GEMPA TERKINI 6.9M : Lokasi Gempa Menurut Badan Geologi Termasuk Rawan Tsunami, Ini Faktanya

14 Maret 2022, 09:58 WIB
Gempa Terkini: Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). /maaghfur/antrafoto

DESKJABAR- Gempa terkini terjadi pada Senin 14 Maret 2022 sekitar pukul 04:09:21 WIB.

Gempa terkini terjadi di kepulauan Mentawai dan Nias Selatan itu merupakan daerah yang tergolong rawan tsunami.

Meski begitu BMKG telah menyebutkan bahwa gempa terkini tersebut tidak berpotensi tsunami.

Baca Juga: PUSAT GEMPA HARI INI: Guncangan Dahsyat, BMKG Sebut Tak Beroptensi Tsunami dan Belum Ada Laporan Kerusakan

Menurut Badan Geologi, kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak memicu terjadinya tsunami, meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut.

Namun energinya tidak cukup kuat untuk mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.

Sehubungan dengan kekuatan gempa (M 6,9) dan kedalaman dangkal, sangat memungkinkan terjadinya kerusakan pada rumah rumah penduduk, terutama untuk rumah rumah sederhana yang dibangun tidak tahan guncangan gempa bumi di sekitar lokasi pusat gempa bumi.

Hingga laporan ini dibuat belum ada informasi korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat kejadian gempa bumi ini.

Guncangan gempa bumi terasa kuat di sekitar lokasi pusat gempa bumi. Menurut data BMKG guncangan gempa bumi di Kepulauan Batu dan Pulau Siberut mencapai skala VI MMI (Modified Mercalli Intensity).

Guncangan gempa bumi di Kota Padang, Pulau Siberut, Nias Selatan dan Kota Gunungsitoli terasa pada skala IV MMI.

Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah dan sebagian terletak pada KRB gempa bumi tinggi.

Daerah lokasi pusat gempa bumi tergolong rawan tsunami. Menurut data Badan Geologi potensi tinggi tsunami di garis pantai (tsunami height) Kepulauan Batu mencapai 5,7 m dan Pulau Siberut mencapai 8,36 m.

Baca Juga: Ini Kata Pelatih Persib Robert Alberts dan Henhen Usai Menang dan Jelang Tamatnya Liga 1 Indonesia 2021-2022

Berdasarkan atlas peta kerentanan likuefaksi yang diterbitkan Badan Geologi tahun 2019, daerah sekitar pusat gempa berada pada dua zona kerentanan likuefaksi yaitu zona kerentanan tinggi dan sedang.

Zona kerentanan likuefaksi tinggi umumnya berada di pesisir pantai Pulau Tanahbala, Bojo dan Mentawai bagian barat. Zona kerentanan likuefaksi tinggi dapat mengalami likuefaksi secara merata dan struktur tanah umumnya menjadi rusak parah.

Tipe kerusakan struktur tanah yang dapat terjadi berupa likuefaksi aliran, pergeseran lateral, penurunan tanah dan semburan pasir.

Daerah zona kerentanan likuefaksi sedang berada pada daerah yang lebih jauh dari pantai dengan tipe endapan pasiran.

Zona kerentanan likuefaksi sedang dapat mengalami likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak. Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah dan semburan pasir.

Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.

Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami

Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman dan waspada terhadap gempa bumi susulan yang dapat mengakibatkan kerusakan lanjut pada bangunan.

Baca Juga: PERSIB BANDUNG TERKINI, KASAR kepada Beckham Putra, IG ASEP BERLIAN Diserbu Bobotoh

Bangunan di daerah sekitar lokasi pusat gempa bumi agar dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi dengan mengikuti ketentuan pada peraturan yang berlaku.

Kejadian gempa bumi ini berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan berupa likuefaksi, retakan tanah, penurunan tanah, dan gerakan tanah. Oleh karena itu penduduk agar waspada dengan gejala tersebut

Agar penduduk mewaspadai retakan tanah pada bagian atas perbukitan yang dapat berpotensi berkembang menjadi gerakan tanah dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan/atau curah hujan tinggi.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Badan Geologi

Tags

Terkini

Terpopuler