PIALA Dunia 2022 Berakhir Era Sepakbola Tiki Taka, Penguasaan Bola Tinggi tak Selalu Membuahkan Kemenangan

17 Desember 2022, 15:42 WIB
Piala Dunia 2022 di Qatar menandai berakhirnya era sepakbola tiki taka yang dikembangkan Soanyol /Instagram @fifaworldcup

DESKJABAR – Banyak kalangan menilai bahwa Piala Dunia 2022 di Qatar menandai berakhirnya era sepakbola tiki taka.

Penguasaan bola tak selalu membuahkan kemenangan. Di Qatar, tim-tim yang penguasaan bola lebih sedikit yang justru tampil di semifinal dan final.

Bahkan Spanyol yang dikenal sebagai pencipta sepakbola tiki taka sudah tersingkir di babak 16 besar di Piala Dunia 2022 di Qatar.

Hal itu juga dipertegas pelatih legendaris asal Italia, Fabio Capello bahwa apa gunanya penguasaan bola yang tinggi kalau tidak ada tembakan yang diarahkan ke gawang.

Baca Juga: JELANG Final Piala Dunia 2022, Alarm Bahaya di Kubu Prancis Berbunyi, Sejumlah Pemain Tumbang Gara Gara Virus

Capello pun dengan tegas mengatakan bahwa Piala Dunia 2022 di Qatar telah menandai berakhir era sepakbola tiki taka.

Sepakbola tiki taka  adalah sepakbola yang menekankan pada penguasaan bola operan pendek yang pernah mencapai puncaknya pada tahun 2008 hingga 2012.

Hal itu ditandai dengan dominasinya Barcelona di berbagai event penting serta banyak diadopsi di timnas Spanyol lewat arahan pelatih Aragones yang kemudian diteruskan oleh Vicente Del Bosque.

Di era tersebut, Soanyol menjuarai Euro 2008 dibawah Luis Araones dan mencapai puncaknya dengan menjuarai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dibawah arahan Del Bosque.

Sepakbola tiki taka pun merambah ke berbagai penjuru sepakbola dalam beberapa tahun kemudian. Namun perjalanan model ini berakhir sudah di Piala Dunia 2022 di Qatar.

Baca Juga: Bek Persib Henhen Herdiana Siap Hadapi Persis Solo: Satu Modal Mutlak Dipunyai Para Pemain Maung Bandung

"Dengan sentuhan-sentuhan dan lebih banyak sentuhan Anda tidak menang . Apa gunanya memiliki 73% penguasaan bola dan tidak melakukan satu tembakan pun ke gawang. Itu dari penjaga gawang ke pemain sayap, dan lagi ke penjaga gawang dan kemudian ke pemain sayap lainnya. ... selesai," ujar Capello.

Menurut Capello, sedikit penguasaan bola tidak identik kekalahan. Mantan pelayih Timnas Italia itu memperlihatkan data bahwa Prancis dan Argentina yang tampil di partai final adalah 2 tim yang sebenarnya penguasaan bolanya masih kalah dibanding lawan yang mereka hadapi di semifinal.

Hal yang sama juga terjadi di babak perempat final. Menurut Capello, 4 tim yang lolos ke babak semifinal yakni Prancis, Argentina, Kroasia, dan Maroko memiliki penguasaan bola yang lebih sedikit dibanding lawan-lawan mereka di babak perempat final.

Partai Kroasia lawan Brasil yang dimenangkan Kroasia, dimana statistik penguasaan bolanya adalah Kroasia 49,48% sedangkan Brasil 50,52%.

Demikian pula Argentina vs Belanda penguasaan bola 48,07% - 51,93%

Maroko 1-0 Portugal (26,72% - 73,28%)

Baca Juga: KARIM Benzema Buka Suara Soal Spekulasi Tampil di Final Piala Dunia 2022 di Laga Prancis vs Argentina

Inggris 1-2 Prancis (57,24% - 42,76%)

Begitu pula yang terjadi di babak semifinal :

Argentina 3-0 Kroasia (39,17% - 60,83%)

Prancis 2-0 Maroko (38,63% - 61,37%)

Hal yang sama diakui mantan pemain sepakbola Argentina, Jorge Valdano yang menyatakan bahwa sepakbola tiki taka pada satu titik merupakan solusi yang diberkati.

“Tetapi akhirnya mati karena seribu umpan yang terjadi di Qatar,” ujarnya. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: marca.com fifa.com

Tags

Terkini

Terpopuler