Diketahui, sebelas jiwa tersebut terdiri atas 4 keluarga. Mereka tinggal berimpitan di rumah panggung milik Dahlan (38), yang hanya berukuran 6 x 7 meter.
Pemerintah Desa Raksasari telah berupaya menempatkan mereka di salah satu bangunan BUMDes. Namun, mereka menolak dengan alasan tidak ingin berjauhan satu sama lain.
Dikatakan Dahlan, mereka telah menempati rumahnya sejak Selasa 22 November 2022, sehari setelah gempa terjadi.
"Begitu tahu ada gempa, saya berangkat ke Cianjur guna memastikan kondisi ayah dan keluarga saya. Alhamdulillah, meski rumah rusak porak poranda, seluruh anggota keluarga selamat," ujar Dahlan kepada kontributor "PR" Aris Mohamad Fitrian.
Dengan menyewa mobil bak terbuka, ia pun lantas membawa ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarganya ke Taraju. Mereka pun tinggal di rumahnya hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.
Baca Juga: Flyover Nurtanio akan Melintasi Tiga Kelurahan di Kota Bandung, Target Selesai Kapan?
Saat ini, untuk keperluan sehari-hari, keempat keluarga ini dibantu masyarakat sekitar dan Pemerintah Desa Raksasari.
"Alhamdulillah, untuk makan sehari-hari ada yang menyumbang. Sebab, saat datang ke Taraju, tidak ada barang yang dibawa, semua tertinggal di dalam rumah yang ambruk," ucapnya.
Kini, keluarga pengungsi Cianjur inipun berharap ada perhatian dari petugas kesehatan Puskesmas Taraju. Sebab dua pengungsi di antaranya, yakni Udung (78) yang telah lansia dan sudah tidak bisa melihat serta Agustiana (19) dengan hidrosefalus sangat membutuhkan perhatian dan penanganan medis.
Penanganan