UKM di Asia Tenggara Paling Banyak Jadi Sasaran Serangan Siber. Simak Datanya

- 23 November 2020, 12:52 WIB
Sejumlah pekerja membungkus teh di salah satu pabrik teh Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu , 9 September 2020
Sejumlah pekerja membungkus teh di salah satu pabrik teh Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu , 9 September 2020 /Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO

DESKJABAR – Ancaman serangan siber yang ditargetkan kepada usaha kecil menengah atau UKM di Asia Tenggara, ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global.

Kondisi ini semakin berbahaya bagi pelaku UKM di Asia Tenggara, mengingat kurangnya visibilitas infrastruktur dan ketidakmampuan untuk mendeteksi ancaman serius di antara banyaknya peringatan yang datang.

Dikutip dari kantor berita Antara, berdasarkan survei IT Security Economics 2020 yang dilakukan oleh Kaspersky, lebih dari sepertiga atau sebanyak 37 persen UKM di Asia Tenggara mengaku telah menghadapi serangan siber yang ditargetkan.

Baca Juga: Penanganan Covid-19, Presiden Jokowi Minta Bio Farma Segera Siapkan 3 Juta Dosis Vaksin Covid-19

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 33 persen. Dalam penelitian ini, UKM didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki karyawan sebanyak 50 hingga 999 orang.

"Meskipun banyak pemilik usaha yang masih menganggap bisnis sederhana mereka jauh dari radar penjahat dunia maya, wawasan dari survei kami mengungkapkan gambaran sebaliknya,” tutur General Manager untuk Asia Tenggara Kaspersky, Yeo Siang Tiong, dalam keterangan tertulis, Senin, 23 November 2020.

Menurut Yeo Siang Tiong, kebanyakan aktor ancaman pada dasarnya adalah oportunis. Perusahaan besar lebih cenderung memiliki langkah-langkah keamanan mutakhir sehingga UKM akhirnya menjadi sasaran empuk.

Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka, Kalangan Sekolah di Kota Bandung Menyatakan Kesiapannya

Serangan bertarget adalah beberapa risiko paling berbahaya bagi sistem bisnis. Ini adalah tipe serangan siber yang ditujukan untuk membahayakan perusahaan atau jaringan tertentu. Biasanya, serangan yang ditargetkan memiliki beberapa tahapan.

Jenis ancaman canggih tersebut cenderung sangat sulit dideteksi karena sifatnya yang ditargetkan.

"Ketika berhasil, serangan ini bisa menyebabkan kerugian yang sangat besar. Rata-rata, serangan yang berhasil terhadap UKM dapat menghabiskan biaya hingga 130.000 dolar AS. Jika dihadapkan dengan situasi saat ini, itu merupakan jumlah yang sangat besar," kata Yeo Siang Tiong.

Baca Juga: BLACKPINK Rilis Teaser Proyek Baru, Kota Jakarta Turut Disebut

Studi yang sama pada bulan Juni lalu dengan para 5.266 pembuat keputusan bisnis TI dari 31 negara, mengungkapkan celah yang memerlukan perbaikan mendesak, mengingat lebih dari setengah UKM di Asia Tenggara (66 persen) mengakui kurangnya visibilitas infrastruktur dan (64 persen) ketidakmampuan untuk mendeteksi ancaman serius di antara banyaknya peringatan yang datang.

Selain itu, hampir tujuh dari 10 (66 persen) responden mengungkapkan kurangnya staf teknis yang terampil untuk mendeteksi ancaman dan menanggapi insiden yang kompleks.

Hampir dua pertiga (64 persen) juga mengakui ketidakmampuan mereka untuk menanggapi dan membersihkan dengan benar setelah serangan siber canggih terjadi dan sekitar 58 persen menyatakan bahwa mereka belum memiliki wawasan dan intelijen memadai tentang ancaman yang secara khusus dihadapi oleh bisnis mereka.

Baca Juga: Valentino Rossi Resmi Berpisah dengan Monster Energy Yamaha Seusai Laga Pamungkas GP Portugal

"Jelas bahwa ada dua area yang perlu segera dibenahi oleh sektor ini, yaitu visibilitas infrastruktur terhadap ancaman kompleks untuk mengidentifikasi serangan siber hingga yang paling canggih, dan keahlian untuk melakukan investigasi serta respons insiden cerdas," ujar Yeo Siang Tiong.

Pada 2020, Kaspersky telah meluncurkan solusi terbaru Kaspersky EDR Optimum (KEDRO) yang memungkinkan UKM  untuk menerapkan skenario mendeteksi ancaman dan respons titik akhir (EDR) dasar yang diperlukan untuk berbagai perusahaan, dan menyediakan visibilitas infrastruktur serta kemampuan investigasi hingga respons insiden.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah