Panen Raya Padi 2024 Melimpah, Muncul Dilema Harga Beras dan Harga Gabah, Konsumen vs Petani

- 8 Maret 2024, 18:15 WIB
Suasana panen raya padi 2024.
Suasana panen raya padi 2024. /dok Humas Kementerian Pertanian

DESKJABAR – Musim panen padi awal tahun 2024 segera dimasuki, dimana terjadi kontradiksi antara kepentingan harga beras turun dan harga gabah tetap bagus bagi petani. Kedua persoalan ini harus menjadi titik temu, konsumen ingin beras murah namun petani ogah rugi karena harga gabah anjlok.

Keinginan kalangan petani sudah dilontarkan pihak Kontak tani dan Nelayan Andalan (KTNA) kepada pemerintah, agar dapat menjaga menjaga kondisi harga gabah agar tidak anjlok. Sebab, pada sejumlah sentra sedang menggelar panen raya sehingga kondisi gabah diperkirakan melimpah.

Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) menilai, harga gabah sebaiknya tetap stabil di angka Rp 7.000 hingga Rp 8.000. Diketahui, harga beras masih dalam suasana mahal karena minimnya pasokan karena dampak kekeringan panjang sehingga terlambat musim tanam.

Baca Juga: Papajar, Munggahan Ramadhan Khas Cianjur, Makan Nikmat Pakai Beras Cianjur yang Pulen

Gambaran petani vs konsumen

Ketua KTNA, Yadi Sofyan Noor mengatakan saat ini yang paling penting adalah mewaspadai kemungkinan harga gabah jatuh sehingga merugikan petani yang sudah mengeluarkan ongkos produksi. Dia berharap, pemerintah tetap memprioritaskan petani sebagai ujung tombak ketahanan pangan dalam negeri.

"Disaat panen raya seperti ini, KTNA berharap agar harga gabah tidak anjlok sehingga petani tidak rugi setelah mereka mengeluarkan ongkos produksi," ujar Yadi, Selasa, 5 Maret 2024.

Yadi mengatakan sebaiknya pemerintah fokus pada penyerapan panen raya dan memperkuat keterangan beras nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya menyebut potensi produksi beras nasional dari hasil panen raya bulan Maret-April 2024 mencapai 8,46 juta ton.

"KTNA yakin pasokan beras aman bahkan cendrung melimpah. Tapi sekali lagi, pemerintah harus menjaga agar harga gabah di tingkat petani tidak anjlok," katanya.

Ketua Aslupama (Asosiasi Lembaga Usaha Pangan Masyarakat) Jawa Barat, Agus Widodo memperkirakan, akan terbentuk striktur harga baru beras dampak kondisi mahal yang kini masih terjadi. Ia memperkirakan, kalau harga beras menjadi turun, kemungkinan tidak akan anjlok sampai tahun 2025.  

Senada dengan KTNA, Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmaja mengatakan bahwa sebaiknya pemerintah menjaga harga gabah agar tetap stabil seperti saat ini.

Di Jabar, kata Entang, rata-rata harga gabah berada di kisaran Rp 7.200 hingga 7.500 per kilogram. Dia menambahkan saat ini adalah waktu yang tepat untuk  bagi pemerintah untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP).

"Sebagian besar petani padi dalam menggarap usaha tani padi, berakhir dalam bentuk gabah, bukan beras. Itu sebabnya harga gabah harus tetap dijaga pada tingkat yang menguntungkan petani. Dengan harga gabah mampu menembus angka Rp.7000 ,- per kg, petani merasa riang gembira. Jadi sebaiknya pemerintah tetap menjaga agar harga gabah tidak turun. Inilah saat yang tepat untuk menghitung ulang HPP gabah," katanya.

 Baca Juga: Panen Padi 2024, Subang, Indramayu, dan Majalengka Masuk Daftar Penghasil Beras Terbesar Nasional

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Isy Karim memastikan harga beras saat ini mulai berangsur turun meski harga yang terpantau belum kembali normal. Kendati begitu, Isy yakin kebutuhan beras menjelang bulan suci ramadhan dan Idul Fitri mendatang dalam kondisi cukup.

"Jika dibandingkan waktu sebelumnya harga yang ada saat ini sudah turun meski belum kembali normal," ujar Isy dalam Forum Merdeka Barat 9 kemarin.

Menurutnya, dari dua kategori beras nasional baik premium maupun medium saat ini dalam kondisi naik di angka 6,16 persen. Kenaikan ini terpantau di lebih dari 503 Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia.

"Beras itu kan ada dua kategori, ada beras premium ada beras medium. Nah yang terpantau di 503 kabupaten kota rata-rata mengalami kenaikan sekitar 6,16 persen," katanya.

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan pada Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rachmi Widiriani mengatakan bahwa stok beras yang ada di gudang bulog saat ini mencapai kurang lebih 1,26 juta ton. Dengan angka sebesar itu, maka, stok beras untuk Ramadhan dan Idul Fitri dalam kondisi cukup. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Kementerian Pertanian RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah