Ketika itu terjadi dualisme klub Arema. Dampaknya stadion berkapasitas 45 ribu itu hanya terisi tak lebih dari seribu orang tiap laga yang dilakoni Arema selama putaran pertama.
Namun di putaran kedua, Stadion Kanjuruhan kembali dipenuhi lautan biru Aremania.
Akibatnya pada awal musim 2014, Stadion Kanjuruhan melakukan penambahan satu tribun, yakni tribun berdiri.
Dengan sendirinya praktis menambah kapasitas stadion menjadi 45 ribu penonton.
Tribun ini berada di sekeliling sentel ban dengan pagar yang memisahkan tribun dengan lapangan.
Saat itu Ketua Panpel Arema, Abdul Haris mengatakan penambahan tribun dimaksudkan guna antisipasi membludaknya Aremania pada laga-laga tertentu, bertajuk big-match.
Dalam catatan, Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu kerusuhan yang pernah terjadi sebelumnya.
Kerusuhan itu mengakibatkan satu orang suporter menjadi 'tumbal' dan puluhan lainnya mengalami luka luka.