Bhaskara Band, Pengusung Genre Fusion Jazz Indonesia era 1980, Pernah Tampil di Festival Jazz Dunia

- 31 Desember 2023, 12:48 WIB
Rekaman album pertama Bhaskara 86 yang mendapatkan angka penjualan tinggi di pertengahan dekade 1980
Rekaman album pertama Bhaskara 86 yang mendapatkan angka penjualan tinggi di pertengahan dekade 1980 /Koleksi Dicky Harisman/

 

 

 

DESKJABAR – Peta musik Indonesia di era tahun 1980 an pernah mecatat sebuah grup band yang memainkan musik Jazz Fusion bernama Bhaskara.

Terbentuk pada tahun 1985 dengan nama awal Bhaskara 85, grup ini menjadi grup musik Indonesia yang tampil pertama di panggung Jazz bergensi kelas dunia, North Sea Jazz Festival.

Mereka mengawali karir grupnya saat bermain di Taman Ismail Marzuki pada 2-3 Juli 1985 dengan formasi awal, Kiboud Maulana (gitar), Udin Zach saksofon, Bambang Nugroho dan Didi Hadju (keyboard). Kemudian Karim Suweileh (drums), Perry Pattiselanno (bass), Luluk Purwanto (biola dan vokal), Dullah Suweileh (perkusi), serta vokalis utamanya Nunung Wardiman.

Baca Juga: Kaleidoskop Festival Musik Jazz  di Indonesia Sepanjang Tahun 2023, dari Tema Budaya hingga Alam Marak Digelar

Tampil dengan membawakan 12 lagu, antara lain “Live is Too Short To Worry”, “Japanese Child”, “Putri”, “Samba in Bali” dan “Es Lilin”, kehadiran Bhaskara di tahun 1985 itu tidak lepas dari peran Ireng Maulana yang bertindak sebagai produser pertunjukan dan supervisor grup ini.

Pada tahun yang sama mereka berangkat ke North Sea Jazz Festival di Den Haag, Belanda. Peter F. Gontha dari PT Bhaskara Music Production ditunjuk sebagai koordinator tim.

Mendapat respon yang sangat bagus di festival Jazz bergensi tersebut hingga ketua panitia North Sea Jazz Festival, Paul Acket meminta Bhaskara 85 kembali mengikuti festival itu pada tahun berikutnya.

Baca Juga: PENTING untuk Diingat, 15 Tips dan Trik untuk Traveller Saat Berlibur Menggunakan Travel Agent

Bhaskara kemudian tampil di North Sea Jazz Festival pada tahun 1986. Formasi Bhaskara 86 mengalami sedikit perubahan. Luluk Purwanto kembali menjadi primadona pementasan mereka.

Komposisi lagu yang dibawakan Bhaskara dianggap memiliki dan mewakili warna musik kepribadian yang khas unsur keIndonesiaannya.

Setelah tampil selama dua kali di ajang bergensi North Sea Jazz Festival, Bhaskara masuk ke dapur rekaman dengan berformasikan Udin Zach (flute & saxophone), Djoko W.H. (gitar), A.S. Mates (bass), Bambang Nugroho (piano), Didi Hadju (kibor), Karim Suweileh (drum), Dullah Suweileh (perkusi), Luluk Purwanto (biola dan vokal) dan Vonny Sumlang (vokal).

Mendapat Respon Bagus

Album rekaman mereka mendapat respon yang sangat bagus, sedikitnya 75,000 keping pita kaset terjual ludes. Sebuah angka yang fantastis dicapai oleh rekaman musisi Jazz Indonesia pada masa itu.

Baca Juga: 226 Juru Parkir di Sumedang ber SK, Dinas Perhubungan Sumedang Berikan Orientasi dan Penandatanganan Kerjasama

Berisikan lagu-lagu bagus dengan hits lagu seperti "Betawi", "Putri", "Life Is Too Short To Worry". Lagu “Betawi” menjadi fenomenal, permainan biola Luluk Purwanto di lagu tersebut menghidupkan nyawa dari lagu tersebut.

Selepas merilis album pertama Bhaskara 86, mereka merilis album kedua pada tahun 1987 berjudul "Lady Bird". Namun secara komersial lagu mereka tak semenggembirakan album pertamanya.

Lagu "Bayang-bayang" dari album ini menjadi salah satu lagu dalam kompilasi Indonesian Jazzy Vocals Too. Uniknya, justru lagu “Bayang Bayang” adalah lagu yang tidak disertakan dirilis ulang dalam album tersebut pada tahun 1988.

Baca Juga: BREAKING NEWS, Gempa Hari Ini Kembali Guncang Pangandaran Berkekuartan M 5,0

Rilis ulang album Lady Bird meniadakan “Bayang Bayang” dan “Kaki Lima”, dan menyertakan satu track baru karya Mates, “Ease My Pain”. Di volume kedua ini juga Peter F. Gontha menyumbangkan sebuah karyanya, “Sunday 14th”, untuk dimainkan oleh Bhaskara.

Perjalanan selanjutnya grup Bhaskara mulai meredup dan vakum hingga Peter F. Gontha merekrut beberapa personel Bhaskara ke dalam grup baru Wong Emas, yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama Gold Guys di luar kondisi itu, Luluk Purwanto hijrah ke Eropa mengikuti suaminya, Rene van Helsdingen.

Sepeninggal sang violis, Luluk Purwanto ke Eropa, Bhaskara mengeluarkan album ketiga dengan menggunakan nama Bhaskara 91.

Album Bhaskara dengan banyak sekali perubahan formasi nya ini secara musikalitas lebih kompromi dengan pasar, sederet nama penyanyi seperti Harvey Malaiholo, Ermy Kullit dan Andi Meriem Matalatta tak mampu berbuat banyak untuk menggaungkan album mereka.

Album tersebut menjadi album penutup untuk grup Jazz fusion yang telah mengangkat nama harum Indonesia dalam bidang musik ketika mereka tampil di beberapa negara. ***

Editor: Ferry Indra Permana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x