DESKJABAR - Sepeninggal juru Kunci Gunung Semeru, Mbah Dipo setelah wafat pada tahun 2007, konon diwariskan kepada sang istrinya, Mbah Supartini.
Detik-detik Mbah Dipo menghembuskan nafas terakhirnya akibat serangan penyakit, dirinya memberi sebuah isyarat sebelum Semeru erupsi.
Isyarat itu sangat erat kaitannya dengan erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021. Dalam isyarat yang dianggap mustahil dan aneh tersebut, ternyata menjadi sebuah kenyataan yang mengguncang.
Pemukiman warga, sawah, padang rumput, hutan serta tempat lainnya porak poranda terhempas semburaan debu abu vulkanik semeru.
Baca Juga: Wali Kota Bandung Oded M Danial Meninggal Dunia, dr Zaidul Akbar Tulis pesan Menyentuh
Isyarat aneh yang menjadi kenyataan itu konon tidak ada yang melaksanakannnya berlari menuju sungai. Bukan hanya menimbulkan kerusakan yang maha dahsyat tapi juga meminta korban jiwa.
Seandainya Mbah Dipo masih bisa menyaksikan kondisi dan kenyataan yang ada saat ini, dengan sendirinya Mbah Dipo tetap akan bertahan dalam keniscaan pada sebuah kepercayaannya.
Lantas seperti apa pesan aneh yang disampaikan sang juru Kunci Semeru??
Ada dua hal yang harus diturutinya. Pertama adalah mewariskan tahta kekuncenanya kepada sang istri, Mbah Supartini. Tahta itu harus diberikan setelah dirinya (Mbah Dipo) wafat.
Kemudian pesan yang terasa aneh dan janggal itu adalah "Semeru tak akan erupsi, jikapun terjadi, sebaiknya warga jangan berlari ke arah Gunung Sawur namun larilah ke arah Sungai,".
Dan itu benar-benar terjadi, sementara dampaknya seperti yang telah disebutkan tadi di atas.
Isyarat aneh yang menjadi kenyataan itu konon tidak ada yang melaksanakannnya berlari menuju sungai. Bukan hanya menimbulkan kerusakan yang maha dahsyat tapi juga meminta korban jiwa.
Seandainya Mbah Dipo masih bisa menyaksikan kondisi dan kenyataan yang ada saat ini, dengan sendirinya Mbah Dipo tetap akan bertahan dalam keniscaan pada sebuah kepercayaannya.
Lantas seperti apa pesan aneh yang disampaikan sang juru Kunci Semeru??
Ada dua hal yang harus diturutinya. Pertama adalah mewariskan tahta kekuncenanya kepada sang istri, Mbah Supartini. Tahta itu harus diberikan setelah dirinya (Mbah Dipo) wafat.
Kemudian pesan yang terasa aneh dan janggal itu adalah "Semeru tak akan erupsi, jikapun terjadi, sebaiknya warga jangan berlari ke arah Gunung Sawur namun larilah ke arah Sungai,".
Dan itu benar-benar terjadi, sementara dampaknya seperti yang telah disebutkan tadi di atas.
Baca Juga: Ada Hal Ghaib Yang Ditanam di TKP Pembunuhan Subang? Ini Kata Ahli Spiritual Ki Sodo Buono
Mengenai kehadiran sosok sang pewaris kehormatan kekuncenan, yaitu Mbah Supartini. Sosok kuncen Semeru pengganti yang satu ini, kiprahnya masih terasa hambar.
Dalam sebuah penelusuran keberadaan sosok Mbah Supartini, dari berbagai penjuru dirasa sulit untuk menemukannya. Mbah Supartini konon sosoknya hanya bisa diketahui oleh warga tertentu yang berada di lereng Semeru.
Lepas dari sosok sang pewaris tahta kekuncian, Semeru tetap marah hingga erupsi. Meletusnya Semeru pun disebut-sebut sebagai akibat dari tradisi yang diwarisi tetua juru kunci telah longgar dilaksanakan.
Sejatinya tradisi bukanlah sebuah kepercayaan, pun sebaliknya. Dia adalah budaya yang diwarisi para leluhur yang harus dijaganya.**
Mengenai kehadiran sosok sang pewaris kehormatan kekuncenan, yaitu Mbah Supartini. Sosok kuncen Semeru pengganti yang satu ini, kiprahnya masih terasa hambar.
Dalam sebuah penelusuran keberadaan sosok Mbah Supartini, dari berbagai penjuru dirasa sulit untuk menemukannya. Mbah Supartini konon sosoknya hanya bisa diketahui oleh warga tertentu yang berada di lereng Semeru.
Lepas dari sosok sang pewaris tahta kekuncian, Semeru tetap marah hingga erupsi. Meletusnya Semeru pun disebut-sebut sebagai akibat dari tradisi yang diwarisi tetua juru kunci telah longgar dilaksanakan.
Sejatinya tradisi bukanlah sebuah kepercayaan, pun sebaliknya. Dia adalah budaya yang diwarisi para leluhur yang harus dijaganya.**