Awal Puasa Berbeda dengan NU dan Pemerintah, Begini Pesan Ketum PP Muhammadiyah di Ramadhan 1443 H

2 April 2022, 14:48 WIB
Awal puasa beda dengan NU dan pemerintah, ini pesan Ramadhan 1443 H dari Ketum PP Muhammadiyah. /muhammadiyah.or.id/

DESKJABAR – Penetapan awal puasa berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintah, begini pesan Ketum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir di Ramadhan 1443 H.

Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 2022 lebih dulu dari pemerintah dan juga NU.

Sebab menurut kriteria wujudul hilal yang dijadikan dasar Muhammadiyah dalam menentukan awal puasa, maka Sabtu, 2 April 2022 sudah masuk 1 Ramadhan 1443 H.

Kendati demikian bagi NU dan pemerintah Indonesia, tanggal 2 April 2022 belum bisa dijadikan awal puasa Ramadhan.

Sebab, hasil rukyatul atau pemantauan hilal pada Jumat 1 April 2022, hilal belum nampak sehingga awal puasa Ramadhan jatuh pada tanggal 3 April 2022.

Menanggapi perbedaan tersebut, Prof. Haedar Nashir dari Muhammadiyah memberikan pesan bagi seluruh umat Islam di bulan mulia ini.

Baca Juga: Sidang Isbat Ramadhan 2022, Kenapa Muhammadiyah Puasa Duluan? Berikut Perbedaan Hilal dengan NU

Menurut dia, pada dasarnya Muhammadiyah tidak sendiri memulai puasa pada hari Sabtu, 2 April 2022.

Ada 24 negara Muslim lain yang juga sudah melaksanakan puasa bersama mereka, diantaranya Saudi, Emirat, Qatar, Lebanon, Suriah, Palestina, Tunis, Aljazair, dan Mesir.

Bahkan di sejumlah negara di mana muslim minoritas seperti di Australia dan USA juga ada yang melaksanakan Sabtu, 2 April 2022.

“Kaum muslim lainnya ada yang mulai puasa besok (3 April 2022), termasuk ketetapan pemerintah Indonesia melalui sidang isbat kementerian agama. Perbedaan ini sering dan akan terus terjadi karena dunia Islam belum memiliki kalender tunggal global yang disepakati bersama,” ujar Haedar Nashir.

Baca Juga: Pemerintah Tentukan Awal Ramadhan Minggu 3 Maret 2022, Muhammadiyah Besok Puasa, Inilah Doa Awal Ramadhan

Muhammadiyah sendiri, lanjutnya, sudah lama mengusulkan kalender global tersebut. Bukan hanya antar negara tetapi di dalam satu negara pun bisa terjadi perbedaan.

“Kini yang diperlukan sikap toleran, rendah hati, dan bijaksana dari semua warga Muslim dan pemerintah maupun para pihak lainnya. Tidak perlu heboh dan saling menyalahkan, apalagi bikin pernyataan-pernyataan yang menghakimi disertai sikap merasa benar sendiri,” kata Haedar Nashir.

Ia berharap tidak ada pihak-pihak membuat vonis keagamaan yang menyudutkan dengan menyatakan, “siapa yang ingin aman dan selamat dunia akhirat, ikutilah keputusan pemerintah”.

“Nanti, sebelum puasa dimulai malah bisa-bisa sudah batal puasanya, karena mencela dan menghakimi perbedaan ijtihad dengan otoritas keagamaan yang monolitik, padahal setiap ijtihad hatta yang dilakukan atas nama pemerintah pun terbuka untuk benar atau salah,” ujar Haedar Nashir lagi.

Baca Juga: Kapan Mulai Tarawih? Berikut Jadwal 1 Ramadhan 1443 H di Tahun 2022 : NU, Muhammadiyah, Hasil Sidang Isbat

Ia berharap tokoh-tokoh agama maupun pejabat pemerintah tidak membuat pernyataan bernada penghakiman secara negatif dan mengundang keresahan atau kontroversi.

“Para ulama tingkat tinggi (ar-rasihuna fil-‘ilmi) itu sejatinya memiliki ilmu dan hikmah, sehingga dari pikiran dan lisannya keluar kearifan dan kebajikan utama,” tutur Haedar Nashir.

Menurutnya, beragama tidak boleh merasa paling benar dan paling suci, karena hanya Allah Yang Maha Tahu siapa yang paling bertaqwa di antara kita.

“Hal yang paling penting justru sambut dan mulailah puasa Ramadhan apakah yang hari Sabtu maupun Ahad dengan niat ikhlas, rendah hati, sabar, dan khusyuk untuk beribadah Lillahi-ta’ala. La’allakum tattaquun, agar setiap muslim yang berpuasa menjadi lebih bertaqwa sebagaimana tujuan berpuasa,” tutur Haedar Nashir lagi.

Oleh karena itu, ia berharap pada seluruh kaum muslim yang mulai awal puasa Sabtu ataupun Minggu, untuk berlomba untuk menjadikan diri makin bertaqwa.

Jadikan ibadah puasa ajang menjadi orang yang lebih baik, makin saleh, berilmu, bijaksana, dan beramal kebajikan yang melampaui sehingga menebar rahmat bagi semesta alam.

Laksanakan segala amalan ibadah di bulan suci ini dengan ikhlas dan benar, serta mau berbagi kebaikan dengan tetangga dan sesama apapun agama, golongan, dan perbedaan lainnya.

Instrospeksilah untuk diri sendiri apakah puasa dan hidup kita di bulan Ramadhan tahun ini menjadi semakin baik atau tidak.

“Bismillahirrahmanirrahim. Luruskan niat berpuasa Ramadhan dengan benar, baik, dan bersih,” tutur Haedar Nashir mengakhiri.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler