Diskusi Bedah Buku Online ASPIKOM Jabar, Surat Kabar Tidak Akan Mati Total

14 Maret 2022, 13:20 WIB
Diskusi Bedah Buku online “Menulis Feature Edisi-2” karya Dr Septiawan Santana dan “Manajemen Suratkabar” karya Dr Yuni Mogot Prahoro yang berlangsung secara online. /Dok. ASPIKOM Jabar/

DESKJABAR - Surat kabar tidak akan mati total. Media massa paling tua ini akan tetap eksis meski digempur oleh kemajuan teknologi digital.

Surat kabar akan tetap hidup selama manajemennya baik dan konten beritanya tetap dibutuhkan oleh khalayak.

Demikian pernyataan yang muncul dalam acara Diskusi Bedah Buku online “Menulis Feature Edisi-2” karya Dr Septiawan Santana dan “Manajemen Suratkabar” karya Dr Yuni Mogot Prahoro.

Baca Juga: Doa Pendek Syekh Ali Jaber Sambut Ramadhan, 'Bukakanlah Hati Kami Untuk Menuju Kepada Seluruh Kebaikan'

Acara yang diselenggarakan oleh ASPIKOM Jabar tersebut, dipandu oleh wartawan senior Erwin Kustiman yang juga dosen Prodi Ilkom Fisip Unpas Bandung, Sabtu, 12 Maret 2022, melalui zoom meeting.

Acara yang diikuti oleh hampir seratus peserta dari berbagai pelosok tanah air ini dibuka oleh Ketua Aspikom Jabar, Dr Ani Yuningsih. Pemantik diskusi dilakukan oleh Prof Dr Atwar Bajari dari Fikom Unpad.

Menurut Septiawan Santana, dulu ketika televisi ditemukan dan menjadi media massa baru, semua orang meramalkan bahwa radio sebagai media massa bakal mati.

Kenyataannya, hingga kini radio tetap eksis dan menjadi media massa yang memiliki karakteristik tersendiri.

“Begitu pun surat kabar, kendati muncul media online, dan segalanya serbadigital, suratkabar tidak akan mati total,” tegasnya.

Baca Juga: Ramadhan Sudah Dekat, Kata Zaidul Akbar Kurangi Konsumsi Gula, Begini Cara Buka Puasa Sesuai dengan Sunnah

Senada dengan Septiawan, Yuni Mogot yang bekerja hampir 30 tahun di grup Pikiran Rakyat menyatakan, asal dikelola dengan manajemen dan terobosan baru, suratkabar masih akan tetap hidup meskipun tidak sehebat sebelum era internet.

Salah satunya, sambung Yuni, media cetak harus mengubah model bisnisnya agar tidak terpaku pada pendapatan iklan.

Yuni mengungkapkan sebuah riset terhadap 80 ribu responden di 40 negara, tingkat kepercayaan publik terhadap pemberitaan merosot 42%. Lebih dari 56% responden dari 40 negara itu tidak mampu membedakan antara fakta dan hoaks melalui internet.

Kondisi ini membuka peluang bagi media massa cetak untuk tampil dengan berita yang faktual.

Baca Juga: 3 Kode Redeem FF Terbaru Edisi Final FFML 14 Maret 2022, Klaim 300 Universal Fragment, Token, Gold Scarf, Dll

Menurut Septiawan, dengan pola penulisan feature yang humanis, memungkinkan khalayak dapat lebih manusiawi lagi untuk mendapatkan aneka pesan komunikasi sehingga suratkabar punya nyawa tersendiri.

Gaya penulisan media online yang pendek dan ringkas tidak mampu memberikan penjelasan yang kompleks dan multi kausal, namun dengan berita yang ditulis dengan gaya feature fakta semakin jelas dan humanis.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: pers rilis

Tags

Terkini

Terpopuler