca Juga: Berkat Lagu ‘Dulu’, Nama Danar Widianto Banyak Dicari Warganet, Ini Lirik nya   

Nuraini Rahma juga menyebut bahwa memang biasanya gempa besar itu dimulai dari pinggiran seperti gempa Banten kemarin itu merupakan pinggiran. "Kita bukan menakut nakuti, tapi harus waspada, jadi gempa kemarin di luar dari wilayah megatrhust.

Dari itulah menurut Nuraini Rahma perlu ada monitoring terus menerus di wilayah Selat Sunda, sehingga bila terjadi gempa bisa dihitung, ketimbang potensi yang tersimpan sehingga nanti akan keluar angka keuatan gempa yang akan datang.

"Perlu 2000 gempa kecil untuk melepas kekuatan gempa besar 8.7, kalau dapat dihitung nanti bisa diketahui gempa besar akan terjadi, tapi bila benar diketahui 2000 gempa kecil terjadi di wilayah itu maka gempa besar itu tidak akan sampai 8.7 magnitudonya, ujarnya.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: YouTube Info BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah