DESKJABAR - Perkembangan musik Jazz Indonesia sebenarnya sudah mulai dimainkan oleh musisi Jazz Indonesia pada era 1950 hingga 1960. Geliat musik Jazz tanah air makin kentara pada dekade 1970 an.
Detak musik Jazz Indonesia selanjutnya merebak di beberapa kota besar di Indonesia. Di Jakarta ada sepasang suami istri Jack Lesmana dan Nien Lesmana. Mereka aktif memainkan musik asal New Orleans ini di pangung-pangung terbuka terutama di kawasan Taman Ismail Marzuki dan di layar kaca Televisi.
Pada era itu musik Jazz masih dianggap musik minoritas, panggung musik Jazz yang digelar Jack dan Nien Lesmana tak pernah ramai oleh penonton. Pernah suatu saat pertunjukkan mereka hanya ditonton oleh tiga orang saja.
Baca Juga: TASIKMALAYA: Tempat Wisata Religi Pamijahan Dilanda Banjir Tadi Malam, Sungai Safarwadi Meluap
Dalam satu pertunjukan ada seorang anak kecil bermain tuts piano di atas pangkuan Broery Marantika. Dengan kaki belum dapat menyentuh pedal, pemain piano itu adalah musisi Indra Lesmana yang di kemudian hari dikenal sebagai salah satu musisi Jazz terbaik di Indonesia.
Sejarah Jazz Indonesia era tersebut mencatat nama musisi Jazz yang telah menorehkan banyak prestasi di Indonesia seperti Bubi Chen, Benny Likumahuwa, Didi Tjia, Benny Mustapha, Abadi Soesman, Margie Segers, Rien Djamain, Broery Marantika, Noor Bersaudara, kakak beradik Oele dan Perry Pattiselanno.
Di Bandung kegiatan jazz dimainkan para penikmat jazz dan musisi yang salah satunya adalah Hasbullah bersama Sonata 47.
Hasbullah tiada lain adalah ayah kandung dari musisi kakak-beradik, Elfa Secioria dan Hentriessa Yulmeda.
Elfa sukses mendirikan Elfa Singers dan Hentriessa dikenal sebagai drumers dari kelompok Jazz bernama 'Indonesia 6" bersama Yani Danuwijaya dan Yovie Widiyanto.
Dalam perjalanannya di awal 1970 an, Jack Lesmana telah merilis beberapa album Jazz dibawah bendera perusahaan rekaman Bandung bernama Hidayat.
Hidayat Record adalah perusahaan rekaman indie jika mengambil istilah sekarang. Bersama Hidayat Record, Jack Lesmana tak hanya membuat albumnya sendiri, Dia juga menggandeng beberapa penyanyi Jazz seperti Margie Segers , Rien Djamain , Broery Marantika.
Album “Api Asmara” dirilis Jack Lesmana dan kawan-kawan pada tahun 1976, pengisi suaranya dipercayakan pada penyanyi Rien Djamain. Meski para pendukung musiknya adalah musisi Jazz, namun jika didengarkan lebih detail. Kaset ini lebih memainkan musik Pop dengan feel Jazz.
Setelah album tersebut dirilis kembali album “Tuan dan Kami” pada tahun 1978 dan “Air Mata” pada 1979.
Semula Rien Djamain bermain di ranah musik Pop, namun Jack Lesmana senantiasa mendorong Rien dan mengarahkan Rien Djamain untuk menguasai musik Jazz. Lambat laun, Rien Djamain mulai menguasai dan percaya diri membawakan lagu berirama Jazz.
Dekade tahun 1970an peta musik Jazz Indonesia juga diwarnai dengan kehadiran penyanyi Margie Sigers yang pernah bermukim di negeri Belanda selama 18 tahun.
Sekembalinya dari negeri kincir angin tersebut, Margie Sigers muncul di acara musik TVRI pada tahun 1969. Acara TV ini kebetulan ditonton oleh Nien Lesmana yang langsung memberitahukan kepada suaminya, Jack Lesmana.
Tak beberapa lama, Jack Lesmana akhirnya menemukan kediaman Margie Sigers di bilangan Tebet Jakarta.
Tak susah mengolah kemampuan Margie Sigers, Jack Lesmana dan Margie Sigers menyelesaikan album Jazz berjudul “Semua Bisa Bilang” di tahun 1974. Kemudian disusul “Terpikat” pada 1975 .
Margie Sigers juga telah merilis album bossanova berjudul “Citra”, dengan penggarapan musik oleh musisi besar, Ireng Maulana (Bersambung).***