Perang Rusia Ukraina Terbaru, G-7 Menyetujui Bantuan $26 Miliar Lebih kepada Ukraina

- 20 Mei 2022, 18:01 WIB
Ilustrasi perang Rusia Ukraina terbaru G-7 menyetujui bantuan $26 miliar kepada Ukraina.
Ilustrasi perang Rusia Ukraina terbaru G-7 menyetujui bantuan $26 miliar kepada Ukraina. /Pixabay/Skitterphoto/

DESKJABAR – Perang Rusia Ukraina terbaru menghadapi babak baru, ketika Ukraina mesti berperang melawan ancaman kekurangan dana demi memperbaiki infrastruktur di negaranya.

Perang babak baru yang dihadapi Ukraina hendaknya mendapat dukungan dari negara lain, setelah beberapa bulan ini menghadapi invasi Rusia.

Kekurangan sanitasi dan jaringan listrik, serta tenaga medis merupakan babak baru pada perang Rusia Ukraina terbaru.

Sudah tentu negara tetangga yang mendukung Ukraina tidak akan tinggal diam dan membantunya pasca perang Rusia Ukraina terbaru itu.

Dikabarkan kelompok tujuh negera sudah bersiap-siap membantu finansial pasca perang Rusia Ukraina terbaru.

Seperti dilansir DeskJabar.com dari laman straitstimes.com, kelompok tujuh negara industri akan menyetujui bantuan lebih dari €18 miliar (S$26 miliar) untuk Ukraina.

Baca Juga: KONFLIK RUSIA UKRAINA, Mi Instan Mulai Langka, Stok Gandum Hanya Sampai Mei 2022 Benarkah?

Bantuan itu guna menjamin keuangan jangka pendek pemerintah di Kyiv, menurut Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner.

"Kami harus menjamin kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri sehingga kami di sini menggalang dana untuk mengamankan likuiditas pemerintah Ukraina," kata Lindner, Jumat (20 Mei), dalam wawancara dengan Bloomberg Television di sela-sela pertemuan G -7 menteri keuangan dekat Bonn.

"Tampaknya akan ada lebih dari €18 miliar yang dapat kami kumpulkan untuk mendukung Ukraina di momen bersejarah dan penting ini," tambahnya.

Uang tunai tersebut termasuk US$7,5 miliar yang diberikan oleh AS dan uang dari Uni Eropa, kata Lindner, seraya menambahkan, "seharusnya tidak ada kekhawatiran bagi pemerintah Ukraina, untuk membiayai kebutuhan negaranya" dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina, Zelensky Rilis Wilayah Donbas Hancur Total, Ia Pamerkan Kemeja Bordir

Pemerintah Ukraina mengatakan, bahwa negara membutuhkan US$4 miliar hingga US$5 miliar per bulan dalam pendanaan jangka pendek.

Sementara dalam jangka panjang akan membutuhkan strategi pemulihan yang serupa dengan master plan untuk Eropa setelah Perang Dunia II.

Upaya rekonstruksi keseluruhan akan menelan biaya US$600 miliar, kata perdana menteri negara itu bulan lalu.
Dana Moneter Internasional memperkirakan ekonomi Ukraina berkontraksi 35 persen pada 2022, sebagai akibat langsung dari perang.

"Saya pikir itu adalah sinyal yang sangat baik bahwa negara-negara G-7 berdiri bahu-membahu dengan Ukraina, karena mereka tidak hanya membela diri mereka sendiri, mereka juga membela nilai-nilai kami," kata Lindner kepada Bloomberg.

"Kami siap untuk mengamati situasi, tetapi saya pikir saat ini kami membuat kemajuan yang sangat penting dalam menjamin likuiditas Ukraina," katanya lagi.

Diperoleh keterangan, para pemimpin G-7 akan berkumpul di Bavaria, Jerman pada akhir Juni, di mana paket bantuan yang lebih besar akan ditetapkan.

Di bagian lain dikabarkan, China akan membeli cadangan minyak dari Rusia.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina, Rusia Minta Kompensasi Pembayaran Listrik dari Ukraina

Saat ini, China sedang berusaha untuk mengisi kembali cadangan minyak mentah strategisnya, dengan minyak murah Rusia.

Upaya itu menandakan bahwa Beijing sedang memperkuat hubungan energinya dengan Moskow, seperti halnya Eropa bekerja untuk melarang impor karena perang di Ukraina.

Dikabarkan pula, Beijing sedang berdiskusi dengan Moskow untuk membeli pasokan tambahan, menurut orang-orang yang mengetahui rencana tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, karena masalah tersebut bersifat pribadi.

Minyak mentah akan digunakan untuk mengisi cadangan minyak strategis China, dan pembicaraan sedang dilakukan di tingkat pemerintah dengan sedikit keterlibatan langsung dari perusahaan minyak, kata satu orang.

Saat ini harga minyak mentah telah jatuh, karena pembeli menjauh, untuk menghindari kerusakan reputasi mereka atau tersapu sanksi keuangan. Sehingga hal itu dimanfaatkan oleh China.

Itu memberikan kesempatan bagi China untuk mengisi kembali cadangan strategisnya yang besar, yang biasanya dimanfaatkan selama masa darurat atau gangguan mendadak.

"China dan Rusia selalu terlibat dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan normal atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, pada konferensi pers reguler, Jumat (20 Mei).

"Saya ingin menekankan bahwa sanksi sepihak tidak kondusif untuk menyelesaikan masalah, tetapi bertentangan dengan sistem dan aturan ekonomi yang ada," kata Wang Wenbin.

Dengan demikian perang Rusia Ukraina terbaru bisa lebih tercapai ke arah perdamaian hakiki, sehingga ke dua negara bisa "berjabatan tangan".***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x