KASUS SUBANG AKAN BERAKHIR: Polda Jabar Dengar Nih Saran dari Mantan Kapolda dan Mantan Mentri

- 18 April 2022, 05:25 WIB
Anton Charliyan mantan Kapolda Jabar (kiri) dan Roy Suryo mantan Menpora (kanan) memberi saran  agar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang  bisa terungkap.
Anton Charliyan mantan Kapolda Jabar (kiri) dan Roy Suryo mantan Menpora (kanan) memberi saran agar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang bisa terungkap. /Kolase / Istimewa/

DESKJABAR - Hari ini Senin 18 April 2022, penyelidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, sejak kejadian pada 18 Agustus 2021 lalu tepat berjalan 8 bulan.

Selama itu, sebanyak 216 alat bukti 121 saksi dan 10 TKP telah diperiksa tim penyidik Polda Jabar terkait kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.

Namun kasus Subang yang merenggut korban jiwa Tuti Suhartini (ibu) dan Amalia Mustika Ratu alias Amel (anak) itu siapa pelaku, siapa dalang dan siapa yang mengehaui belum juga terungkap.

Sedikitnya dua kali, Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana menjanjikan ke publik akan segera mengumumkan para pelaku kasus pembunuhan Subang. Namun dua-duanya belum tidak ada realisasinya.

Baca Juga: Bulan Puasa Suami Istri Berhubungan, Usai Subuh Baru Mandi Junub: Puasanya Sah Tidak? - Ustadz Abdul Somad 

Kondisi itu tentu saja bikin gemas publik dan mengundang keprihatinan sejumlah pakar untuk ikut menanggapi, memberikan masukan dan mengkritisi kinerja penyidik dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.

Bahkan keprihatinan itu sudah diungkapkan saat kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang baru berjalan 3 bulan atau sekitar November 2021.

Seolah sudah bisa menebak bahwa penyelidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang akan berjalan lambat, Mantan Kapolda Jabar  Irjen Pol (Purn) Dr H Anton Charliyan, MPKN misalnya jauh-jauh hari sudah memberikan saran.

Anton Charliyan yang juga mantan Kadiv Humas Mabes Polri, saat wawancara khusus dengan DeskJabar.com mengatakan, dalam satu kasus apalagi yang rumit, olah TKP bisa terjadi berulang-ulang.

“Bahkan bisa sampai puluhan kali, karena kunci utama kasus pembunuhan biasanya selalu bersumber dari TKP”, kata Anton Charliyan.

Baca Juga: BACAAN NIAT dan TATA CARA MANDI JUNUB atau Mandi Besar Sesuai Sunnah, Menurut Ustadz Khalid Basalamah

Kemudian jika ingin menggali alat bukti yang kuat, jelas Anton Charliyan, harus diteliti dari physical evidence atau bukti fisik yang didapatkan dari benda-benda mati seperti sidik jari, darah, telapak kaki , CCTV,  bekas puntung rokok,  sandal,  sepatu, tusuk gigi, dll.

“Physical evidence atau bukti fisik itu selanjutnya harus  diolah dan disempurnakan menjadi  Scientific Crime Investigation ", kata Anton Charliyan.

Dalam setiap tindak pidana, Anton Charliyan menegaskan, saksi-saksi manusia walaupun sangat penting,  namun tidak bisa diharapkan sebagai bukti utama. Karena apa?

“Karena manusia sebagai bukti hidup, bisa saja setiap saat berubah. Jadi fokuskan saja pada bukti-bukti yang bersifat phisical evidence yang didukung secara science”, kata Anton Charliyan.

Anton Chraliyan sendiri, semasa masih aktif di kepolisian, pernah sukses mengungkap dua kasus besar yang menjadi isu nasional bahkan internasional yaitu pembunuhan aktivis buruh Marsinah di Jawa Timur dan aktivis HAM, Munir.

Untuk mengungkap kasus pembunuh ibu dan anak di Subang, Anton Charliyan menyarakan agar Polri (Polda Jabar) tidak perlu malu dan gengsi meminta bantuan atau merekrut para pakar untuk membentuk tim khusus.

“Kumpulkan para ahli-ahli  penyidikan yang ada di sekitar Jabar. Banyak ahli penyidik itu baik yang masih berdinas maupun yang sudah pensiun”, saran Anton Charliyan.

Baca Juga: KEISTIMEWAAAN Nuzulul Quran dan Amalan yang Dianjurkan, Pahala Berlipat-Lipat Menanti

Dengan adanya tim khusus,  kata dia, akan menjadi kekuatan tambahan bagi Polri. Sekaligus sebagai linking pin atau jembatan Polri dengan masyarakat  yang bisa menerangkan sesuatu apabila ada kendala-kendala yang sulit dalam pengungkapan kasus Subang.

“Dari pengalaman saya dalam mengungkap berbagai kasus pembunuhan selalu didampingi tim khusus yang di-sprint-kan dari institusi sehingga merekapun bisa terlibat dengan penuh tanggung jawab. Dan untuk  menuju ke arah tersebut, saat ini pun tidak ada kata terlambat bisa segera dimulai”, ujar Anton Charliyan.

Selain itu, untuk mengungkap kasus Subang,  Anton Charliyan juga menyarankan agar dibentuk satu tim khsusus semacam tim independen.

Tim independen, kata Anton Charliyan, anggotanya harus dari berbagai elemen.  Ada LSM, ormas, tokoh masyarakat termasuk pengamat hukum. Tim ini bisa memberikan masukan dan rutin melakukan evaluasi rapat dua minggu sekali atau sebulan sekali.

“Tapi harus ada targeting waktu. Misalnya dalam waktu 3 bulan ini harus terungkap. Jadi ada quick respon time kapan kita harus menyelesaikan masalah ini. Dan ini harus betul-betul ‘dimenej’ jangan hanya diserahkan kepada Polres, nanti keteteran”, tutur Anton Charliyan.

“Saya dulu waktu mengungkap masalah bom, ada posko khusus yang menampung informasi sekecil apapun dari masyarakat. Begitu juga dalam kasus Munir. Sekecil apapun informasi, baik yang hoax atau apapun juga semua ditampung. Alhamdulillah semua bisa kita ungkap”, kata Anton Charliyan menambahkan.

Baca Juga: Inilah Saksi Terakhir Kasus Tangmo Nida, Penentu Apakah kematian Ini Murni Kecelakaan Atau Pembunuhan

Lie detector bisa dikelabui

Sementara itu, pakar telematika dan informatika Roy Suryo menyarankan  agar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang cepat terungkap, supaya  lebih memaksimalkan lagi  teknologi yang ada. Misalnya pembacaan CDRI (Call Data Record Information).

Soal alat tes kebohongan atau ‘Lie Detector’ yang digunakan kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang,  kepada DeskJabar.com beberapa waktu lalu Roy Suryo mengungkapkan hal itu sudah benar.

Hanya, kata Roy Suryo, perlu dilakukan lagi pada subyek-subyek yang terkait dengan kasus pembunuh ibu dan anak di Subang lainnya, disertai sampel pertanyaan yang lebih bisa ‘menjebak’ jawaban.

Pasalnya menurut Roy Suryo, berdasar pengalamannya selama ini, beberapa orang yang memang pandai dan terbiasa berakting,  mereka bisa ‘mengelabui’ Lie Detector ini. Mereka menguasai seni peran dan emosi saat dipindai dengan sensor-sensor Lie Detector.

“Harus LD (Lie Detector) yang canggih, bukan yang hanya mengandalkan sensor nadi saja”, kata Roy Suryo.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Wawancara Dok. DeskJabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x