Abah Harun, Membuat Saluran Air “Melipir” Kaki Galunggung, Padahal Tak Punya Tanah Sepetak Pun  

- 28 November 2020, 12:28 WIB
ABAH Harun (kanan) sedang memperhatikan Anton Charliyan yang  ikut membantu menggali parit saluran air.
ABAH Harun (kanan) sedang memperhatikan Anton Charliyan yang ikut membantu menggali parit saluran air. /DeskJabar/

DESKJABAR - Daerah Tasikmalaya, Jawa Barat sepertinya ditakdirkan untuk terus melahirkan manusia luar bisa yang peduli lingkungan hidup.

Sebut saja Ma Eroh, peraih Kalpataru 1988 dan Pahlawan Lingkungan dari PBB 1989. Kemudian Abdul Rozak dari Cikadu Cisayong.

Kini muncul Abah Harun (92 th) dari Malaganti. Sosok pria berusia hampir sebad ini, saat ini sedang memelopori membuat saluran air dari mata air Curug Cinila di puncak Bukit Galunggung, Desa Sukaharja, Kec. Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga: Sepuluh Orang Warga Salopa Tasikmalaya Tertimbun Longsor di Kedalaman 65 Meter Saat Menambang Emas

Baca Juga: Menguak Misteri Batu Melingkar Salawu, Ada Jejak Budaya Nenek Moyang Sunda Pra-Hindu dan Budha

Proses pengerjaan saluran air parit Cinila itu, sebenarnya sudah dirintis  oleh Abah Harun konon sejak tahun1965. Sempat berhenti lalu dilanjutkan kembali pada tahun 2004.

Pengerjaan saluran air parit Cinila dilakukan dengan cara mengupas tebing, membuat galian parit. Tak jarang pula harus bergelantungan pada seutas tali melipir jurang yang curam.

Beratnya medan  yang harus dilalui, pernah menelan korban Mang Atang, sahabat  Abah Harun. Ia meninggal terimbun tanah longsoran saat mengerjakan saluran air parit Cinila ini.

Meski terasa pahit kehilangan sahabat terdekatnya, Bah Harus tetap bertekad, pekerjaan harus terus dilanjutkan. Dengan peralatan sederhana, dari hari ke hari saluran berangsur makin panjang dan kini telah memasuki kawasan Hutan Pinus.

Baca Juga: Misteri Batu Melingkar Salawu, Kini Ditemukan Goa Kuno Sepanjang 30 Meter  

"Bakal terus dikerjakan hingga air benar-benar bisa dialirkan sesuai dengan harapan", tekad Bah Harun yang meski berusia hampir seabad masih terlihat sehat jauh dari kata renta. 

Tak punya tanah

Kerja keras membuat saluran agar air mengalir ke area pesawahan warga banyak, ternyata  Abah Harun tidak memiliki sepetak tanah,  sawah atau pun kolam.  Ia mengaku melakukan itu semata-mata dengan tujuan agar bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat yang membutuhkan.

Abah Harun tidak tahu pasti berapa kilo meter panjang parit yang sudah dibangunnya. Ia juga tidak tahu pasti kapan akan berhenti mengerjakan parit itu. Namun yang pasti, berkat air yang mengalir lewat saluran buatannya, kini sudah mampu mengairi 500 hektare sawah.

Selain itu, minimal seminggu sekali setiap Kamis ia selalu menyempatkan diri melanjutkan pengerjaan pembuatan saluran air. Ia mengaku kerap bermimpi  air mengalir tiada henti dan bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat selamanya.

Baca Juga: Di Balik Musibah Penambang Asal Tasikmalaya, Warga Salopa Dikenal sebagai Penambang Emas yang Ulet

“Sebaik-baiknya manusia adalah yg bisa bermanfaat bagi sesamanya dengan nyata bukan hanya kata-kata saja. Saya hanya ingin mewariskan sesuatu yang berharga bagi anak cucu saya nanti”, katanya dengan hati yang tulus.

Abah Harun mengatakan dirinya senantisa meminta dan selalu berdoa kepada Alloh SWT agar diberikan umur panjang serta sehat  agar bisa tersenyum melihat warga masyarakat  bisa  menikmati segala jerih payah yang dilakukannya.

ANTON Charliyan dan timnya saat meninjau dan ikut membantu penggalian parit saluran air yang dipelopori Abah Harun.
ANTON Charliyan dan timnya saat meninjau dan ikut membantu penggalian parit saluran air yang dipelopori Abah Harun.

Apresiasi Anton Charliyan

Apa yang dilakukan Abah Harun selama ini, mendapat apresiasi dari Anton Charliyan, mantan Kapolda Jabar. Bersama timnya yang terdiri dari Hadi (Gasantana), Iwan Opet (pecinta Reptil Tasik) R Dicky (Soekapura), Dadang, Danu, Lanang,  Okky dari Macan Ali serta Fikri tim Youtuber, sengaja datang meninjau dari dekat pembuatan saluran parit tersebut, 

Pada kesempatan itu, Abah Anton –demikian panggilan akrabnya— ikut terjun membantu Bah Harun dan masyarakat lainnya mengayunkan cangkul menggali parit yang sedang dikerjakan.

“Patut diacungi dua jempol. Budaya menggali  parit ini masih bisa dipelihara para generasi penerus hingga saat ini. Di zaman dulu --zaman kerajaan-- selain untuk pengairan, parit juga digunakan sebagai pertahanan untuk perang,” ungkap Abah Anton.

Baca Juga: Tiga dari 10 Penambang Emas Warga Salopa Tasikmalaya yang Tertimbun Longsor Ditemukan Meninggal

Semangat yang tinggi, tekad baja, ethos kerja tanpa kenal lelah, ulet, pantang menyerah dibarengi niat tulus Ikhlas tanpa mengharapkan pamrih dalam pribadi  Abah Harun, tegas Anton Charliyan, sungguh merupakan pengabdian yang suci bersih dan sangat mulia.

“Sebuah pengabdian yang luar biasa. Itulah yang menjadi ciri khas dari masyarakat Galunggung Tasikmalaya. Tidak semua orang mau datang ke sini menyumbangkan tenaga dan materinya”, ujarnya.***

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah