“Bila dilihat dari bentuk batuannya yang sangat sederhana yang tidak berbentuk, diduga pula merupakan budaya asli orisinal leluhur Sunda Galunggung yang melambangkan sistem kosmostika alam khas Sunda, sesuai dengan naskah ‘Amanat Galunggung’ maupun ‘Sanghyang Siksa Kandang Karesian’, yakni sistem ‘Tritangtu’ (sistem keseimbangan alam yang terbagi tiga)”, papar Undang.
Dengan adanya kesamaan menhir atau lingga di tengahnya, jelas Undang, ini juga merupakan perlambang adanya kepercayaan yang kuat kepada Sanghyang Tunggal; Tuhan yangg Maha Esa. Suatu ajaran religi, kepercayaan, ageman atau agama yang sudah samawi (kepercayaan yang sudah sejalan dengan ajaran para Nabi dan Rosul).
Undang menduga kuat, komplek makam Tuan Alam merupakan suatu kabuyutan sebagai mandalanya para Resi ahli religi. Ini ditandai dengan ditemukannya pecahan keramik dan logam semacam cawan kecil yang diperkirakan pernah digunakan untuk ritual agama.
Hal senada dikatakan Dr. Elis. Sebagai ahli Filologis, ia sependapat bahwa batu lingkar di komplek Makam Tuan Alam patut diduga merupakan sebuah situs, hasil karya budaya manusia zaman dulu. Yang bisa saja merupakan mandala atau tempat ritual, sesuai dengan namanya “Ja Hyang”, Jaya Hyang = Tuhan yang mah Mulya, Tuhan yang maha Agung.
Baca Juga: Karena Insiden Pengeroyokan, Kegiatan Turing Dihentikan
“Namun untuk memastikannya perlu adanya penelitian dari segala asfek keilmuan baik dari Arkeolog, Sejarah, Linguistik, Foklor (dongeng), dll. Bahkan hubungan dengan nama-nama tempat asli di sekitar komplek, maupun dari naskah-naskah terkait, sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut”, ujar Elis.
Menyoal adanya tudingan miring bahwa penemuan batu lingkar itu hasil rekayasa, H. Gani, Kepala Desa Jahyang sekaligus yang dituakan di sana, menegaskan temuan batuan di daerahnya merupakan hal yang tidak terduga. Sama sekali bukan sebuah rekayasa. Batu-batu itu memang sedemikan adanya sejak zaman dulu.
“Bahkan kami dan masyarakat di sini tidak ada yang berani mengubah apalagi menggeser walaupun hanya 1 cm. Kalau masih ada yang tidak percaya, ayo kita sama-sama ikut menggali. Masih banyak batu-batu lain yang belum tergali," kata H. Gani.
Mungkinkah keberadaan Batu Melingkar atau Circle Stone di Desa Jahyang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini bisa menjadi pembuka fenomena yang lebih besar lagi?. Misalnya sebagai penemuan sejarah kejayaan intelektual bagi Dunia, yang berawal dari Tatar Sunda?. Lebih jauhnya lagi, menjadi sesuatu yang fenomenal sebagai satu penguatan dari peninggalan Budaya Atlantis di masa lalu yang hingga kini masih menjadi misteri Dunia. Kita tunggu..!.***