IKAN KANCRA BODAS Di Tempat Persinggahan Prabu Siliwangi Sengaja Ditanam Oleh Guru Syekh Abdul Muhyi

- 21 Januari 2022, 10:19 WIB
Ikan Kancra Bodas di Tempat persinggahan Prabu Siliwangi ditanam oleh Guru Syekh Abdul Muhyi
Ikan Kancra Bodas di Tempat persinggahan Prabu Siliwangi ditanam oleh Guru Syekh Abdul Muhyi /dokumentasi Desa Darma/
 
DESKJABAR - Ikan Kancra Bodas atau yang dikenal masyarakat Kuningan sebagai ikan dewa di tempat persinggahan Prabu Siliwangi merupakan ikan yang dilindungi.

Masyarakat sama sekali tidak berani mengganggu Ikan Kancra bodas yang ada di lokasi persinggahan Prabu Siliwangi di Kuningan. 

Ikan Kancra Bodas di tempat persinggahan Prabu Siliwangi di Darma Lokasi, Desa Darma memiliki kisah yang unik dan menarik. 

Baca Juga: Kian Santang, Anak Prabu Siliwangi  yang Sakti Mandraguna, Kesandung Batu di Tanah Arab

Ternyata ikan Kancra Bodas di tempat persinggahan Prabu Siliwangi di Darma Loka Kuningan berbeda dengan ikan dewa di Cibulan. 

Ikan Kancra Bodas di Darma Loka sengaja ditanam oleh Syekh Haji Rama Irengan guru Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. 

Menurut cerita masyarakat Darma, di Darma Loka sempat menjadi pos penjagaan batas wilayah antara Kerajaan Cirebon dan Pajajaran. 

Baca Juga: BERITA PERSIB BANDUNG, Anggunnya Istri Robert Rene Albert, Kezia Maureen Kenakan Kebaya, Begini Respon Netizen

Pos perbatasan tersebut dijaga oleh Syekh Datuk Kaliputah, Syekh Rama Haji Irengan, dan Syekh Karibullah yang merupakan pasukan utama Syekh Syarif Hidayatullah penguasa Kesultanan Cirebon. 

Tiga Syekh yang ada di Darma Loka atau di tempat persinggahan Prabu Siliwangi tersebut dikenal dengan tri Umpirat yang dikenal dengan ulama kharismatik di wilayah Darma. 

Saat itu, Syekh Datuk Kaliputah datang dari Aceh tanah kelahirannya sepulang menjenguk keluarganya di Aceh. 

Baca Juga: SUBANG TERKINI, Danu Subang : Ga Nyangka Dapat Gaji dari Youtube

Ketika pulang lagi ke Darma Loka atau tempat persinggahan Prabu Siliwangi Syekh Datuk Kaliputah membawa oleh oleh berupa ikan. 

Kemudian ikan yang tidak diketahui namanya itu diberikan kepada Syekh Rama Haji Irengan yang kemudian dijadikan hidangan saat makan bersama. 

Saat makan bersama itulah, Syekh Rama Haji Irengan memakan ikan dengan sangat hati-hati dan menyisakan tulang duri serta kepalanya. 

Baca Juga: Inilah 3 Misteri Dunia yang Belum Terpecahkan, Menakutkan dan Masih Dianggap Gaib

Syeh Datuk Kaliputah heran dengan cara makan Syekh Rama Haji Irengan yang begitu hati hati saat makan ikan. 

Kemudian Syekh Datuk Kaliputah bertanya, kepada Syekh Rama Haji Irengan guru Syekh Abdul Muhyi kenapa makan ikan dengan sangat hati-hati dan takut merusak tulang ikannya. 

Syekh Rama Haji Irengan menjawab tenang, ini untuk anak cucu kita nanti. Dan Syekh Datuk Kaliputah langsung paham berdoa semoga anak cucu nanti mampu menjaganya. 

Baca Juga: Misteri Tenggelamnya Kapal SS Ourang Medan, Gegerkan Dunia Pada Zaman Penjajahan Belanda

Kemudian setelah selesai makan, kedua sahabat itu pergi ke sebuah kolam buah karya Syekh Rama Haji Irengan. 

Di kolam inilah tulang belulang dan kepala ikan dilempar hingga akhirnya berubah menjadi ikan kancra bodas. Karena di bawah perutnya ikan Dewa di Darma Loka berwarna putih mengkilap. 

Saat ini di Darma Loka yang juga tempat persinggahan Prabu Siliwangi itu banyak terdapat ikan dewa atau kancra bodas yang terus dijaga oleh masyarakat. 

Baca Juga: Cara Melihat Orang yang Memakai Ilmu Pelet, Inilah Ciri-cirinya

"Masyarakat sama sekali tidak ada yang berani menangkap apalagi memakan ikan kancra bodas ini apalagi memakannya," kata Sekretaris Desa Darma, Amin Supriadi baru baru ini. 

Kata Amin Supriadi, masyarakat Darma sangat menjaga warisan dari Syekh Rama Haji Irengan tersebut agar tetap lestari untuk anak cucu. 

Di Darma Loka terdapat banyak kolam ikan yang menjadi tempat tinggal ikan Dewa atau kancra bodas warisan Syekh Rama Haji Irengan tokoh yang membangun Darma Loka. 

Baca Juga: Pemerintah Berencana Naikkan Tarif Listrik Nonsubsidi, Ini Cara Menghematnya

Di Darma Loka ini juga Syekh Abdul Muhyi Pamijahan pernah beguru atau masantren selama empat tahun sebelum akhirnya menetap di Pamijahan Tasikmalaya. 

Syekh Rama Haji Irengan bahkan dimakamkan di lokasi Darma Loka dan banyak warga yang ziarah ke lokasi pemakamannya. 

Darma Loka atau tempat persinggahan Prabu Siliwangi atau Raja Pajajaran ketika berada di Kuningan memiliki sumber mata air yang jernih lengkap dengan kolam besar. 

Baca Juga: Kisah Unik Berdirinya Masjid Atta'awun Puncak Bogor, Berawal dari Pekerja Kebun Hingga Menjadi Masjid Megah

Lokasi Darma Loka atau tempat persinggahan Prabu Siliwangi atau raja Pajajaran tidak jauh dari Jalan Raya Cirebon Kuningan Ciamis. Dari jalan tersebut jaraknya tidak lebih dari 100 meter. 

Darma Loka yang menjadi tempat persinggahan Prabu Siliwangi itu memiliki keindahan tersendiri, suasana alamnya masih sangat alami. Hutan di sekitar kolam ikan Darma Loka masih lestari. 

Pohon besar di lokasi Persinggahan Prabu Siliwangi masih berdiri tegak dan tidak ada yang berani untuk menebangnya.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERKINI, Pakar Kriminologi : Makin Sulit Menemui Titik Terang

Saat ada pohon tumbang di lokasi tersebut  dibiarkan tergeletak begitu saja hingga membusuk. 

Darma Loka atau Persinggahan Prabu Siliwangi itu menjadi sumber mata air bagi masyarakat Kuningan dan juga Cirebon, termasuk menjadi sumber mata air waduk Darma. 

Kepala Desa Darma Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Yadi Juharyadi mengatakan, Darma Loka memiliki banyak sejarah yang harus dilestarikan. 

Baca Juga: Inilah 6 Makna Mimpi yang Masih Dipercaya di Indonesia, Salah Satunya Bakalan Ketemu Jodoh

Desa Darma kata Yadi terus berusaha untuk menjaga warisan budaya dan sejarah yang ada dengan melakukan penataan kawasan Darma Loka menjadi kawasan wisata edukasi dan konservasi. 

Karena selain memiliki alam yang indah untuk dijadikan obyek wisata, juga memiliki sumber mata air yang besar bagi kehidupan ratusan ribu warga. Termasuk menjadi sumber mata air bagi Waduk Darma. 

"Hutan di kawasan Darma Loka, mau tidak mau harus ditambah arealnya, agar kawasan hutan tetap terjaga," katanya. 

Baca Juga: Ingin Awet Muda dan Sehat, Ternyata Murah Hanya Rp10ribu Saja, Simak Penjelasan dr. Zaidul Akbar

Juga yang harus mejadi perhatian kata Yadi, akses jalan ke jalur utama kondisinya sempit dan hanya bisa dilalui kendaraan kecil saja. Agar masuk kendaraan besar harus ada akses jalan lain.***

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah