Cita rasa dan nuansa
Namun bagi masyarakat yang pernah mengalami zaman umum para tukang mie baso menjual dengan tanggungan, biasanya mengenal ada kekhasan cita rasa ala tahun 1980-an.
Hanya saja, pada masa kini, kekhasan cita rasa mie baso tanggungan, kadang-kadang tak seperti zaman tahun 1980-an lagi.
Beberapa penjual mie baso yang masih menggunakan tanggungan di Bandung, Cimahi, dan Lembang, kepada DeskJabar, Minggu, 11 April 2021, senada mengatakan, mereka lebih kepada kebiasaan menjual dengan tanggungan. Walau sepintas terasa berat, namun menurut mereka memang sudah biasa dan tak terasa berat lagi.
Baca Juga: SEJARAH PERSIB, Ini yang Menjadi Penyebab Bojan Malisic Mengakhiri Kebersamaan dengan Persib
Salah seorang penjual mie baso menggunakan tanggungan, Samiun, mengatakan, yang masih menjual mie baso menggunakan tanggungan ada dua faktor. Pertama, lebih kepada cara agar lebih lincah bergerak berjualan memasuki jalur-jalur pemukiman sempit. Kedua, modalnya lebih kecil, antara Rp 200.000-300.000 sekali jualan.
Menurut dia, sudah berjualan sejak tahun 1988. Ketika banyak penjual mie baso lainnya pindah menggunakan dorongan, dirinya lebih suka menjual dengan tanggungan.
“Sebab, memang para penikmat mie baso yang dijual menggunakan tanggungan, memang masih banyak yang fanatik. Biasanya, yang manggil-manggil ramai-ramai jajan mie baso tanggungan pada sore hari, seperti zaman dahulu,” ujar Samiun. ***