Senada dengan Septiawan, Yuni Mogot yang bekerja hampir 30 tahun di grup Pikiran Rakyat menyatakan, asal dikelola dengan manajemen dan terobosan baru, suratkabar masih akan tetap hidup meskipun tidak sehebat sebelum era internet.
Salah satunya, sambung Yuni, media cetak harus mengubah model bisnisnya agar tidak terpaku pada pendapatan iklan.
Yuni mengungkapkan sebuah riset terhadap 80 ribu responden di 40 negara, tingkat kepercayaan publik terhadap pemberitaan merosot 42%. Lebih dari 56% responden dari 40 negara itu tidak mampu membedakan antara fakta dan hoaks melalui internet.
Kondisi ini membuka peluang bagi media massa cetak untuk tampil dengan berita yang faktual.
Menurut Septiawan, dengan pola penulisan feature yang humanis, memungkinkan khalayak dapat lebih manusiawi lagi untuk mendapatkan aneka pesan komunikasi sehingga suratkabar punya nyawa tersendiri.
Gaya penulisan media online yang pendek dan ringkas tidak mampu memberikan penjelasan yang kompleks dan multi kausal, namun dengan berita yang ditulis dengan gaya feature fakta semakin jelas dan humanis.***