Fenomena Selebritis Adopsi Boneka Arwah, Cari Sensasi atau Penyakit Mental? Ini Penjelasan Pakar Psikologi

- 6 Januari 2022, 14:32 WIB
Artis Ivan Gunawan sedang menimang dua boneka.
Artis Ivan Gunawan sedang menimang dua boneka. / Instagram @ivan_gunawan99/

Melihat fenomena ini, Psikolog yang juga Founder Dandiah Care, Diah Mahmudah mengatakan ada dua kemungkinan motif yang melatarbelakangi para selebrtitis itu ketika mengadopsi boneka arwah atau spirit doll.

“Yang pertama, bisa jadi ada motif mencari sensasi atau bisnis kalau memang misalnya ada endorse. Ketika namanya dikenal diperbincangkan, kan dia dapet tuh atensi dari masyarakat. Bisa jadi motif di baliknya bisnis,” kata Diah ketika dihubungi DeskJabar.com, Kamis, 6 Januari 2021.

Baca Juga: Heboh Boneka Arwah, Ustad Khalid Basalamah: Indigo itu Bukan Kelebihan, Tapi Penyakit Dari Syetan!

Yang kedua, ucapnya melanjutkan, dilihat dari sisi psikologis para selebritis yang mengadopsi boneka arwah tersebut kemungkinan terkena fenomena BLAST (Bored, Lonely, Angry, Stress, Tired). Artinya, fenomena ini bisa terjadi karena ada faktor kebosanan, kesepian, kemarahan, stres, atau mengalami kelelahan.

“Bisa jadi si selebritis itu dalam keadaan boring, lonely angry, stress atau tired dengan semua dunia keselebritisannya. Karena dari yang saya baca, Igun tuh semakin terkenal semakin kesepian. Kesepian ini akhirnya terpenuhi dengan dia menghadirkan dan menghidupkan sosok yang mengisi kekosongan di psikologisnya, atau di jiwanya,” kata Diah menjelaskan.

Oleh karena itu, para selebriti yang mengalami fenomena BLAST itu akhirnya mengambil jalan mengadopsi boneka arwah sebagai solusinya.

“Dari sensasinya dia dapat, dan dari sisi psikologisnya dia juga dapat. Terkenal iya, viral iya. Dan secara psikologis misalnya katakanlah dia kesepian, maka ini (mengadopsi boneka arwah) bisa jadi solusi untuk mereka juga,” ucap Diah menambahkan.

Kesepian yang dimaksud Diah, bukanlah kesepian secara sosial. Tapi lebih pada kesepian pada sisi emosionalnya. Artinya, meskipun orang tersebut memiliki banyak teman, tapi pada kondisi-kondisi tertentu bisa jadi dia kesepian.

“Banyak orang yang kesepian secara emosional di tengah keramaian. Dia banyak teman, bisa jadi pesta terus, tapi dalam emotional loneliness atau kesepian emosional yang kita bahas tetap ada ruang kosong di jiwanya. Sehingga dia mencari cara untuk gimana mengisi kekosongan itu. Kalau di psikologis itu kita mengenal coping, dalam kasus ini coping dari loneliness-nya ,” kata Diah menjelaskan.

Coping sendiri merupakan sejumlah usaha yang dilakukan untuk menanggulangi atau mengatasi sesuatu dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan individu.

Halaman:

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah