Pemudik Dini Mulai Tampak di Cimahi, Berharap Tiba di Kampungnya Sebelum Ada Larangan Mudik

2 Mei 2021, 17:50 WIB
Sejumlah pemudik dini menunggu bis ke Jawa Tengah, di Cimahi, Minggu, 2 Mei 2021 /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR - Sejumlah pemudik dini di Kota Cimahi, Jawa Barat, tampak mulai ramai menunggu angkutan bis antar provinsi, Minggu, 2 Mei 2021. 

Sepertinya, para pemudik tersebut berharap peruntungan bisa langsung dapat mudik dini, sebelum larangan mudik Lebaran 2021 benar-benar diterapkan pada 6-17 Mei nanti. 

Tampak sejumlah pemudik dini tersebut berada di sebuah pool bus di Kota Cimahi. Beberapa diantara mereka mengatakan tujuan mudiknya adalah ke Jawa Tengah.

Dari pengamatan DeskJabar, para pemudik yang menggunakan bis tersebut kebanyakan pergi seorang diri, bukan sebuah keluarga. Umumnya, mereka masih berusia muda, dengan tujuan agar lebih cepat tiba di kampungnya, Jawa Tengah sebelum terkena larangan mudik.

Baca Juga: Petani Pangandaran Gunakan Metode Legowo Saat Menanam Padi, Hasilnya Memuaskan

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo, dikutip Antara, di Jakarta, Minggu, 2 Mei 2021, mengingatkan, dengan mobilitas penumpang umum yang tercatat sekitar 300 ribu pada tahun lalu sudah cukup memicu peningkatan kasus harian sekitar 70-90 persen, dua pekan setelah libur lebaran usai. Saat itu sempat membuat rumah sakit kewalahan menyediakan ruang perawatan dan karantina.

Untuk menganalisa perkiraan peningkatan kasus tahun ini, angka 300 ribu pemudik pada angkutan umum tahun lalu bisa menjadi rujukan, jika angka itu terlampaui maka semua pihak harus bersiap menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang lebih besar lagi.

Mengapa prediksinya tetap ada lonjakan? Beberapa yang mendasari analisa itu adalah sikap masyarakat yang belum banyak berubah dalam menerapkan protokol kesehatan.

Baca Juga: Beckham Putra Nugraha Ingin Menaikkan Berat Badan, Ini Alasan dan Bobot yang Diinginkannya

Pejabat publik dan pengamat di sejumlah daerah bahkan menilai mulai kendor penerapan protokol kesehatan karena pertama terbuai oleh program vaksinasi dan kedua banyak yang mulai lelah menerapkan protokol kesehatan khususnya memakai masker dan menjaga jarak.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio juga sependapat, pola masyarakat dalam menghadapi pandemi ini belum berubah dan sebagian justru tidak peduli dan abai dengan protokol kesehatan menjelang musim mudik tahun ini.

Faktor lainnya adalah apakah pemerintah daerah benar-benar sudah menyiapkan sumber daya untuk melakukan 3T (testing, tracing dan treatment) untuk para pemudik. Bisa jadi puluhan daerah memang terlihat sudah siap tapi ratusan lainnya apakah sudah sungguh-sungguh menyiapkan hal itu.

 

Libur mudik lebaran akan berbeda dengan libur lainnya, karena budaya silaturahim atau mengunjungi kerabat melekat pada mudik Lebaran, artinya akan banyak kumpul-kumpul dalam skala mikro yang memungkinkan terjadinya penularan virus itu. Apalagi kumpul dalam keluarga akan mempunyai risiko penularan 10 kali lebih tinggi dibanding kluster lainnya.

Baca Juga: Pasar Tanah Abang Jakarta Diserbu Pengunjung Jelang Lebaran, Jadi Topik Trending Twitter

Mulai melonjak

Masih menjadi tanda tanya apakah angka 300 ribu pemudik angkutan umum terlampaui tahun ini. Namun, dari fenomena yang terjadi saat ini, dalam sepekan terakhir ratusan ribu pemudik dini sudah bergerak ke kampung halaman.

Dan untuk keperluan analisa seharusnya hitungan jumlah pemudik angkutan umum tahun ini sudah mulai dicatat sebelum larangan mudik diberlakukan, tidak seperti biasanya yang perhitungan mulai pada H-7 sampai H+7 saja.

Sejumlah terminal angkutan umum di daerah sudah mencatat lonjakan penumpang sebelum larangan mudik diberlakukan, salah satunya di Terminal Rajabasa Bandarlampung yang mencatat kedatangan penumpang dengan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) naik 498 persen dari pertama puasa Ramadhan hingga Selasa (27/4) dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga: Komunitas Pendaki Indonesia Berbagi Inspirasi di Ramadhan 2021, Dapat Dukungan Facebook Indonesia

Tahun lalu selama 14 hari pertama Ramadhan tercatat hanya 854 orang dan tahun ini naik fantastis yaitu tercatat 5.030 orang, artinya mobilitas sudah terjadi sebelum larangan mudik diberlakukan. Angka ini harusnya menjadi peringatan bagi daerah lain untuk mulai mencatat kenaikan mobilitas ini sehingga bisa dasar bagi penyiapan aparat pemantauan di daerah.

Salah satu daerah yang sudah merasakan dampak pemudik dini adalah warga Desa Kuryokalangan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Satu keluarga pemudik dini dari Jakarta yang tiba di desa itu menggelar pengajian manaqib dengan mengundang warga lainnya. Diduga pemudik itu sudah terinfeksi COVID-19 sehingga menularkan virus kepada 39 warga yang ikut acara itu.

Ketua GTPP COVID-19 Pati Haryanto mengatakan setelah ada informasi soal acara keagamaan yang diselenggarakan pemudik dini asal Jakarta, pihaknya langsung melakukan uji usap kepada semua warga yang hadir dan hasilnya ada 37 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Kemudian ditelusuri lebih lanjut kontak eratnya dan ditemukan lagi dua yang positif.

Kesigapan tim satgas seperti itu patut dicontoh untuk mengawasi para pemudik dini, lebih baik dilakukan karantina bagi pemudik dini sehingga kalaupun ada yang terinfeksi dari mereka tidak menularkan kepada yang lain. ***

 



 

 

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler