“Kalo soal nasib pinginnya semua yang terbaik. Namun soal masa depan Danu itu tergantung dia. Mungkin dia mau kuliah terserah dia. Tapi yang jelas sebagai orang tua saya menginginkan dia itu sukses”, tutur Yono yang bekerja serabutan dan istrinya menerima permak menjahit pakaian ini.
Menurut Yono, dalam hidup kesehariannya, Danu tidak pernah neko-neko. Jika ada permintaan dia selalu menerima apa adanya.
“Misalnya minta B lalu dikasih C dia mau nerima. Sufat Danu gak neko-neko. (Kalaupun) dia agak protes kok begini, ya sudah lah. Gitu jawaban Danu”, kata Yono.
Yono juga menuturkan, Danu itu bukan tipe pemarah. Dia penurut, gak pernah ada nendang-nendang pintu, banting panci atau ngambek seharian.
“Paling kalo marah (Danu) hanya sebentar. Udah gitu biasa lagi”, ujar Yono.
Soal kecerdasan, Yono mengakui jika anaknya Danu memang memiliki kekurangan. Hal itu karena dari segi pendidikan, Danu tidak berpendidikan tinggi.
“Saya juga gak menekan dia supaya pinter gitu. Suatu saat juga mungkin dia akan menjadi orang pinter. Diserahkan ke dirinya sendiri mencari ilmu”, kata Yono.
Di kalangan rekan dan lingkungannya, Danu merupakan orang yang jujur dan rajin, sadar akan posisinya serta taat pada tugasnya. Dan itu buah dari didikan Yono ayahnya.
“Saya selalu menekankan kepada Danu di rumah orang tuh (harus) rajin-rajin bersih-bersih supaya pandangan tuan rumah ke Danu itu jangan sampai mengecewakan”, ujar Yono.