Ditambah cuaca musim dingin yang membekukan menambah penderitaan ribuan orang yang terluka atau kehilangan tempat tinggal dan menghambat upaya untuk menemukan korban selamat.
Gempa berkekuatan M 7,8 meruntuhkan seluruh blok apartemen di kota-kota Turki dan menyebabkan lebih banyak kehancuran pada jutaan warga Suriah yang telantar akibat perang bertahun-tahun.
Di Diyarbakir di tenggara Turki, seorang wanita setengah baya menuturkan di samping reruntuhan tempat tinggalnya.
“Kami sangat terguncang. Ada sembilan orang dari kami di rumah. Dua putra saya masih berada di reruntuhan, saya menunggu mereka,” katanya.
Sedangkan Abdul Salam al-Mahmoud, seorang Suriah di kota utara Atareb sambil merawat lengannya yang patah dan memiliki luka di wajahnya mengatakan: “Itu (gempa) seperti kiamat. Cuacanya sangat dingin dan hujan deras, dan orang-orang perlu diselamatkan.”
Baca Juga: Muncul Usulan Tol Macita Terkoneksi dengan Cisumdawu dan Getaci: Tokoh Tasikmalaya Sangat Mendukung
Reuters menyebutkan, gempa yang melanda Turki dan Suriah Senin pagi itu adalah yang terbesar yang tercatat di seluruh dunia oleh Survei Geologi AS sejak gempa di Atlantik Selatan yang terpencil pada Agustus 2021.
Korban pada Senin menandai korban tewas tertinggi akibat gempa bumi di Turki sejak 1999, ketika gempa dengan kekuatan yang sama menghancurkan wilayah Laut Marmara timur yang berpenduduk padat di dekat Istanbul, menewaskan lebih dari 17.000 orang.***