SADIS, Pelaku Pembunuh Ibu dan Anak di Subang Menikmati Kesakitan Luar Biasa yang Dialami Amel

- 24 November 2021, 18:22 WIB
Analisa Anjas, pelaku menikmati saat menyiksa Amel
Analisa Anjas, pelaku menikmati saat menyiksa Amel /YouTube Anjas di Thailand/

DESKJABAR – Dua hari menjelang tepat hari ke-100 kasus pembunuh ibu dan anak di Subang, muncul analisa yang mengambarkan betapa sadis dan teganya saat para pelaku saat mengeksekusi Amel.

Tuti Suhartini dan Amalia Mustikaratu atau yang akrab disapa Amel, menjadi korban kebiadaban pelaku pembunuh ibu dan aak di Subang yang terjadi pada 18 Agustus 2021.

Foto-foto jasad Tuti dan Amel yang beredar di media sosial, mengindikasikan bagaimana pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang, menikmati kesakitan luar biasa yang dialami Amel, sebelum dia meninggal dunia. Perbuatan yang snagat sadis.

Baca Juga: JELANG Putusan MK Soal UU Cipta Kerja pada 15 November 2021, Inilah Rencana Aksi dan Tuntutan Buruh

Youtuber Anjas di Thailand dalam analisa terbarunya yang tayang pada Rabu 24 November 2021, mencoba menganalisa eksekusi pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang, berdasarkan foto-foto jsad Tuti dan Amel.

Anjas mengemukakan dengan kasus pembunuh ibu dan anak di Subang yang sesudah melewati 3 bulan, sebentar lagi polisi akan segera mengumumkan tersangkanya.

Yang dimaksud tersangka di sini adalah pelaku, otak, orang yang mengetahui kejadian, dan orang yang membantu pelaku.

Amel kesakitan luar biasa

Menurut Anjas, foto-foto jasad kedua korban pembunuh ibu dan anak di Subang tersebut banyak tersebar di media sosial, karena dari keterangan Kepala Desa Jalancagak, Indra Zainal bahwa yang pertama membuka pintu bagasi mobil Alphard adalah tim Inafis sekitar jam 10.

Baca Juga: Masukkan Kode Redeem FF Update 24 November 2021, Ada AK Flaming Dragon yang Bikin AK47 Jadi Senjata Tersakit

Dari keterangan Indra, saat tim Inafis membuka pintu bagasi mobil, disitu sudah banyak warga berkerumun dan mengambil foto.

“Dari foto foto yang saya terima, saya asumsikan ibu Tuti meninggal sekitar jam 2 dan Amel sekitar jam 5 pagi,”ujarnya.

“Jarak ini cukup panjang, apalagi kalau melihat jasad korban. Ibu tuti linier bahwa dia dieksekusi saat tidur karena bagian depan hancur. Dipukul langsung meninggal dunia,tidak ada hal-hal yang menunjukkan terjadi penyisaan atau perlawanan,” papar Anjas.

Berbeda dengan Amel, menurut Anjas, ada kaya bekas luka seperti sayatan pisau di bawah mata dan ada beberapa luka-luka.

Dengan kondisi seperti itu, ada 2 kemungkinan yang terjadi yakni pada saat dieksekusi Amel melakukan perlawanan atau dia disiksa.

Baca Juga: TERKUAK, Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Amalia Disiksa Sebelum Dibunuh

“Kalaupun melakukan perlawanan, sekuat-kuatnya pelawanan perempuan tidak akan bertahan dari yang pertama (Tuti) dan kedua (Amel),” paparnya.

Dengan luas rumah yang tidak terlalu besar, ada kemungkinan Amel mendengar kegaduhan yang terjadi di kamar ibunya, Tuti.

“Kalau Amel melakukan perlawanan tidak akan butuh waktu sampai 2 jam. Kenapa butuh 2 jam untuk mengeksekusi Amel,” paparnya.

Menurut Anjas, ada kemungkinan si pelaku sengaja ingin Amel mengalami kesakitan. Ada hal-hal yang isyaratkan korban sebelum meninggal dunia mengalami kesakitan luar biasa. Beda dangan Tuti, proses kesakitannya tidak lama.

Secara priskologis, dugaan kedua bahwa dia sengaja disiksa. Bahwa ini tidak lagi soal pelaku, tapi juga ada otak, ada juga orang yang membantu, apalagi di olah TKP tidak terjadi kerusakaan di pintu.

Baca Juga: KARAWANG MENCEKAM, Ormas Bentrok, Korban Berjatuhan, Mobil Dihancurkan, Polisi Kewalahan

“Tapi hal juga yang sangat kecil kemungkinan orang yang punya hubungan emosional, masa sih dia tega membuat amel kesakitan selum meninggal dunia,” tutur Anjas.

“Tapi yang gak habis piker, jarak kematian paling tidak sejam saja sudah lama sekali. Orang itu tega sekali membiarkab kesakitan luar biasa Amel. Pada saat dikatakan penyebab kematian benda tumpul, berarti ada luka-luka lain seperti di bawah mata, itu juga menggambarkan orang itu benci dan sebel banget, dan menikmati amel kesakitan,” tuturnya menambahkan.

Anjas juga menyadari bagaimana tim penyidik mampu bertahan dari tekanan publik yang menginginkan tersangka segera diumumkan. Menurutnya, kalau tim penyidik kalau hanya menyelamatkan ego, sebenarnya mereka bisa saja mengumumkan tersangkanya.

Namun, ada strategi yakni mereka ingin mendapatkan banyak orang, karena itu tadi ada 4 kategori tersangka yakni pelaku, otak, orang yang membantu, dan orang yang mengetahui.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: YouTube Anjas di Thailand


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x