Kecam Pj. Bupati Sumedang Soal Sebutan Pangeran Dony dan Pangeran Erwan, RWS: Ai Silaing Saha? Teu Ngahargaan!

28 September 2023, 07:10 WIB
Rapat dengar aspirasi dari Rukun Wargi Sumedang (RWS) di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumedang umembahas soal pernyataan Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman yang menyebut nama Pangeran Dony Ahmad Munir dan Pangeran Erwan (Bupati dan Wakil Bupati Sumedang 2018-2023) pada acara haul P / Rio Kuswandi/DeskJabar.com/

 

 

 

DESKJABAR - Rukun Wargi Sumedang (RWS) mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumedang untuk menyampaikan aspirasi dan membahas soal pernyataan Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman yang menyebut nama Pangeran Dony Ahmad Munir dan Pangeran Erwan (Bupati dan Wakil Bupati Sumedang 2018-2023) pada acara haul Pangeran Sugih di Alun-alun Sumedang, Sabtu, 23 September 2023.

Sebelumnya, pada surat yang dilayangkan ke DPRD dinyatakan bahwa RWS keberatan atas statment Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman yang mengatakan bahwa ada pangeran baru di Sumedang pada eranya kini, yang dimaksud adalah Pangeran Dony dan Pangeran Erwan.

Baca Juga: Diprotes RWS, Pj. Bupati Sumedang Minta Maaf Soal Penyebutan Pangeran Dony dan Pangeran Erwan

"Apakah pernyataan dan pengangkatan (Pangeran) begitu mudahnya disejajarkan dengan leluhur kami yang dimuliakan," seperti tertulis dalam keterangan surat tersebut.

Tidak Pantas

Sekretaris Umum RWS sekaligus Peneliti Hukum Adat Kerajaan Sumedang Larang Penerus Padjadjaran, Rd Penanjung Wijaya Jasaputra, SH. MH mengatakan bahwa pernyataan Herman begitu tidak pantas menyebut-nyebut nama Pangeran Dony dan Pangeran Erwan. Sedangkan panggilan Pangeran adalah gelar sakral.

"Pangeran? Pangeran itu sebutan Belanda terhadap leluhur kami (Pangeran Sugih)," kata Rd. Penanjung Wijaya Jasaputra yang akrab disapa Kang Widi saat menyampaikan keberatannya pada pembahasan dengan DPRD Sumedang, Rabu, 27 September 2023.

Bicara Pangeran

Perlu kita ketahui, merujuk pada Wikipedia, kata Pangeran adalah gelar bagi keturunan laki-laki (utamanya anak laki-laki) dari penguasa monarki (raja, sultan, kaisar).

Baca Juga: Desa Selawangi Tonjolkan Kampung Anggur dan Pasar Buhun, Sabet Dua Penghargaan Desa Wisata

Gelar ini juga dapat merujuk kepada penguasa monarki yang tingkatannya berada di bawah raja dan sultan.

Kang Widi mengaku bingung, kenapa dengan mudahnya Herman Suryatman menyebut-nyebut nama Pangeran untuk Dony dan Erwan pada acara haul Pangeran Sugih tersebut.

"Saya tidak akan melihat Pj. Bupatinya, ruang lingkupnya juga itu kenegaraan atau apa, itu kapasitasnya lagi haul apa ya, kok tiba-tiba dalam haul ngomong ngomong Pangeran ini (Dony) Pangeran ini (Erwan)," keluhnya.

"Pada saat Herman Suryatman mengutarakan Pangeran anu (Dony) Pangeran anu (Erwan) elu siapa? Ai silaing teh saha? Silaing mah teu ngahargaan pisan. Naha pipilueun, ai silaing saha?," kata Kang Widi lagi.

Tentang RWS

Berbicara keberatan, kata Kang Widi, sudah sewajarnya RWS menyampaikan. Sebagaimana diketahui, kata dia, RWS lahir berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Sumedang dan putusan Mahkamah Agung tahun 1955 yang isinya menyatakan segera bentuk perkumpulan turunan leluhur Sumedang yang bekerjasama dengan Yayasan Pangeran Sumedang untuk menuju kesejahteraan lahir dan batin.

Baca Juga: Anies Baswedan akan Hadir di Bandung, Menyambut Gagasan Alumni ITB untuk Perubahan

RWS, kata dia, resmi secara konstitusional yang berasal dari Undang undang Dasar 1945 .

RWS juga memegang teguh pada aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Jika berbicara soal hukum, kata dia, sistem hukum di Indonesia itu ada sistem yang berlaku secara nasional, hukum agama dan hukum adat.

"Termasuk hukum adat, perlu diketahui bahwa hukum adat ini masih ada, jangan ditinggalkan. Kalau ditinggalkan hancurlah bangsa ini," tegas Kang Widi.

Maka dari itu sudah sewajarnya, BWS menyampaikan kritik, protes dan keberatan manakala ada terjadi atau mendengar hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Contohnya, seperti yang terjadi sekarang ini, Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman yang menyebut Pangeran kepada Dony dan Erwan. Jelas ini, tekan dia, menyalahi aturan apalagi berbicara masalah adat.

Tidak Merasa Memilih

Lagian pula, kata dia, dirinya dan anggota BWS lainnya sebagai rakyat juga tidak merasa memilih Herman Suryatman sebagai Pj. Bupati Sumedang, berbeda cerita, kata dia, dengan Bupati Dony dan Wakil Bupati Sumedang Erwan yang dipilih langsung oleh rakyat.

Baca Juga: Fakta Penganiayaan Siswa SMP di Cilacap: Pelaku Jago Silat, Juara Tilawah dan Korban Meninggal Hoax

"Bupati dipilih ku saha?," tanya Kang Widi.

"Rakyat," jawab para hadirin.

"Ai Pj (Bupati Sumedang) dipilih kusaha?," tanya Kang Widi lagi.

"Kemendagri," jawab hadirin.

Kang Widi pun berkelakar lagi.

"Teu gelo mah. Bupati dipilih secara politik, ai Pj (Bupati) dipilih ku Saha? Aing mah nyeri hate, teu rumasa milih maneh (Herman Suryatman). Pj. Bupati mah urang-urang mah teu ngarasa milih. Kalau Bupati (Dony) Munir urang ngahargaan kanu nyoloknanya. Kalau Pj. Bupati Herman Suryatman dewek mah asa teu milih. Terus jol ngomong bisa ngangkat masalah Pangeran. Inilah yang menjadi RWS ngagurubug (melayangkan protes)," ucap Kang Widi berkeluh.

Tidak Beretika

Kang Widi menambahkan, apa yang disampaikan Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman pada acara haul tersebut, seolah mensejajarkan Dony dan Erwan dengan leluhur Sumedang (Pangeran Sugih), tentu tidak berdasarkan etika, adab dan tatanan moral.

Jelas, kata dia, Herman Suryatman tidak menghargai leluhur Sumedang dan telah membuat BWS sebagai kamandalaan leluhur Sumedang terpancing emosi.

"Ai silaing saha?," ulang Kang Widi bertanya kepada Herman Suryatman.

"Saya bukan tidak mau menghormati dia (Herman Suryatman) justru saya menghormati dia (Herman). Ya itulah, orang dungu yang benar-benar bodoh," tambah Kang Widi.

Keberatan Lain

Selain itu, RWS juga mempertanyakan dan membahas pula soal materi lainnya, seperti antara lain ; Pelantikan Sang Maha Prabu, Kaidah SPBS dan fungsinya sesuai Perda nomor 1 tahun 2020 dan juga mempertanyakan adanya Keraton Sumedang Larang yang notabene hasil produk hukum tersebut.

Rencananya pelantikan Sang Maha Prabu akan digelar pada Kamis, 28 September 2028. RWS juga meminta pelantikan tersebut juga dibatalkan.

"Kami minta (pelantikan) dibatalkan," tegasnya.

Memecah Belah

Di dalam misi dan pembuatan Perda tersebut (Perda No. 1 tahun 2020), kata dia, intinya minimal secara Undang-undang memecah belah bangsa.

Kemudian, kata Kang Widi, kedua tidak mencerminkan identitas budaya. Sedangkan budaya lagi digembar gemborkan.

"Muncul keraton dan yang lain-lain. Kalau menurut saya ini memecah belah bangsa, yang satu mengatakan keraton, gue turunan ini yang satu mengatakan gue punya ini dan lain sebagainya," ucap dia seraya menambahkan kelompok yang lain bisa jadi ada muatan unsur tertentu.

Minta Ditindak Cepat

Kang Widi menegaskan, meminta DPRD untuk memediasi masalah ini. Ia juga meminta Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman untuk menjelaskan lebih detil tentang apa yang dimaksud.

"Saya berharap ini segera diselesaikan, jangan sampai berlarut-larut, saya minta tiga hari kedepan ada titik temu," tegasnya.

Respon DPRD

Sementara itu, Asep Kurnia Ketua Komisi I DPRD Sumedang menerima aspirasi yang disampaikan RWS terkait beberapa hal, terutama terkait dengan pengaduan atas statment Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman yang menyebut Pangeran Dony dan Erwan.

"Kami akan diskusikan ini dengan para anggota dewan lainnya, kami juga nanti sampaikan, nanti kami undang pula Pj. Bupati (Sumedang), belum ke ranah untuk permintaan maaf ya, tapi untuk menjelaskan apa maksud sebenarnya dari apa yang disampaikannya itu," ucap Asep menjawab keberatan RWS.

Rapat dengar aspirasi pun ditutup dan mereka membubarkan diri pada petang jelang malam hari.

Seperti diketahui, Pj. Bupati Sumedang menyatakan bahwa kini di Sumedang ada Pangeran baru. Pangeran yang dimaksud adalah Pangeran Dony dan Pangeran Erwan (Bupati dan Wakil Bupati Sumedang 2013-2023).

Ia menyebutkannya pada acara haul Pangeran Sugih yang dihadiri Habib Luthfi bin Yahya pada Sabtu, 23 September 2023.

Moment itu pun diposting di Instagram miliknya @hermansuryatman. Momen itu yang mengundang keberatan RWS.

Demikian statmennya seperti yang diunggahnya:

"Alhamdulillah ayeuna urang ngagaduhan Pangeran oge. Alhamdulillah Sumedang kiwari teu benten tebih jaman Pangeran Sugih dina waktosna, upami dibandingkeun Insyaallah Sumedang hari ini lebih baik dari hari sebelumnya, upami tipayun aya Pangeran Sugih, aya Pangeran Kornel, aya Pangeran Mekkah, ayeuna urang ngagaduhan namina Pangeran Dony Ahmad Munir," ucap Herman.

"Margi urang nyeri hate upami urang di sakola reueus ku karuhun urang, ai Pangeran ayeuna mana? Urang sadayana emut ka Pangeran Mekkah, ka Pangeran Kornel ka Pangeran Sugih. Margi kualitas kepemimpinanana teruji, reueus ku kapamimpinan Pangeran Sugih, aya tapakna, kadeuleu, karasa, karampa. Alhamdulillah urang ayeuna ngagaduhan Pangeran oge, aya Pangeran Dony aya Pangeran Erwan," ucap Herman dalam pidato acara haul Pangeran Sugih seperti dikutip dari akun Instagram-nya, hermansuryatman."***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler