Disebutkan, Bank Sentral AS atau The Fed masih berpeluang menaikan tingkat suku bunganya. Hal itu berdasarkan data dan perkembangan ekonomi terbaru AS.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah data Purchasing Managers Index (PMI) China versi Caixin. Data ini menyebutkan terjadi kontraksi 49,2 pada Juli 2023 dari 50,5 pada Juni 2023 yang dianggap memberikan sentimen negatif terhadap rupiah.
Namun pada sisi lain, menurut dia, data manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansi. Sehingga kondisi itu bisa membantu menahan pelemahan rupiah.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kurs rupiah (transaksi antarbank di Jakarta) melemah 0,23 persen atau 35 poin menjadi Rp15.115 per dolar AS pada Selasa 1 Agustus 2023, dari posisi sebelumnya Rp15.080 per dolar AS.***
Ingin mengetahui berita tentang berita keuangan lainnya, pantau di Google News Desk Jabar. KLIK DI SINI