Indonesia Harus Waspada, Virus Corona Varian Beta Bisa Lebih Mematikan Jika Kondisi Polusi Udara

- 13 Juli 2021, 18:48 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan peti jenazah pasien COVID-19 di Adiarsa Barat, Karawang, Jawa Barat, Senin (5/7/2021). Produksi peti jenazah untuk pasien COVID-19 di tempat tersebut mampu memproduksi 25 peti per hari dan dijual dengan harga Rp1,5 juta per peti. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/pras.
Pekerja menyelesaikan pembuatan peti jenazah pasien COVID-19 di Adiarsa Barat, Karawang, Jawa Barat, Senin (5/7/2021). Produksi peti jenazah untuk pasien COVID-19 di tempat tersebut mampu memproduksi 25 peti per hari dan dijual dengan harga Rp1,5 juta per peti. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/pras. /Muhamad Ibnu Chazar/ANTARA FOTO

DESKJABAR - Sejumlah studi ilmiah memunculkan rangkuman sejumlah studi ilmiah terkait virus corona Varian Beta, dikaitkan kondisi warna kulit manusia alias ras serta kondisi polusi udara sekitarnya.

Bahkan, orang kulit berwarna (tampaknya ini termasuk orang Asia Tenggara, diantaranya orang Indonesia), diduga paling beresiko terkena Covid-19 Varian Beta. Sebab, diketahui banyak berada pada kawasan bisnis yang membuat mereka terpapar polusi udara. 

Anita Shallal dari Rumah Sakit Henry Ford Detroit, mengatakan, bahwa udara kotor berkontribusi pada keparahan Covid-19. Gambaran itu diperoleh dari sebuah penelitian dari salah satu kota paling tercemar di Amerika.

Disebutkan, para peneliti yang mempelajari 2.038 orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 di daerah Detroit menemukan, bahwa mereka yang membutuhkan perawatan intensif dan mesin untuk membantu mereka bernapas lebih mungkin tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara dan cat timbal yang lebih tinggi.

Baca Juga: Pembalap F1 Inggris Jadi Korban Perampokan Usai Nonton Final Euro 2021

Dilansir Antara dengan mengutip Reuters, Selasa, 13 Juli 2021, Anita Shallal menyebutkan, semakin buruk kontaminasi udara lokal, semakin tinggi kemungkinan membutuhkan perawatan intensif dan ventilasi mekanis.

Anita Shallal mengatakan paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat merusak sistem kekebalan dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi virus. Sementara partikel halus dalam polusi udara juga dapat bertindak sebagai pembawa virus dan membantu penyebarannya.

Studi ini "menarik perhatian pada ketidaksetaraan sistemik yang mungkin menyebabkan perbedaan mencolok dalam hasil Covid-19 di sepanjang garis ras dan etnis," kata Shallal dalam sebuah pernyataan dari Kongres Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular Eropa, di mana dia mempresentasikan temuannya pada Jumat.

"Komunitas kulit berwarna lebih mungkin berlokasi di daerah yang lebih dekat dengan polusi industri, dan bekerja di bisnis yang membuat mereka terpapar polusi udara." ujar Anita Shallal. 

Baca Juga: Selebgram Jessica Forrester Ditangkap Karena Narkoba

Varian Beta 

Halaman:

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Reuters Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x