Di Bandung, Dua Pasar Ini Pernah Berjaya Ikon Pasar Elektronika, Hobi Elektronik Pernah Semarak

- 10 Februari 2022, 09:52 WIB
Pasar Cikapundung dan Jaya Plasa Kosambi, pernah berjaya sebagai pasar komponen elektronik di Bandung
Pasar Cikapundung dan Jaya Plasa Kosambi, pernah berjaya sebagai pasar komponen elektronik di Bandung /Google Maps

DESKJABAR - Diantara masyarakat senior Kota Bandung, yang pernah mengalami masa muda 1980-an, pernah semarak hobi merangkai atau membuat sendiri barang-barang elektronika.

Di Bandung ada dua pasar elektronik yang pernah dikenal ikon pusat penjualan komponen elektronika, yaitu Pasar Cikapundung dan Jaya Plaza Kosambi.

Pada masa-masa itu, hobi membuat mandiri barang-barang elektronika sedang digandrungi masyarakat. Apalagi, di sekolahan, ada pelajaran keterampilan elektronika.

Baca Juga: Apakah Malaikat Menampakan Diri pada Manusia ? Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

Pada awal sampai menjelang akhir tahun 1980-an, banyak masyarakat menjadi mampu membuat sendiri barang-barang eletronik, misalnya radio, lampu kelap kelip, radio komunikasi (seperti walky talkie, handy talky, rig), pemancar radio, tape deck, amplifier (penguat suara), intercom, dsb.

Untuk membeli komponen dan kit rangkaian elektronika, rata-rata berasal dari uang jajan yang ditabung.

Nah, di Bandung, ada dua pasar elektronika utama yang pernah ramai oleh kalangan muda untuk membeli komponen-komponen elektronika, yaitu Pasar Cikapundung dan Jaya Plaza di Kosambi.

Baca Juga: Manusia Purba dengan Nabi Adam, Duluan Mana ? Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

Melihat sejumlah kios kedua pasar itu pada Februari 2022 ini, memang masih cukup banyak yang bertahan menjual komponen-komponen elektronika, radio komunikasi, servis barang-barang elektronika, namun sebagian sudah bermigrasi ke penjualan computer.

Ada kenangan keasyikan tersendiri bagi mereka-mereka yang membuat barang-barang elektronik, karena hasil kualitasnya rata-rata bagus dan muncul produk-produk kreatif elektronika buatan masyarakat.

Rangkaian elektronika
Rangkaian elektronika DeskJabar

Produksi barang-barang elektronika tersebut kemudian banyak yang lebih bagus hasilnya dibandingkan buatan pabrikan. Yang jelas, ada kebanggaan bagi kalangan muda yang membuat sendiri barang-barang elektronik tersebut.

Baca Juga: Sensasi Malam Pengantin di Rumah Dikelilingi Kuburan, Bagaimana Rasanya ? Majalengka

Pada masa itu, salah satu tren yang berkembang, adalah saling kunjung diantara anak muda untuk saling melihat-lihat barang-barang elektronik buatan teman-teman mereka.

Biasanya, yang paling mendasar awal dibuat paling mudah, adalah rangkaian lampu flip-flop (kelap-kelip) atau bel rumah.

Pada masa-masa itu, kalangan muda di Kota Bandung menjadi banyak yang hafal secara keseharian, jenis-jenis komponen elektronila, seperti resistor, integrated circuit (IC), transistor, condesator, kawat email, trafo, dll.

Baca Juga: Pertanian, Tiga Jenis Tanaman Hias Lokal Produksi Bandung dan Bogor Ini Sangat Diminati Orang Amerika

Bahkan, solder (alat pematri timah untuk merekatkan komponen elektronik) sudah menjadi barang umum dimiliki anak-anak muda, terutama laki-laki.

Bahkan, hitung-hitungan ukuran dan kode seperti microfarad, ohm, kode spectrum warna, emitor-basis-collector, volt, ampere, dll, sudah sangat hafal di kepala.

Salah seorang warga Bandung, Yudi Nugraha, yang sedang berbelanja di Pasar Cikapundung, mengenang, “Zaman sekarang, pelajar dalam tasnya umum ada gadget atau smartphone, kalau dahulu, khususnya anak-anak laki-laki, di tasnya biasanya ada solder,” ujarnya.

Baca Juga: Benarkah Roh Leluhur Suka Minum Kopi ? Ustadz Abdul Somad, Ustadz Khalid Basalamah, & Buya Yahya Menjelaskan

Rekannya, Adang, mengatakan, bahwa pengalamannya yang paling berkesan adalah membuat intercom dan pemancar radio FM/AM.

Ketika itu, kenang mereka, suasana lingkungan orang-orang kebanyakan menjadi hangat. Kehadiran intercom dan radio pemancar radio mini lingkup RW menjadikan sarana komunikasi warga setempat.

Adang mengingat, penjualan kit rangkaian elektronika harganya rata-rata belasan ribu atau puluhan ribu rupiah,  baik intercom, pemancar radio, amplifier, radio, radio komunikasi dll.  Kalau rangkaian  lampu klap-kelip atau bel rumah hanya sekitar Rp. 2.500 s.d 10.000.

Baca Juga: Inilah 5 Jalan di Kota Bandung yang Kabarnya Ada Hantu Tanpa Kepala dan Kuntilanak

“Kalau dibuat lagi, dengan belanja komponan yang sama, pada masa kini, tampaknya masih segitu-segitu juga. Cuma yang jual kit rangkaiannya masih ada atau tidak ?” Kata Adang.

Haji Kurnia salah seorang penjual komponen barang elektronik yang masih bertahan di Jaya Plaza Kosambi Bandung
Haji Kurnia salah seorang penjual komponen barang elektronik yang masih bertahan di Jaya Plaza Kosambi Bandung

Salah seorang penjual di Jaya Plaza Kosambi yang masih bertahan menjual komponen-komponen elektronika, Haji Kurnia, tampak langsung tersenyum mengenang suasana tahun-tahun 1985-1989 tersebut.

Disebutkan, kini sangat jarang yang menjual kit rangkaian elektronika.  Yang umum pada masa kini masih ada, seperti amplifier atau lampu flip flop serta bel.

 

Baca Juga: Budidaya Anggur, Panen Buah di Bandung Dapat Dihasilkan Bentuk Lonjong

Ia menyebutkan, secara umum harga komponen-komponen elektronika terbilang masih sangat murah jika dihitung pada masa kini.

“Boleh dikatakan harganya tak begitu jauh dengan tahun-tahun 1980-an. Soalnya, untuk beberapa komponen, ibaratnya ‘sembako’ untuk barang-barang elektronika,” kata Haji Kurnia.

Namun memasuki tahun 1989, hobi merangkai dan membuat sendiri barang-barang elektronika mulai meredup. Salah satu penyebabnya, adalah munculnya barang-barang elektronika buatan pabrikan yang begitu menarik kala

Setelah itu, hobi keterampilan dan kemampuan elektronika seakan tersapu angin dan nyaris terlupakan zaman. Apalagi, kemudian memasuki tahun 1995 dan tahun 1997 sudah memasuki zaman komputer dan telefon genggam, berikut istilah-istilah baru. ***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Wawancara liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah