GEMPA BUMI MEGATHRUST Goncangannya Keras di Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Lampung, BMKG Daryono Sarankan Ini

- 23 Januari 2022, 18:12 WIB
Ilustrasi gempa signifikan di Pulau Jawa.
Ilustrasi gempa signifikan di Pulau Jawa. /Pixabay/Angelo_Giordano

DESKJABAR- Gempa bumi dahsyat atau bisa disebut gempa bumi Megathrush membayangi Selat Sunda.

Gempa bumi yang terjadi di Banten beberapa waktu lalu merupakan pertanda untuk siap siaga terjadinya gempa dahsyat Megathrush.

Gempa bumi Megathrush itu sendiri diprediksi berkekuatan besar hingga 8.7 magnitudo dan bisa menyebabkan terjadinya tsunami.

Gempa bumi Megathrush tersebut akan merusak hingga ke Jakarta, Banten, Lampung, dan Jawa Barat.

Baca Juga: POTENSI GEMPA MEGATRUST Capai M 8,7 di Selat Sunda, BMKG Minta Siap Siap

Informasi itu bukan untuk menakut nakuti namun didapat berdasarkan penelitian para ahli dari ITB Irwan Meilano dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan juga kerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Kordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan gempa Megathrust di Selat Sunda akan berdampak ke Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Lampung.

Karena dahsyatnya guncangan maka getarannya bisa mencapai VII hingga VIII MMI (Modified Mercalli Intensity).

"Dampak kerusakan berat, termasuk juga Jakarta, apalagi tanah Jakarta lunak itu mengamplifikasi ground motion sehingga kerusakan lebih para," kata Daryono dalam diskusi virtual, Sabtu 22 Januari 2022 kemarin.

Tentu saja pemerintah harus segera melakukan antisipasi tentang adanya penelitian kegempaan tersebut. Bukan berarti harus menakut nakuti tapi harus ditingkatkan kewaspadaan dan mitigasi serta pendidikan kepada masyarakat serta memperbaiki sarana prasarana pendukung tahan kegempaan.

 

Sebelumnya pakar kegempaan ITB DR Irwan Meilano S.T. MSc, dan juga ilmuan kegempaan DR Rahma Hanifa dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap hal yang sama dampak dari gempa Megathrush dan juga penyebabnya.

Baca Juga: KODE REDEEM FF 23 Januari  2022, Kode Redeem FF 1 Menit yang Lalu, AYO KLAIM Kesempatan Beruntung Tinggi

Pakar kegempaan ITB Irwan Meilano dalam webinar tersebut menjelaskan bahwa wilayah Selat Sunda mengalami laju regangan yang tinggi sekitar 3 x 10 pangkat 7 per tahun.

Berdasarkan hasil permodelan, sumber gempa besar (Megathrust) di Selat Sunda berada pada bagian yang dangkal, sehingga berpotensi menghasilkan gempa dan tsunami.

Jangan lupa juga di selat Sunda menurut Irwan Meilano ada sesar Sumantera yang masuk ke Selat Sunda dan juga wilayah Selat Sunda yang sangat dekat dengan trens.

Sehingga bisa memincu gempa bumi dan juga terjadi tsunami di wilayah tersebut potensi yan cukup besar.

Sementara itu, peneliti dari BRIN Nuraini Rahma Hanifa menyatakan bahwa dalam penelitiannya menyebut dalam jangka 300 tahun setelah dulu terjadi gempa besar, siklusnya akan terjadi gempa besar lagi.

"Tahun 2020 mengupdate, bagaimana tentang gempa pulau Jawa, kenapa akan ada gempa 8.7 karena dihitung dari 300 tahun lalu terjadi gempa kemudian dihitung dari luasan bidang robekan sepanjang 250 km, sedangkan pergeseran gempa dari akumulasi 4 cm pertahun sehingga akan diperkirakan akan terjadi gempa besar setelah 300 tahun itu dengan ekuatan gempa 8.7 magintudo," ujar Nuraini Rahma saat menjadi pembicara dalam webinar tersebut.

Itu memang jejak terakhir gempa yang terjadi pada masa lampau, sehingga kini 300 tahun kemudian akan terjadi kekosongan waktu dan gempa kekuatan magnitudo 8.7 itu merupakan akumulasi setelah 300 tahun.

"Selat Sunda regangan energinya sudah sangat tinggi, sehingga dimungkinkan ada gempa besar dan potensi tsunami juga tinggi.

Jadi gempa Banten kemarin itu mengingatkan kita bahwa kedepan bisa saja akan terjadi gempa lebih besar lagi," ujarnya.

Baca Juga: Hari Raya Imlek 2022 Tinggal Menghitung Hari, Berikut Hal yang Tak Boleh Terlewatkan untuk Kamu Siapkan

Nuraini Rahma juga menyebut bahwa memang biasanya gempa besar itu dimulai dari pinggiran seperti gempa Banten kemarin itu merupakan pinggiran. "Kita bukan menakut nakuti, tapi harus waspada, jadi gempa kemarin di luar dari wilayah megatrhust.

Dari itulah menurut Nuraini Rahma perlu ada monitoring terus menerus di wilayah Selat Sunda, sehingga bila terjadi gempa bisa dihitung, ketimbang potensi yang tersimpan sehingga nanti akan keluar angka keuatan gempa yang akan datang.

"Perlu 2000 gempa kecil untuk melepas kekuatan gempa besar 8.7, kalau dapat dihitung nanti bisa diketahui gempa besar akan terjadi, tapi bila benar diketahui 2000 gempa kecil terjadi di wilayah itu maka gempa besar itu tidak akan sampai 8.7 magnitudonya, ujarnya.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: BMKG Instagram YouTube Info BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x