DESKJABAR - Selepas mengisi perut dan mengisi air di Danau Taman Hidup, kami masih menyisakan perjalanan turun ke basecamp pendakian Bremi.
Trek yang kami lalui tidak separah trek sebelumnya. Namun trek menuju basecamp terlalu memutar nyaris membuat kami frustasi setelah berjalan kaki selama empat hari di hutan belantara.
Hingga kami tiba di perkampungan dengan ditandai jalanan berbatu yang biasanya dipergunakan petani mengambil hasil sayuran untuk diangkut ke kota.
Lega rasanya bertemu dengan kehidupan normal kembali setelah empat hari mengembara di hutan belantara.
Baca Juga: 2 Tempat Wisata Alam di Purbalingga yang Hits, Indah Mempesona, View Taman Bunga Berwarna-Warni
Malam itu kami sampai di desa terdekat, sebuah warung yang masih buka malam hari menjadi sasaran kami yang sudah lapar sejak tadi.
Beberapa makanan semi berat seperti mie rebus kami jajal hingga perut kami benar-benar terisi penuh.
Setelah makan kami bergerak ke daerah Bremi untuk tujuan Pos Registrasi.
Ada beberapa pendaki yang beristirahat di Pos Bremi, sebagian ada yang akan melanjutkan perjalanan besok dan sebagian lagi ada yang akan mulai pendakian melalui jalur ini.
Baca Juga: Kemenaker Salurkan Dana Bantuan Subsidi Upah (BSU) 2022 Kepada Pekerja, Cek Cara Mendapatkannya!
Kami tak ingin menunggu waktu terlalu lama, malam itu juga kami mencarter kendaraan sampai ke Kota Probolinggo dengan satu tujuan. Hotel.
Sebelum sampai kota Probolinggo kami reservasi hotel menggunakan sistem pemesanan online.
Masih banyak kamar yang kosong dan kami memilih dua kamar di salah satu hotel yang berdekatan dengan museum Kereta Api Probolinggo.
Malam itu kami menuntaskan mimpi-mimpi kami yang indah dengan tidur beralaskan kasur Hotel yang berAC dengan cukup nyaman. Meski hotel yang kami sewa terbilang hotel cukup tua.
Sambil menuggu perjalanan kereta api yang masih dua hari lagi kami berinisiatif mengunjungi kawasan wisata alam berupa air terjun Madakaripura di dekat Simpang Bomo.
Dari Probolinggo sore hari kami meneruskan perjalanan ke Surabaya dengan Bis antar kota.
Kami diantar mobil hotel yang begitu baik hingga ke tempat pemberhentian Bis.
Kami memilih membeli tiket pulang dengan kereta api pada hari Minggu dari Surabaya karena takut tidak keburu waktu selama pendakian, namun kami sampai ke bawah lagi lebih cepat dari perkiraan.
Itu artinya kami punya dua hari lagi di Surabaya, setelah rembug kami berniat pulang lebih awal yaitu hari Sabtu. Sayangnya perjalanan kereta ke Bandung sudah penuh alias tida ada lagi kursi.
Di Surabaya selama dua hari kami menginap di rumah bibi dan paman saya yang berasal dari Riau dan sudah lama bermukim di Surabaya di daerah Manukan.
Hari Minggu, pagi kami diantar bertiga diantar paman sampai Stasiun Gubeng sekitar pukul 06.30 untuk mengejar kereta api pagi.
Perjalanan kereta api dari Surabaya menuju Bandung dilalui dengan lancar hingga akhirnya kami sampai di Bandung dengan sejuta kisah indah yang senantiasa tertanam dalam relung-relung indah kami.
Terimakasih Allah SWT, terimakasih sahabat seperjalanan, terima kasih Argopuro yang telah menorehkan kisah baru. (Tamat)***