F-PKS Kirim Surat Protes Kepada Presiden Prancis

- 29 Oktober 2020, 19:25 WIB
 Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini
Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini /Antara

DESKJABAR - Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini mengirim surat protes kepada Presiden Perancis Emmanual Marcon melalui Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, terkait pernyataan Presiden Macron yang mendukung penerbitan kartun penghinaan kepada Nabi Muhammad.

"Fraksi PKS mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang jelas menghina Islam karena mendukung penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad. Untuk itu, Fraksi PKS mengirim surat resmi protes kepada Presiden Prancis atas sikap dan pernyataan kontroversialnya tersebut," kata Jazuli dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Jazuli yang juga merupakan Wakil Presiden Forum Parlemen Muslim Dunia menegaskan respon luas khususnya dari negara-negara muslim yang juga mengecam Perancis bahkan menyerukan boikot produk-produk Perancis.

Selain itu menurut dia, F-PKS mendukung sikap tegas Kemenlu yang telah memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia guna menyampaikan kecaman atas pernyataan Presidennya.

Dia mengatakan sikap tegas Kemenlu RI yang memanggil Dubes Prancis untuk menyampaikan sikap dan kecaman sudah tepat dan pihaknya mendukung penuh sebagai bagian dari negara yang cinta kedamaian dunia.

"Pernyataan Presiden Prancis bisa mengganggu kedamaian dunia karena mencerminkan ekspresi kebebasan yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.

Menurut Jazuli, perdamaian dunia tidak bisa diraih jika orang bebas menghina, mengolok-olok keyakinan lain, apalagi terhadap figur yang sakral bagi umat beragama.

Dia menilai seharusnya Prancis sebagai negara besar dengan sejarah panjang, Presiden Macron bisa menjadi contoh dan teladan bagaimana menghadirkan kedamaian dunia yang berangkat dari sikap saling menghormati dan menghargai keyakinan setiap umat manusia.

Baca Juga: Presiden Prancis Diduga Menyuburkan Penistaan Terhadap Islam

Harus menghormati

Sementara itu, Perwakilan Tinggi PBB untuk Aliansi Peradaban Miguel Angel Moratinos menyeru dunia untuk saling menghormati semua agama dan kepercayaan, guna mengembangkan budaya persaudaraan dan perdamaian.

Dalam sebuah pernyataan dikutip Antara dari Anadolu, Moratinos mengatakan dia mengikuti dengan keprihatinan mendalam akan meningkatnya ketegangan dan contoh intoleransi yang dipicu oleh majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur satir yang menggambarkan Nabi Muhammad.

“Karikatur yang menghasut juga telah memprovokasi tindakan kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, yang diserang karena agama, kepercayaan atau etnis mereka,” kata Moratinos.

Dia menggarisbawahi bahwa penghinaan terhadap agama dan simbol-simbol suci agama memprovokasi kebencian dan ekstremisme kekerasan, yang mengarah pada polarisasi dan fragmentasi masyarakat.

Kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan cara yang sepenuhnya menghormati keyakinan agama dan prinsip semua agama, katanya.

"Tindakan kekerasan tidak dapat dan tidak boleh dikaitkan dengan agama, kebangsaan, peradaban, atau kelompok etnis apa pun," ujar Moratinos.

Awal bulan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan Islam sebagai "agama dalam krisis" dan mengumumkan rencana undang-undang yang lebih keras untuk menangani "separatisme Islam" di Prancis.

Ketegangan semakin meningkat setelah kasus pemenggalan kepala seorang guru sekolah menengah, Samuel Paty, pada 16 Oktober di pinggiran Paris setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.

Penyerangnya, Abdullakh Anzorov, seorang pria berusia 18 tahun asal Chechnya, kemudian ditembak mati oleh polisi.

Macron memberikan penghormatan kepada Paty, dan kartun yang dirilis oleh Charlie Hebdo juga diproyeksikan pada bangunan di beberapa kota.

Presiden Prancis membela karikatur itu, dengan mengatakan Prancis "tidak akan menghentikan kartun kami". Pernyataan itu memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim.

Selain kecaman dari sejumlah negara termasuk Turki, Iran, dan Pakistan, ada seruan untuk memboikot produk, protes, dan serangan Prancis terhadap situs Prancis. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x