Menurut Abah Anin, cerita hantu di puing Radio Malabar, Gunung Puntang bukan hantu orang Belanda, tetap hantu si Bejo.
“Si Bejo tewas dipukuli para pejuang Indonesia yang emosi. Sebab, si Bejo menjual komponen-komponen perangkat dari Radio Malabar ke pasar rongsok di Bandung,” kenang Abah Anin, bercerita kepada DeskJabar dan sejumlah personel Perum Perhutani.
Abah Anin mengisahkan, sekitar Mei-Juni 1947, sekelompok pejuang Indonesia, menuju ke bekas puing Radio Malabar berniat menggunakan kembali untuk keperluan perang menghadapi Belanda.
Namun, kata Abah Anin, ketika rombongan pejuang tersebut tiba di lokasi, seluruh komponen penting bekas Radio Malabar sudah hilang.
Baca Juga: Cerita Hantu, Sering Mewarnai Kehidupan Masyarakat pada Tahun 1980-an
Setelah diselidiki, kenang Abah Anin, ternyata komponen-komponen tersebut dijual seseorang bernama Bejo, yang baru sebulan datang ke kampung dekat Radio Malabar, Gunung Puntang itu.
“Para pejuang menjadi marah dan emosi, lalu memukuli si Bejo sampai tewas. Sebab, komponen-komponen bekas Radio Malabar itu sangat penting digunakan untuk keperluan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” kenang Abah Anin.
Menurut Abah Anin, walau selama ini pernah mendengar cerita hantu orang Belanda di lokasi puing Radio Malabar, namun belum pernah melihat.