SUMBANGSIH Observatorium Bosscha Lembang dalam Astronomi Dunia, Kebanggan Indonesia dan Asia

- 31 Januari 2023, 07:50 WIB
Senin 30 Januari 2023 dilangsungkan HUT 100 Tahun Observatorium Bosscha  di Lembang, yang jadi kebanggan Indonesia dan Asia.
Senin 30 Januari 2023 dilangsungkan HUT 100 Tahun Observatorium Bosscha di Lembang, yang jadi kebanggan Indonesia dan Asia. /itb.ac.id/

DESKJABAR – Pada Senin 30 Januari 2023 dilangsungkan peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha Lembang yang dihadiri berbagai tokoh penting dari kalangan astronom, akademisi, dan pemerintah, termasuk Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Observatorium didirikan pada 1 Januari 1923 oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging pimpinan K. A. R. Bosscha.

Dalam perjalanannya, Observatorium Bosscha yang akrab disapa peneropongan bintang, telah memberikan sejumlah sumbangsih bagi perkembangan astronomi dunia, yang membuat tempat ini tidak saja menjadi kebanggan Indonesia, tetapi juga Asia.

Baca Juga: INILAH 3 Exit Tol Getaci yang Diinginkan Bupati Tasikmalaya, Salah Satunya Akses ke Bendungan Leuwikeris

Hal itu diakui Prof. Paul T. P. Ho, Direktur Jendral dari East Asia Observatory, yang menurutnya Bosccha merupakan pencapaian dan kebanggaan Asia.

Paul Ho sendiri menyebutkan beberapa sumbangish penting Observatorium Bosscha terhadap perkembangan astronomi global.

<H2>Peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha</H2>

Mengutip dari laman itb.ac.id, peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha diselenggarakan pada Senin, 30 Januari 2022.

Acara HUT seabad ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting dari kalangan akademisi dan pemerintah, termasuk Dirjen East Asia Observatory, Prof. Paul T. P. Ho. Hut juga dihadiri Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Tidak banyak institusi sains di Indonesia yang sejarahnya sepanjang Observatorium Bosscha dan yang terus berkiprah menjalankan amanah peradaban, yakni menguak rahasia semesta secara ilmiah.

Sejak diserahkan kepada Republik Indonesia pada tahun 1951 dan kemudian bernaung di bawah Institut Teknologi Bandung, Observatorium Bosscha menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi: meneliti, mendidik, dan mengabdi pada masyarakat.

Baca Juga: KERETA Cepat Jakarta Bandung Beroperasi Juli 2023, Balik Modal Tahun 2061, DPR Sesalkan Penambahan PMN

Melalui observatorium ini, topik penelitian telah berkembang dari fisika bintang dan Galaksi Bima Sakti, meluas ke topik Tata Surya, ekstragalaksi, dan kosmologi.

<H2>Sumbangsih Observatorium Bosscha bagi Astronomi Dunia</H2>

Paul Ho dalam sambutannya pada pringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha menyampaikan sambutannya berjudul"Bagaimana Indonesia dapat Lebih Terlibat di Jaringan Astronomi."

Pror. Paul Ho menyampaikan betapa pentingnya pengembangan ilmu astronomi. Terlepas dari teknologi, sumber daya manusia adalah faktor yang sangat penting dari pengembangan ilmu astronomi. Paul Ho memastikan para astronomer berbakat untuk mau tinggal dan bekerja di Indonesia maupun Asia harus menjadi prioritas kita.

“Bosscha adalah kebanggaan dan pencapaian dari Asia. Pengoperasian observatorium ini melewati beberapa generasi adalah pencapaian yang luar biasa,” ujarnya.

Diapun memaparkan salah satu pencapaian observatorium ini dalam perkembangan astronomi dunia. Menurutnya, Bosscha turut berkontribusi dalam pengambilan foto event horizon black hole pada 12 Mei 2022.

Observatorium Bosscha yang tergabung di jaringan East Asian Observatories (EAO) dan ITB sebagai koordinator nasional ikut dalam pengumpulan citra radio event horizon.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil berencana akan menjadikan Observatorium Bosscha sebagai kawasan cagar budaya
Gubernur Jabar Ridwan Kamil berencana akan menjadikan Observatorium Bosscha sebagai kawasan cagar budaya
Sementara seorang astronom Belanda yang juga mantan Sekretaris Jenderal dari International Astronomical Union periode tahun 2006-2009,Prof. Karel A. van der Hucht, memaparkan keberhasilan yang pernah dilakukan Observatorium Bosscha.

Menurutnya, observatorium ini memiliki karakteristik yang unik sebagai akibat dari letaknya yang dekat dengan ekuator sehingga dapat mengamati kedua belahan bumi bagian utara dan selatan.

Berdasarkan sejarah, terdapat fakta bahwa observatorium pertama di Pulau Jawa dibangun sekitar tahun 1760 oleh Pendeta Johan Mohr dari sebuah gereja Portugis yang terletak di Glodok, Batavia.

Dalam observatoriumnya ini, Mohr berhasil mengamati terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769 ketika Batavia berada sejalur dengan kedua fenomena tersebut.

Baca Juga: Profil dan 17 Fakta Menarik Tol Getaci: Ada Terowongan, Panoramic, Terkoneksi dengan Tol Jawa Selatan+Utara

“Namun sangat disayangkan, tidak ada yang melanjutkan dan mewarisi semua pekerjaan yang dilakukan oleh Mohr sehingga observatorium tersebut menghilang dan perkembangan ilmu astronomi pun terhenti cukup lama hingga didirikannya Observatorium Bosscha di Jawa Barat,” ujarnya.

<H2>Siapkan Bosscha Jadi Cagar Budaya</H2>

Sementara itu Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengemukakan bahwa pihaknya akan segera menjadikan Observatorium Bosscha sebagai cagar budaya.

Dengan penetapan ini maka dari sisi kawasan, kawasan observatorium ini akan lebih terlindungi dan fungsi peneltiannya akan tetap terjaga.

"Kami sedang persiapan menjadi cagar budaya supaya nanti kawasan ini bisa dilestarikan. Sehingga tujuan utama menghasilkan kajian-kajian dan temuan tidak terganggu oleh perkembangan ekonomi atau perkembangan pembangunan yang menggerus wilayah di sini," katanya.

Untuk itu, lanjut Ridwan Kamil, Pemprov Jabar juga akan terus memperbaharui zonasi master plan di kawasan ini.Sehingga nantinya perkembangan perekonomian di wilayah tersebut tetap bisa berjalan namun tetap seimbang untuk kebutuhan penelitian.

Ridwan juga menyatakan akan memberikan dukungan dari sisi pendanaan untuk Observatorium Bosscha tersebut. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: itb.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x